ABC

Bisa Komodo Berguna Mencairkan Penggumpalan Darah

Bisa dari salah satu kadal terbesar di dunia, biawak komodo memiliki kemungkinan menjadi obat baru guna mencegah salah satu kondisi kesehatan yang mematikan, yaitu penggumpalan darah.

Seorang peneliti asal Queensland (Australia) Associate Professor Bryan Fry sudah melakukan kunjungan ke beberapa tempat untuk mendapatkan visa dari komodo.

Caranya adalah membujuk binatang ini guna menggigit sebuah mainan plastik, sehingga bisanya bisa didapat, dan kemudian menguji apakah bisa tersebut bisa digunakan untuk mengatasi penggumpalan darah di tubuh manusia.

Para ilmuwan baru menemukan bahwa beberapa jenis kadal memiliki bis beracun 11 tahun lalu, dan mereka sekarang mengyakinin bahwa racun yang ada dalam bisa itu hanya akan berakibat rasa sakit atau pembengkakan bila seseorang digigit binatang seperti komodo.

Associate Professor Bryan Fry dari University of Queensland mengatakan penemuan bahwa bisa dari binatang jenis kadal bisa berguna bagi pengobatan adalah sebuah terobosan.

A Komodo dragon
Para ilmuwan menemukan bahwa bisa biawak komodo beracun 11 tahun lalui

Supplied: Bryan Fry

“Penggumpalan darah adalah masalah kesehatan serius, yang bisa terjadi seperti penggumpalan darah di vena dalam (deep vein thrombosis) sampai ke serangan stroke, jadi kita berbicara mengenai sesuatu yang mempengaruhi dan memakan korban jutaan orang setiap tahunnya,” kata Fry.

Enam belas spesies kadal dari Australia, Asia dan Afrika termasuk biawak komodo yang hanya ditemukan di Indonesia sudah diteliti dan diuji selama tiga tahun, dan hasilnya diterbitkan di jurnal Toxins.

Tim ahli, termasuk Fry menemukan bahwa bisa dari kadal ini bisa bekerja untuk mengencerkan darah, sehingga mencegah terjadi penggumpalan, atau bila ada penggumpalan, bisa menguraikannya.

Bagaimana mengambil bisa dari biawak komodo

Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan teknik yang benar guna mengambil bisa dari binatang kadal raksasa seperti komodo.

“Cara yang kami lakukan adalah membuat binatang itu mengunyah sesuatu ayng llembut seperti misalnya ayam dari karet atau semacamnya, dan bisanya akan mengalir dari sisi mulutnya.” kata Fry.

A University of Queensland research team 'milks' a lace monitor for venom.
Peneliti University of Queensland sedang melakukan penelitian terhadap bisa kadal termasuk komodo

Supplied: Bryan Fry

Dia mengatakan sekarang para peneliti di University of Queensland akan menghabiskan waktu selama beberapa tahun untuk melakukan uji coba di laboratorium untuk bahan lain, yang sama guna menguji kekuatan bisa.

“Sekarang kami sudah mengetahui fungsi dari berbagai bahan yang ada dalam bisa, kami bisa membuat versi baru dan kemudian melakukan berbagai uji terhadapnya.”

Namun menurutnya, bisa dari kadal termasuk komodo ini tidak akan bisa dijual secara umum dalam waktu dekat.

“Mustahil sekarang ini untuk menduga kapan dan apakah ini akan nantinya bisa menjadi obat, tetapi apa yang kami lakukan adalah menemukan bagaimana proses evolusi bisa, dan juga bisa digunakan untuk belajar lebih banyak mengenai penggumpalan darah,” kata Fry.

“Kami sekarang memiliki lebih banyak pengetahuan baru, dan kami juga lebih sadar mengenai mengapa kita harus melestarikan semua yang berasal darin alam, kami kita tidak mengetahui dari mana obat baru akan berasal.”

“Dan itu bisa berasal dari hal yang sepertinya tidak mungkin seperti biawak komodo.”

Diterjemahkan pukul 11:20 AEST 9/8/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini