ABC

Bill Clinton: Generasi-Bebas AIDS Bisa Diwujudkan

Pada konferensi AIDS internasional di Melbourne, mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, menyampaikan keyakinannya bahwa generasi-bebas AIDS bisa diwujudkan. 

Mantan Presiden AS, Bill Clinton, berpidato di Konferensi AIDS Internasional, Melbourne. (Foto: AAP)
Bill Clinton berpidato di hadapan para peserta konferensi terkait masa depan penanganan dan pencegahan HIV dan AIDS.

Ia mengatakan, tiap tahun 2 juta orang baru terinfeksi HIV, termasuk 20.000 anak-anak tiap bulannya.

Namun ia juga menyebut, beberapa kemajuan yang dicapai dalam perang melawan AIDS semestinya tak menjadi alasan bagi masyarakat untuk terlena.

“Dunia tanpa AIDS yang telah susah payah dibangun anda semua bukanlah mimpi. Kita hanya butuh untuk mempercepat langkah,” ujarnya.

Bill juga mengutarakan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi komunitas internasional adalah deteksi dini HIV.

“Data baru dari 51 negara menyebut bahwa 70% dari kematian yang menyangkut HIV sebenarnya bisa dicegah,” tegasnya.

Pidato Bill sempat diinterupsi oleh para pemrotes yang mendesak adanya pajak keuangan baru guna mendukung perang melawan AIDS.

“Beri mereka ruang dan minta mereka untuk membiarkan kita berbicara,” ujar Bill ketika para pemrotes tersebut terus menginterupsi pidatonya.

Bill hormati jasa-jasa delegasi konferensi AIDS korban MH17

Bill Clinton memulai pidatonya dengan memberi penghormatan kepada 6 delegasi konferensi, yang menjadi korban jatuhnya MH17.

“Penting bagi kita di kelompok ini untuk mendedikasikan hidup dengan memberi kehidupan kepada orang lain, untuk menghormati hidup dan jasa mereka yang telah pergi,” tuturnya.

Bill juga memuji upaya Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, dalam mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mendukung resolusi terkait investigasi insiden MH17.

“Saya juga sangat bangga berada di negara ini kemarin, ketika Menlu Australia berbicara di PBB,” sebutnya.

Bill juga terkesan oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Belanda, Frans Timmersmans, kepada DK PBB.

“Saya menghela nafas ketika ia mencoba berspekulasi tentang seperti apa saat-saat terakhir yang dilewatkan orang-orang itu,” utaranya.