ABC

Berpuasa Saat Waktu Malam Kurang dari Empat Jam

Saat ini, salah satu negara dengan waktu berpuasa paling panjang di dunia adalah Islandia. Dengan malam hari hanya bertahan empat jam, bagaimana mereka membagi waktu untuk makan dan shalat?

Dengan penduduk kurang dari 350 ribu orang, diperkirakan ada lebih dari 2 ribu Muslim di Islandia. Kebanyakan dari mereka tinggal di Reykjavík, ibukota Islandia.

Di bulan Ramadan 2018, yang bertepatan musim panas dengan siang hari lebih panjang, mereka harus berpuasa hingga hampir 21 jam.

Artinya, mereka hanya memiliki waktu sekitar tiga jam untuk berbuka puasa, dilanjutkan shalat Maghrib, shalat Isha, shalat Taraweh, sahur dan shalat Subuh.

(Tonton suasana Ramadan di Islandia yang berpuasa paling panjang di sini.)

Tapi mayoritas komunitas Muslim Islandia tetap menjalankan puasa penuh, meski sebagian mengikuti jadwal berpuasa di negara Muslim terdekat.

“Karena musim panas, puasanya lebih panjang. Tapi di musim dingin, kami justru berpuasa sangat pendek,” jelas Karim Askari, Direktur Eksekutif di Islamic Foundation of Iceland.

"Ada sejumlah fatwa, tapi kami merasa ini sebagai kompensasi (dari puasa pendek di musim dingin)."

Tetap hidup normal

Di 10 hari Ramadan terakhir, adzan Maghrib berkumandang selepas pukul 23:30. Shalat Subuh biasanya dimulai pukul 02:30 pagi dan matahari terbit sekitar pukul 3 pagi.

Tapi Karim menjelaskan tidak ada yang berbeda dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk tetap bekerja.

“Kita hidup normal seperti biasanya sebelum bulan Ramadan, hanya beradaptasi dengan waktu berpuasa saja,” jelasnya kepada Erwin Renaldi dari ABC News.

“Biasanya pergi ke kantor lebih awal… jam 8 pagi, kemudian pulang ke rumah jam 4 atau 5 dan tidur hingga pukul 10 malam untuk mengganti kebutuhan tidur.”

Sejumlah orang duduk saling berhadapan
Suasana menjelang berbuka puasa di Islandia, sesaat sebelum pukul 12 malam.

.Foto: Facebook, Islamic Foundation of Iceland.

Menurut Karim karena pendeknya waktu malam hari, banyak diantara umat Muslim yang menunggu di masjid sejak sebelum Maghrib.

Ia menambahkan Masjid Agung Islandia atau Grand Mosque of Iceland menyediakan makanan untuk berbuka dan sahur.

Kegiatan lainnya adalah ceramah dan shalat berjamaah dengan dua imam yang berasal dari Moroko dan Arab Saudi.

“Di 10 hari terakhir kami mengadakan itiqaf, tapi tidak ada tahajud berjamaah karena tidak ada waktu. Jadi hanya shalat Taraweh sebelum shalat Subuh,” jelas Karim.

Sebuah bangunan yang bagian bawahnya tertutup salju tipis.
Selain sebagai gedung kebudayaan, bangunan ini juga pernah jadi restoran, sebelum akhirnya menjadi masjid.

Foto: Facebook, Islamic Foundation of Iceland.

Masjid untuk semua kalangan

Di Reykjavik ada tiga masjid yang digunakan komunitas Muslim negara itu, termasuk Masjid Agung Islandia.

Bangunan milik Mesjid Agung Islandia sudah beberapa kali beralih fungsi.

Dibangun tahun 1997, awalnya bangunan pernah menjadi pusat budaya dan seni musik kemudian menjadi restoran yang sering dipakai festival dan perayaan komunitas.

“Sekitar 2011 dan 2012 kami membeli dan merenovasinya untuk dijadikan masjid dan pusat budaya, dimana warga bisa beribadah dan mencari kerahmatan Tuhan,” ujar Karim.

Selain untuk shalat Jumat, masjid ini juga memberikan pelayanan kursus bahasa Arab, kelas menghafal Quran, serta kursus soal pengetahuan dasar soal Islam dan moral.

Uniknya, program-program dan kelas tidak hanya ditawarkan dan terbuka bagi anak-anak Muslim saja, melainkan juga dari agama dan kepercayaan lain.