ABC

Berpuasa Bermanfaat Buat Tubuh dan Pikiran

Jauh sebelum orang mengenal jus pembersih perut, detoks dan diet liver atau hati, manusia telah melakukan ritual pembatasan diri.

Banyak biksu dan biarawati yang menjauhkan diri dari makanan mulai siang sampai fajar. Umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadan dan banyak tradisi Kristiani pun melaksanakan masa Prapaskah, yang dimulai hari ini.

Banyak cara puasa yang diikuti umat beragama tidak sepenuhnya menahan makan dan minum. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa periode menahan untuk tidak makan dapat memberikan manfaat kesehatan, terlepas Anda melakukannya karena alasan agama atau bukan.

Yang terjadi pada tubuh saat puasa

Mengonsumsi makanan dan mencernanya menimbulkan dampak pada tubuh, dan menurut Associate Professor Amanda Salis dari University of Sydney, berhenti sementara dari hal seperti itu bisa mendatangkan manfaat.

“Ada beberapa kerusakan akibat makan, ada juga makanan yang mengandung radikal bebas dan hal itu menyebabkan kerusakan pada tubuh kita,” katanya.

"Makan tidak semuanya baik. Memang perlu, tapi istirahat dari hal itu mungkin akan memberi tubuh kita waktu istirahat dari proses tersebut," jelasnya.

Catholic church interior
Lent yang dimulai hari ini merupakan waktu beribadah dan membatasi hawa nafsu dalam tradisi Kristiani.

Flickr: Greg Westfall

Menurut dia, penelitian menunjukkan berhenti makan terkadang dapat mengurangi faktor risiko bagi kondisi seperti diabetes dan penyakit jantung.

“Kami belum tahu pasti apakah akan mengurangi kejadian, tapi pasti faktor risikonya menurun,” jelas Dr Salis.

Namun meski makan memiliki kekuarangan, puasa juga merupakan tekanan pada tubuh manusia. Puasa memicu peningkatan kadar hormon stres kortisol dalam darah dan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Proses ini terkadang disebut respons fight or flight.

“Ini semua adalah proses saat tubuh coba membebaskan gula dari tubuh untuk otak. Semua ini juga memiliki dampak kerusakan pada tubuh,” kata Dr Salis.

Kuncinya, seperti untuk banyak hal dalam kesehatan, adalah moderasi. Dr Salis menyarankan memulainya dari menunggu sampai benar-benar merasa lapar sebelum makan atau ngemil.

Puasa dan kesehatan mental

Rows of monks with shaved heads and brown and orange robes sit with legs crossed and solemn expressions.
Sejumlah biksu Buddha berpuasa penuh saat melakukan meditasi intesif.

Unsplash: Ivan Tejero

Tubuh kita bukanlah satu-satunya yang mendapat manfaat dari beristirahat dari makan. Menurut psikolog Meredith Fuller, puasa juga bisa membantu mengatur ulang hubungan kita dengan makanan.

Fuller, yang menjalankan puasa untuk kesehatan bukan alasan agama, melihatnya sebagai cara menghormati kesehatan dan keadaan baik seseorang.

"Ini cara menghormati tubuhku. Saya menghargai diri sendiri. Saya berhubungan dengan yang saya butuhkan. Saya lebih bisa mengendalikan saat saya makan, dimana saya makan," katanya.

Bagi Fuller, manfaat kesehatan mental dari puasa terasa setelah makanan disediakan kembali.

“Sejumlah orang merasa lepas kendali tentang makanan. Mereka merasa tidak bisa menolak, tidak bisa berhenti. Bukan itu masalahnya. Saya punya lebih banyak pilihan dalam hidup. Apa yang sangat inginkan sekarang?” katanya.

“Masalah mendengarkan tubuh kita sendiri. Menarik betapa tubuh kita sangat menginginkan makanan sehat,” kata Fuller.

“Tubuh kita memiliki kebijaksanaannya sendiri,” tambahnya.

Menurut Fuller, bagi orang yang tidak religius, menjalani puasa juga bisa memberikan empati bagi teman mereka yang berpuasa karena alasan agama.

Rencanakan puasa

Tapi sebelum langsung menjalani puasa, pastikan hal itu yang terbaik untuk tubuh Anda.

Bicaralah dengan dokter apakah ada alasan mengapa Anda tidak boleh melakukannya. Menurut Fuller, Anda juga harus memperhatikan motivasi dan apa yang Anda harapkan dari puasa. Dan mau menghentikannya jika puasa tidak sesuai dengan tubuh Anda.

“Perhatikan bagaimana Anda menjalaninya,” katanya. “Jangan kaku terhadap hal-hal ini.”

Iftar feast spread out on a table.
Selama Ramadan umat Islam tidak makan dan minum di siang hari dan berbuka di malam hari.

Dr Salis menjelaskan mungkin akan membantu jika mencoba puasa dalam lingkungan masyarakat, sebagaimana yang dilakukan umat beragama.

Di samping manfaat fisik, Anda juga mendapatkan manfaat menjadi bagian dari sesuatu di lingkungan sekitar.

Dr Salis, yang bukan Muslim, ikut dalam puasa Ramadan beberapa tahun lalu sebagai persiapan penelitian tentang puasa.

“Sebagai bagian dari penelitianku, saya berjanji tidak meminta orang lain melakukan hal yang saya sendiri tidak lakukan,” katanya.

Sekarang dia berpuasa setiap bulan Ramadan.

“Saya menyukainya. Makan bersama (setelah matahari terbenam), tantangannya, ‘apakah kita akan berhasil puasa hari ini?'” ujar Dr Salis.

“Jika orang melakukannya dalam meditasi atau di bulan Ramadan atau Prapaskah, ada alasan lebih besar untuk puasa. Anda mendapatkan konektivitas dan itu bagus untuk Anda,” paparnya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.