Berkunjung ke Panti Asuhan untuk Wombat di Australia
Binatang khas Australia, wombat, seringkali menjadi yatim-piatu karena induk mereka biasanya menjadi korban, baik karena ditabrak mobil maupun ditembak orang.. Di East Gippsland di luar kota Melbourne, ada panti asuhan untuk anak-anak wombat yang kehilangan orangtua.
Sebenarnya di sebagian besar wilayah Australia, wombat termasuk hewan dilindungi sehingga menembak mereka tanpa izin termasuk perbuatan melanggar hukum.
Namun di sejumlah lokasi di Victoria termasuk Gippsland, wombat tidak masuk kategori hewan dilindungi. Artinya, petani bisa saja menembak mereka tanpa perlu izin dari pihak berwenang yaitu Departemen Lingkungan Hidup, Pertanahan, Pengairan, dan Perencanaan (DELWP).
Emily Small memeluk seekor wombat besar yang diberi nama Nigel. (Foto-foto: Goongerah Wombat Orphanage)
12 tahun lalu, Emily Small dan ibunya Sharon menerima seekor bayi wombat yang ditinggal mati orangtuanya. Itulah awal dari Panti Asuhan Wombat Goongerah yang kini mereka kelola.
"Bayi wombat itu yang pertama kami asuh, selama dua tahun. Sejak itu terus berdatangan wombat-wombat lainnya," ujar Small.
Karena wombat masuk kategori binatang liar, maka untuk merawatnya diperlukan izin tersendiri dari DELWP.
Small pun mengurus perizinan tersebut sembari membuka pintu untuk menampung wombat lainnya.
"Kami kemudian menerima banyak wombat yang jadi yatim karena ibunya ditabrak mobil atau karena ditembak oleh petani," ujarnya.
"Mungkin para petani itu merasa bersalah, sehingga mereka ingin memelihara bayinya. Tapi hal itu bukan hal yang mudah, sampai akhirnya menyerahkan kepada kami,' kata Small.
Dia mengatakan terkadang kedatangan anak-anak wombat itu sudah sangat terlambat, sehingga ada juga yang tidak bisa bertahan hidup lagi.
Tiga ekor anak wombat di panti perawatan wombat di Gippsland..
Selama beberapa tahun ini, panti perawatan itu terus menerima bayi wombat, dan kini terdapat 20 ekor wombat yang sedang dalam perawatan.
"Sekitar 6 hingga 8 ekor pertahun," ujar Small. "Ini tanggung jawab cukup besar bagi dua orang di sini."
Para petani yang menembaki wombat selama ini berdalih binatang itu telah mengganggu tanaman mereka.
Menurut Reg Mattingley dari Wombat Protection Society of Australia, dalih semacam itu tidak beralasan.
"Wombat hidup di alam liar selama 8 hingga 12 tahun namun tidak akan beranak-pinak jika belum merasa nyaman dengan teritorial mereka. Mereka sangat lamban dalam urusan reproduksi," jelasnya.
Pihaknya membentuk kelompok Mange Management yang melakukan upaya perawatan terhadap wombat.
Dua ekor bayi wombat sedang tidur pulas.
"Dalam tiga tahun kami merawat sekitar 450 wombat, namun sayangnhya memang sudah jadi tradisi sebagai kalangan untuk memburu wombat dan membunuhnya," ujar Mattingley.
Menurut Mattingley bayi-bayi wombat akan tetap banyak yang menjadi yatim karena sulitnya mengubah kebiasaan orang.
Bagi Small sendiri, memelihara bayi-bayi itu memerlukan tanggung jawab besar.
"Selama orang masih terus menabrak dan petani masih terus menembaki wombat, selama itu pula permasalahannya berlangsung," katanya.
Menurut Small banyak warga Goongerah kini mulai perduli dengan keselamatan wombat dan kehadiran panti perawatan ini membuat warga sekitar semakin mendukung.
Dua ekor anak wombat tidur bersama.
Pihak DELWP sendiri membantah bahwa pihaknya mengetahui adanya kegiatan memburu wombat demi lahan pertanian.
"Menembak wombat tanpa izin adalah melanggar hukum. Kami ingin tahu siapa pelakunya. Kecuali jika dan petani yang mengalami masalah dengan wombat," kata Charlie Frankton, seorang manajer DELWP di Gippsland.
Namun Small menyatakan hal ini justri bisa dikatakan terjadi setiap harinya.
"Remaja yang memiliki senapan sering menembaki wombat, dan petani sangat membenci wombat karena suka menggali tanah di lahan pertanian yang membuat truk dan motor petani terjebak," katanya.
"Wombat juga menggali lubang dimana-mana. Namun sebenarnya wombat lebih dahulu hidup di lahan itu," kata Small lagi.