ABC

Berkayak Selama Lima Tahun Untuk Mencapai Australia

Sandy Robson, seorang guru pendidikan luar ruangan dari Australia Barat, sedang mendayung kayaknya dari Jerman ke Australia. Perjalanannya selama lima tahun melewati India, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Malaysia, Thailand dan Indonesia, sebagai napak tilas atas perjalanan yang dilakukan petualang Jerman, Oskar Speck di tahun 1930-an.

Sandy dalam wawancara dengan program ABC Pacific Beat, mengatakan bahwa perjalanan Oskar merupakan “salah satu cerita perjalanan paling mengesankan.”

Sandy paddling in Bangladesh
Sandy berkayak di di Bangladesh

Supplied: Khandaker Rahman

“Saya betul-betul menyukai perjalanan panjang. Saya kira kalau kita memiliki mimpi, kita harus melakukannya sekarang, tidak menunggu sampai kita pensiun. Saya mungkin tidak akan bisa melakukan ini ketika saya berusia 60 tahun. Beberapa orang yang saya kenal meninggal di usia muda, dan ini yang memperkuat apa yang saya lakukan.”

Sejak tahun 2011, Sandy mengayuh kayaknya sekitar 30-40 kilometer setiap harinya – kebanyakan menelusuri garis pantai. Dia memiliki peralatan sebesar 100 kg – termasuk makanan, air dan peralatan kemping – di dalam kayaknya yang panjangnya lima meter.

Sandy Robson packing her kayak
Sandy Robson sedang menyun peralatan di dalam kayaknya di Tanjong Beach di Singapura.

Supplied: Edgar Su

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Sandy adalah masalah administrasi.

Tantangan terbesar adalah mendapatkan ijin untuk berkayak di negara-negara dimana mereka tidak mengerti apa itu kayak, yang bisa dilakukan oleh sebuah kayak dan apa yang bisa dilakukan oleh seorang wania. Sangat sulit sekali mendapatkan ijin melintasi perbatasan menggunakan kayak.

Sandy Robson paddling near West Papua
Sandy Robson mendayung di laut ganas di dekat Papua Barat.

Supplied: Justine Curgenven

Namun dalam perjalanan ini, Sandy juga banyak menemui kebaikan dan pertolongan yang diberikan oleh orang-orang yang baru pertama kali ditemuinya.

Saya terkejut dengan bagaimana orang-orang menemui saya dan memberikan bantuan di saat yang saya perlukan.

Sandy Robson in Malalamai, Papua New Guinea
Sandy Robson bersama penduduk desa di Malalamai, Papua Nugini. Ketika berada di sana, Sandy tinggal bersama tiga orang janda yang memiliki tiga anak.

Supplied: Sandy Robson

Pengalaman berkesan itu terjadi dalam pemberhentiannya baru-baru ini di Papua Nugini. Saddy berkayak di sepanjang pantai utara Papua Nugini ke Lae dan tinggal di darat dengan beberapa keluarga di provinsi Madang dan Morobe.

“Saya selalu akan mengingat pengalaman menginap di banyak keluarga di dalam pondok mereka dengan atap dari pohon sagu.

Saya tiba setiap hari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan mencari orang yang mau menerima saya di tempat yang baru. Mereka menyediakan tempat yang aman bagi saya untuk tidur dan menyimpan kayak.

Sandy Robson with villagers in Indonesia
Sandy Robson bersama penduduk desa di Papua Barat Indonesia.

Supplied: Justine Curgenven

Meski bangga dengan perjalanannya untuk mewujudkan mimpinya tersebut, sekarang sudah mendekati akhir perjalannya membuat Sandy juga merasa sedih.

Saya merasa senang karena perjalanan ini sudah mendekati akhir dan juga agak takut untuk kembali ke hal yang disebut banyak orang sebagai ‘kehidupan normal.’

Kayak in Northern Papua New Guinea
Penduduk desa di Yaimas di Papua Utara melepas kepergian Sandy Robson.

Supplied: Sandy Robson

Namun Sandy juga sudah siap untuk membuat rencana mengenai apa yang ingin dilakukannya.

Saya sudah siap untuk menulis buku mengenai perjalanan ini, dengan tambahan cerita dari perjalanan Oskar Speck. Inilah tantangan saya berikutnya. Ini akan menjadi buku yang tidak sempat ditulis Oskar.

Saya juga mulai merencanakan ekspedisi berikutnya.

Tergantung kepada arah angin, Sandy berencana tiba di daratan Australia yaitu di Sabai Island di Selat Torres di bulan Oktober. Di sinilah Oskar Speck mendarat di tahun 1939.

Dengarkan wawancara lengkap Pacific Beat dengan Sandy Robson dalam bahasa Inggris