ABC

Berkat Sensor Elektronik, Pelaku Grafiti dalam Kereta di Sydney Bisa Ditangkap

Teknologi baru yang bisa mendeteksi ketika pelaku grafiti sedang mencorat-coret gerbong kereta, digembar-gemborkan sebagai sebuah terobosan besar dalam tindak pencegahan kejahatan oleh Pemerintah New South Wales (NSW).

Sensor elektronik, yang disebut "perangkap tikus", ini telah diuji di seluruh jaringan kereta dan sejauh ini menyebabkan 30 orang ditangkap.

Ia bekerja dengan mendeteksi uap dari kaleng semprot dan spidol sementara alat-alat ini sedang digunakan dan memberi sinyal peringatan kepada otoritas transportasi dan polisi.

Rekaman CCTV menangkap momen ketika pelaku grafiti mencoret-coreti dinding kereta di Sydney. (Foto: NSW Police)
Rekaman CCTV menangkap momen ketika pelaku grafiti mencoret-coreti dinding kereta di Sydney. (Foto: NSW Police)

Menteri Transportasi NSW, Andrew Constance, mengatakan, ini adalah alat yang berguna.

"Apakah artinya, bahwa mereka yang melakukan grafiti, kini, bisa ditangkap segera, dengan kaleng di tangan, spidol di tangan, melakukan kerusakan," jelasnya.

Ia menerangkan, "Perangkap tikus ini menyediakan informasi aktual di waktu kejadian sebenarnya, memicu sirkuit tertutup TV kembali ke staf Kereta Sydney dan juga informasi real-time yang dilaporkan secara langsung ke Polisi Transportasi."

Pihak Kereta Sydney menolak untuk mengatakan berapa banyak alat yang akan dipasang di seluruh jaringannya, tetapi mereka mengindikasikan, alat ini akan secara acak dipindahkan dari jalur kereta api yang berbeda.

Menghapus grafiti menghabiskan uang pembayar pajak sebanyak 34 juta dolar (atau Rp 340 miliar) pada tahun keuangan lalu, naik dari jumlah 30 juta dolar (atau Rp 300 miliar) pada tahun sebelumnya (2013).

Direktur Kereta Sydney, Howard Collins, mengatakan, grafiti adalah masalah besar.

"Pelanggan kami membencinya – itu salah satu keluhan utama pelanggan dan para pembersih bekerja keras untuk menghapus sekitar 11.000 coretan dari kereta setiap bulannya," ungkapnya.

Ia mengemukakan, "Kami tahu pelanggan merasa tidak aman ketika mereka menggunakan kereta api yang dipenuhi grafiti dan para pelaku seringkali menempatkan diri mereka sendiri dan orang lain dalam bahaya dengan melintasi rel kereta tanpa izin atau berada di tempat yang tak seharusnya.