ABC

Berkat Komik, Pria Darwin Ini Bisa Baca-Tulis

Terbungkus plastik dan berada di halaman belakang sebuah properti di pinggiran Darwin adalah timbunan buku komik kuno yang -entah bagaimana –bertahan dari waktu, jamur dan Topan Tracy.

Bill, si pemilik komik tersebut -menurut pengakuannya sendiri, bukanlah kolektor buku komik yang berdedikasi.

Namun, tumpukan komik Disney, Phantom, Two-Gun Kid dan DC Comic yang telah pudar jelas mempunyai tempat khusus di hati Bill.

"Buku-buku komik ini adalah bagaimana saya belajar membaca dan menulis," aku Bill.

Bill dibesarkan di negara bagian Victoria dan berjuang dengan kondisi sekolah korespondensi ketika masih kanak-kanak, meski ia selalu tertarik dengan dunia penuh warna dalam buku komik.

“Ibu dulu terbiasa memberi kami uang untuk buku komik atau membelikannya untuk kami. Ada ‘Dan Dare’, sebuah fiksi ilmiah, dan adik saya menyukai Sooty,” kenangnya.

Sekitar usia 8 atau 9 tahun, ibunya mulai membantu Bill untuk membaca menggunakan ‘percakapan’ dari karakter favoritnya.

“Ada percakapan Donald Duck yang mengatakan sesuatu kepada keponakannya. Itu bisa mengandung kata ‘have’ dan ibu akan menjelaskannya dan setelah itu saya bisa merangkai kata-kata bersama-sama,” ceritanya.

Komik Dari Era 60an
Bill sering mengajari dirinya sendiri untuk membaca menggunakan Donald Duck.

ABC; Nick Hose

Ia menuturkan, “Kami biasa melakukannya di dapur. Segala sesuatu terjadi di dapur, dengan kompor kayu yang sebagian besar memiliki lampu minyak tanah dan tanpa kabel.”

Sekitar usia 11 tahun, Bill menyadari akhirnya ia bisa membaca.

“Saat itulah saya mendapat gambaran yang sesungguhnya tentang pergi ke sekolah,” sebutnya.

Komik Dari Era 60an
Komik-komik milik Bill masih dalam kondisi bagus.

ABC; Nick Hose

Ia mengungkapkan, “Saya bisa membaca hal-hal yang mereka tulis di papan tapi saya tak pernah pandai matematika. Ya Tuhan, saya benci aritmatika.”

Bill pindah ke Darwin pada tahun 1960 dan terus membaca komik dengan mantan istrinya pada tahun 70-an.

"Saat itu, Anda jelas membaca. Tak ada banyak televisi yang beredar," tutur Bill.

Puluhan tahun kemudian, Bill masih memiliki koleksi komik itu di gudangnya, yang ia simpan secara aman dengan penutup plastik sepanjang tahun, termasuk selama badai Topan Tracy menerjang.

Rumahnya di pinggiran Darwin juga menyimpan ‘barang dari era 60an lainnya termasuk piala berkarat yang lama terlupakan dan ranjang anak kuno berwarna merah muda.

“Saya tak mengoleksi apa-apa. Saya tak membuangna, itu saja,” kata Bill.

Ia tak membaca buku komik terbitan sekarang dan lebih suka karya-karya sebelumnya.

"Dulu, ada cerita di dalamnya. Tak ada sumpah-serapah. Tak ada hal-hal bodoh. Menghibur. Karya seni yang baik. Cerita-ceritanya lucu dan tak dimaksudkan untuk dianggap serius. Lagian komik ditujukan untuk menjadi pelarian,” pendapat Bill.

“Ini menyenangkan. Mungkin, anak-anak sekarang tak menyukainya, tapi generasi saya iya,” sambungnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan dan diperbarui: 17:02 WIB 13/09/2016 oleh Nurina Savitri.