ABC

Berhasil Diidentifikasi Faktor Risiko Genetika Alergi Asma

Lebih dari 100 faktor risiko genetik untuk asma, demam karena serbuk bunga (hay fever) dan eksim telah berhasil diidentifikasi dalam sebuah studi baru yang membantu menjelaskan mengapa kondisi ini sering terjadi bersamaan.

Studi yang dipimpin oleh Australia, yang diterbitkan hari Rabu (1/11/2017)  di Jurnal ‘Nature Genetics’, adalah yang pertama dari jenisnya untuk menunjukkan faktor risiko genetik yang umum terjadi pada ketiga kondisi alergi tersebut.

Sudah lama diketahui bahwa ada hubungan antara asma, hay fever dan eksim – seseorang yang memiliki satu kondisi cenderung memiliki kondisi yang  lain.
“Kami tahu bahwa ketiga penyakit tersebut memiliki banyak faktor risiko genetik,” kata penulis utama Dr Manuel Ferreira dari QIMR Berghofer Medical Research Institute di Queensland.

“Apa yang tidak kami ketahui adalah di bagian mana persisnya di dalam  genom tersebut terletak faktor risiko genetik bersama.”

Untuk mengetahui hal itu, peneliti menganalisis genom lebih dari 360.000 orang dan mengidentifikasi 136 posisi di dalam genom yang merupakan faktor risiko untuk mengembangkan ketiga kondisi tersebut.

“Jika Anda tidak beruntung dan mewarisi faktor risiko genetik dari orang tua Anda, itu akan menjadi predisposisi bagi ketiga kondisi alergi tersebut,” kata Dr. Ferreira.
“Itu tidak berarti Anda akan mendapatkan ketiganya, tapi Anda berisiko tinggi terhadap ketiganya.”

Gen mempengaruhi sel sistem kekebalan tubuh.

136 faktor risiko genetik yang diidentifikasi ternyata mempengaruhi apakah 132 gen di dekatnya dinyalakan atau dimatikan.
“Kami berpikir bahwa gen ini mempengaruhi risiko asma, demam hay fever dan eksim dengan mempengaruhi bagaimana sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bekerja,” kata Dr. Ferreira.

Profesor imunologi Mimi Tang dari Murdoch Children’s Research Institute mengatakan bahwa penelitian tersebut menawarkan wawasan baru tentang bagaimana varian gen dapat meningkatkan risiko respons imun yang tidak teratur yang ditemukan pada penyakit alergi.

“Selalu ada hubungan yang sangat kuat antara ketiga kondisi ini,” katanya.
“Apa penelitian ini telah dilakukan adalah membantu kita untuk memahami bahwa jalur yang mendorong kondisi ini mungkin serupa.”

faktor genetika asma
Banyak dari kita mengalami bersin dan hidung berlendir karena demam hayfever, tapi berapa banyak yang anda ketahui mengenai kondisi umum ini?

iStockPhoto

Studi ini juga melihat bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi apakah gen ini dinyalakan atau dimatikan.
“Kami menemukan bahwa ini bisa terjadi pada banyak gen yang kami identifikasi,” kata Dr. Ferreira.

“Sebagai contoh, kami menemukan satu gen – yang disebut PITPNM2 – yang lebih cenderung dimatikan pada orang yang merokok.

“Jika gen ini dimatikan, maka risiko pengembangan alergi meningkat.”

Profesor Tang mengatakan bahwa temuan ini sesuai dengan pemahaman terkini tentang apa yang menyebabkan penyakit alergi.
“Ini kombinasi gen seseorang dan lingkungan yang kita hadapi yang menentukan ekspresi gen tersebut,” katanya.

Petunjuk baru untuk pengobatan alergi

Dengan mengidentifikasi faktor risiko genetik, para peneliti akan lebih mampu memahami gen mana, bila tidak bekerja dengan benar, yang dapat  menyebabkan kondisi alergi, kata Dr Ferreira.
“Pengetahuan ini membantu kita memahami mengapa alergi berkembang  pertama kali dan, berpotensi juga memberi kita petunjuk baru tentang bagaimana mereka dapat dicegah atau diobati,” katanya.

Dia mengatakan bahwa para periset telah mengidentifikasi beberapa obat yang mereka percaya dapat menargetkan beberapa gen yang terdampak untuk mengobati alergi.
“Langkah pertama adalah menguji obat-obatan di laboratorium,” kata Dr. Ferreira.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.