ABC

Berenang Sejauh 5970 Km, Marloo Si Penyu Akhirnya Mati Kelaparan

Seekor penyu betina, yang merupakan salah satu dari 10 penyu yang ditandai untuk pertama kalinya oleh para peneliti di Stasiun Gnarloo -Australia Barat, telah berenang hampir sejauh 6.000 kilometer ke Kepulauan Tiwi di lepas pantai Wilayah Utara Australia.

Sayangnya, perjalanan luar biasa Marloo si penyu ke ujung utara Australia terpotong, dan menyebabkan para ilmuwan di Australia Barat dan Wilayah Utara Australia bekerja sama membentuk misi pencarian dan penyelamatan, untuk menemukan tubuhnya di Pulau Melville, pekan lalu.

Alat Penanda Simpan Banyak Data
Alat penanda seperti yang dipasang di tubuh Marloo menyimpan data yang berharga untuk digunakan ilmuwan dalam meneliti pola migrasi penyu.

Supplied; Department of Land Resource Management

Ilmuwan maritim dari Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Rachel Groom, mengatakan, patolog telah melakukan nekropsi di Laboratorium Hewan Berrimah, yang menyebut bahwa kematian Marloo kemungkinan besar disebabkan oleh kelaparan.

“Ini [Marloo] adalah sebuah cerita yang menarik, ia mengarungi perjalanan epik ini sejauh 5.970 kilometer, [sampai] kami bisa melihat dengan jelas bahwa ia terjebak di sekitar Pulau Melville,” jelasnya.

"Mengingat kondisi tubuhnya, mungkin itu hanya karena ia begitu kurus, ia memiliki lemak tubuh yang sangat miskin dan ia tak punya apapun di perutnya,” tutur Rachel Groom.

“Marloo menghabiskan banyak waktu di lingkungan laut, tak ada banyak makanan di lingkungan lepas pantai semacam itu dan energi yang ia telah keluarkan cukup besar dari apa yang kami bayangkan,” utaranya.

Rachel berujar, “Mudah-mudahan sesuatu akan muncul di histologi, ada banyak sampel yang diambil dari berbagai jaringan dalam penyu yang mungkin memberi informasi lebih lanjut.”

Perjalanan epik Marloo menambah pengetahuan tentang fauna

Rachel mengatakan, perjalanan Marloo ini cukup unik, dengan penyu betina jenis ini biasanya hanya bermigrasi beberapa ratus kilometer dari lokasi sarang.

“Ada dua populasi, populasi bersarang di Australia Barat dan Queensland. Bagi salah satu dari populasi itu untuk bisa sampai ke Wilayah Utara Australia merupakan sebuah perjalanan yang cukup luas, itu tak biasa,” sebutnya.

“Tapi kadang-kadang kami menemukan betina yang cukup petualang yang menempuh jarak beberapa ribu kilometer ke perairan Wilayah Utara Australia untuk mencari makan,” imbuhnya.

Ia menyambung, “[Marloo] ada di luar sana sendirian, yang lain [penyu tag] bertahan di perairan lokal di Australia Barat -ia satu-satunya yang menyeberangi perbatasan.”

Rachel mengatakan, ia berharap cerita Marloo ini akan menambah basis pengetahuan yang berkembang dari megafauna Australia.

"Ini semacam menegaskan kembali apa yang kami ketahui, kami memiliki hewan-hewan yang melintasi perbatasan ini dan kami menyediakan habitat bagi hewan yang berasal dari yurisdiksi tetangga kami," kata Rachel Groom.

“Ada jalur migrasi yang cukup jelas yang kami miliki sekarang, pemahamannya bahwa ia telah menghabiskan sejumlah waktu di perairan laut, tak begitu banyak perairan pantai Australia Barat atau Wilayah Utara Australia,” tuturnya.

Ia menambahkan, “Ada kemungkinan bahwa ia mungkin berinteraksi dengan fauna laut internasional di perairan tersebut serta fauna laut Australia lainnya.”

“Ketika kami memiliki informasi telemetri satelit semacam ini, kami mendapatkan ide yang lebih baik tentang di mana mereka mungkin berhadapan dengan ancaman lain dan apakah hal itu [harus] menjadi prioritas kelola bagi kami,” ujarnya.

Melaporkan satwa laut yang sakit dan terluka

Rachel mendesak agar anggota masyarakat melaporkan penampakan penyu sakit atau terluka, seperti Marloo, kepada pemerintah lokal, universitas terdekat atau nomor telepon dinas darurat kelautan setempat.

“Rekan-rekan kami di Australia Barat menghubungi kami untuk mengingatkan kami situasi Marloo dan kami berterima kasih kepada Dewan Tanah Tiwi karena segera memberi izin akses,” utaranya.

"Penandaan satwa ini bernilai sekitar 5.000 dolar (atau setara Rp 50 juta) dan memiliki banyak data yang bisa diunduh, yang secara efektif menceritakan kisahnya,” jelas Rachel Groom.

“Alat penanda ini sungguh berharga – bukan hanya soal uang. Masyarakat memiliki kepentingan untuk memahami apa yang hewan-hewan ini lakukan dan ada banyak pertanyaan yang bisa dijawab dengan menandai hewan-hewan ini,” kemukanya.

Ia menyambung, “Ini bukan hanya informasi untuk Australia, ini adalah sesuatu yang cukup penting bagi kami secara internasional, untuk lebih memahami populasi ini.”

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan: 18:02 WIB 05/09/2016 oleh Nurina Savitri.