ABC

Berdoa di Depan Klinik Aborsi, Tiga Warga Australia Tak Dipidana

Tiga pria penentang aborsi yang berdalih bahwa mereka hanya berdoa dalam diam dan bukan melakukan aksi demonstrasi di depan sebuah klinik aborsi di Canberra, Australia, dibebaskan dari segala tuntutan.

Pada bulan Februari tahun lalu, Kerry Mellor, John Popplewell dan Ken Clancy (semuanya berusia 70-an tahun) medatangi klinik aborsi di kota tersebut.

Para penentang aborsi ini mengatakan mereka datang ke sana untuk berdoa dalam diam.

Sebelumnya di tahun 2016, badan legislatif negara bagian khusus ibukota (ACT) mengeluarkan UU yang melarang aksi demonstrasi di zona sekitar klinik aborsi.

Pemerintah ACT berharap zona eksklusi itu akan menghentikan para pemrotes berkumpul di sana, sehingga menyebabkan kesusahan bagi para wanita yang memasuki klinik.

Ketiga pria dituntut oleh polisi karena berada di zona eksklusi dan terlibat dalam aksi yang dilarang.

Mereka masing-masing didenda $ 750 namun mereka menolak membayar sehingga kasusnya dilimpahkan ke Pengadilan Administratif ACT.

Dalam persidangan terungkap bahwa ketiga pria ini berjalan mengelilingi klinik sambil berdoa dan seorang di antaranya di bangku terdekat sambil memegang sepasang rosario.

Police question a man sitting at a bus stop.
Seorang pria ditangkap di luar klinik aborsi di Canberra dengan tuduhan melanggar ketentuan demonstrasi.

Supplied

UU terkait melarang “demonstrasi apapun” di zona eksklusi, dan jaksa berpendapat bahwa tindakan ketiga pelaku masuk kategori demonstrasi.

Namun Hakim Glenn Theakston tidak sependapat dengan jaksa.

“Mereka sama sekali tidak tampak sedperti berpartisipasi dalam aktivitas luar biasa. Mereka bahkan tidak berkumpul,” katanya.

“Saya membuat pengamatan ini dengan menyadari keterlibatan mereka sebelumnya dalam kegiatan doa dan pandangan mereka tentang aborsi,” tambah Hakim Theakston.

Dia membatalkan segala tuntutan terhadap ketiga pria itu.

“Saya menganggap mereka terlibat kegiatan berdoa dalam diam, dan doa semacam itu tak melibatkan komponen ekspresi, komunikasi atau pesan kepada orang-orang di sekitar mereka,” katanya.

"Satu-satunya hal yang mengganggu bagi saya dalam hal ini, yaitu adanya rosario di tangan Clancy," kata Hakim Theakston.

“Namun, kehadiran rosario itu, tanpa tampilan simbolis atau isyarat lainnya, membuat saya sangat ragu apakah ada ekspresi, komunikasi atau pesan dari Clancy,” tambahnya.

Di luar pengadilan salah satu pria, Kerry Mellor, mengatakan dia bersikukuh dengan tindakannya.

“Tuntutan tersebut dibatalkan. Jadi, situasinya sekarang selama kami tidak melanggar hukum nantinya, dan kami selalu berpendapat bahwa kami tak pernah melanggar hukum sebelumnya, maka kami bebas melakukan apa yang kami percaya dan terus menawarkan doa-doa kami,” katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.