ABC

Berbagi Pengalaman dari Indonesia Untuk Menebar Inspirasi di Melbourne

Bincang Merdeka digelar hari Sabtu malam (22/08/2015) di Melbourne Recital Centre, Australia, dengan membahas peluang-peluang berkarir dan berkarya di Indonesia, serta apa yang menjadi tantangannya. Lewat acara ini diharapkan mahasiswa Indonesia mempersiapkan diri untuk kembali ke Tanah Air.

Bincang Merdeka digelar oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) negara bagian Victoria dengan menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh yang telah berkiprah di Indonesia.

Para tokoh yang dihadirkan di Indonesia adalah Ken Dean Lawadinata, CEO dari Kaskus Indonesia serta Rosiana Silalahi, Direktur Pemberitaan Kompas TV.

Sementara pembicara yang berbasis di Australia adalah Bagus Nugroho, doktor lulusan University of Melbourne di bidang teknik dan sains; Wellix Halim, salah satu direktur di freelancer.com, perusahaan freelancing terbesar di dunia.

Acara yang dipandu dengan Marissa Anita dari Net TV berlangsung selama hampir dua jam.

(Kiri ke Kanan) Rosiana Silalahi, Ken Lawadinata, Bagus Nugroho, Wellix Halim, dan Marisa Anita. Foto: Erwin Renaldi
(Kiri ke Kanan) Rosiana Silalahi, Ken Lawadinata, Bagus Nugroho, Wellix Halim, dan Marisa Anita. Foto: Erwin Renaldi

 

"Tujuan dari perbincangan ini adalah mengajak agar mahasiswa Indonesia di Australia tidak takut untuk pulang, setelah kuliah mereka selesai," ujar Mutiasari Handling, Ketua PPIA Pusat dan Victoria.

Mutiasari mengatakan lewat ajang ini, para mahasiswa tidak harus menunggu sampai lulus untuk mempersiapkan diri. Salah satu persiapan yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa adalah membaca situasi dan peluang yang ada.

Rosianna Silalahi mengawali sesinya dengan memaparkan bagaimana Indonesia telah menjadi salah satu negara di dunia yang paling liberal, dilihat dari kebebasan media dan berkespresinya. Terbukti kini sudah ada 11 saluran televisi yang mengudara secara nasional, menjadi yang terbanyak dibandingkan negara lainnya.

"Demand televisi sangat banyak. Tapi sayang, supply masih sangat sedikit. Karenanya 'pembajakkan' karyawan dari saluran TV ke TV lain seringkali terjadi," ujar Rosianna yang sebelumnya menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV.

Menurutnya perlu banyak persiapan yang harus dilakukan jika seseorang memutuskan ingin bekerja sebagai jurnalis atau di industri media di Indonesia.

"Industri media memiliki kultur penuh tekanan, tapi kebanyakan anak-anak muda memiliki salah paradigma, karena hanya ingin nge-top-nya saja. Padahal menjadi terkenal adalah bonus pekerjaan," jelas Rosianna yang telah memenangkan sejumlah penghargaan di bidang jurnalistik pertelevisian.

Rosianna menambahkan jurnalis tidak harus selalu lulusan ilmu komunikasi atau media. Karena dunia pertelevisian adalah dunia yang dinamis dan mencakup segala aspek kehidupan. Yang perlu diperlukan adalah tekad dan keberanian besar.

"Saya sendiri lulusan Fakultas Sastra Jepang, malah tidak lulus untuk masuk Ilmu Komunikasi. Meski sempat sedih sekali, tapi saya berjanji terhadap diri sendiri untuk menjadi yang terbaik di bidang media atau komunikasi," kata Rosianna.

Pembicara lainnya adalah Ken Dean Lawadinata, pendiri situs Kaskus yang berbagi cerita mengenai kondisi dunia digital di Indonesia. Menurutnya televisi masih menguasai iklan.

"Periklanan di dunia digital memang semakin kuat, tetapi volumenya masih rendah [jika dibandingkan televisi]," jelas Ken yang lebih memilih membangun bisnis digitalnya, ketimbang meneruskan bisnis keluarganya.

Bagi Ken, kunci utama kesuksesan di dunia digital, juga dunia bisnis lainnya adalah perlu adanya upaya untuk membuat permintaan di pasar.

Setelah Kaskus, kini Ken juga telah membuat situs serupa dengan pangsa pasar khusus untuk ibu-ibu dan wanita.

"Kita harus melihat apa yang menjadi masalah tiap-tiap kelompok warga, kemudian barulah kita mencoba menawarkan solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi," jelas Ken.

Wellix Halim yang sama-sama bekerja di industri digital pun memiliki pandangan yang sama.

Wellix yang telah menduduki posisi wakil presiden Freelancer.com di usia sangat muda berbagi tips untuk menjadi pengusaha. Menurutnya, ada tiga fokus utama dalam menjalankan bisnis, yakni pada orang, produk, dan seberapa besar pasarnya.

Ia juga menepis anggapan kalau untuk memulai usaha membutuhkan uang yang banyak, atau kesuksesan hanya dimiliki oleh anak-anak orang kaya.

"Jika memang benar anggapan tersebut, mengapa anak dari Bill Gates tidak tercatat sebagai salah satu orang paling kaya sekarang?" tanya Wellix yang lulusan University of Melbourne dan Stanford University.

"Kesuksesan itu memang bisa karena uang, pendidikan, dan jaringan pertemanan. Tapi tidak ada satu faktor penentum melainkan merupakan gabungan dua diantara ketiganya," jelas Wellix yang sudah beberapa kali memberikan ceramah di saluran televisi bisnis CNBC dan Bloomberg TV.

Bagi para mahasiswa yang ingin membuka bisnis sendiri, Wellix mengaku jika kegagalan adalah hal yang biasa.

"Kalau gagal, lebih baik gagal secara cepat, tetapi kemudian bangkit dengan lebih segera," jelas Wellix.

Suasana Bincang Merdeka. Foto: Erwin Renaldi.
Suasana Bincang Merdeka. Foto: Erwin Renaldi.

 

Dari bidang pendidikan, peneliti Bagus Nugroho sempat menceritakan bagaimana dirinya dulu pernah memiliki nilai evaluasi akhir belajar ketiga terbawah dari sekolahnya.

Ia juga bercerita jika ilmu yang dipilih untuk dipelajari bukanlah masalah, karena yang terpenting adalah memiliki kemampuan.

"Karena pada akhirnya adalah bagaimana menerapkan ilmu ke dalam kemampuan dalam dunia bekerja sebenarnya," jelas Bagus.

Bagus kini telah mendapatkan proyek penelitian di Indonesia, dengan melibatkan Australia dan Inggris.Penelitiannya nanti berkaitan dengan beban berat kapal dan pengaruhnya dengan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan.

Penelitian Bagus dianggap sejalan dengan salah satu visi dan misi Indonesia saat ini, yakni memperkuat kondisi maritim dan kelautan Indonesia.

"Jadi yang terpenting kalau sedang sekolah adalah mencari supervisor [dosen pembimbing] terbaik di bidangnya, dari sanalah kita akan mulai mendapatkan ide-ide," ujarnya. 

Acara Bincang Merdeka sebelumnya telah mengundang Menteri Pendidikan Anies Baswedan untuk hadir, namun beliau berhalangan hadir.