Berbagi Lahan Solusi untuk Punya Rumah Murah di Australia
Ketika banyak pasangan muda bersusah payah mendapat pinjaman rumah untuk di suburb pingggiran kota-kota di Australia, James Galletly dan Alicia Fox telah membangun istana kecil mereka di suburb kecil di hutan dengan biaya sekitar $100.000 atau sekitar Rp 1 milyar.
Rumah itu lebih kecil daripada banyak ruang makan rumah suburban, tapi inilah rumah impian mereka — di atas lahan dimana mereka berbagi dengan lebih dari 70 keluarga lain.
Pasangan pemilik sekaligus pembangun itu memotong biaya dan membuat diri mereka memasuki pasar perumahan Australia yang persaingannya tinggi, dengan membangun rumah kecil berdasarkan perjanjian berbagi lahan.
Koperasi dimana mereka tinggal sekarang adalah komunitas terpencil berlokasi di antara Port Macquarie dan Crescent Head di New South Wales, sekitar lima jam berkendara dari utara Sydney.
Menjalani ‘hidup sederhana’
Koperasi Goolawah adalah sebuah komunitas berbagi lahan atau Multiple Occupancy and Development, mendapat izin di bawah Kebijakan Perencanaan Lingkungan NSW nomor 15, yang mengizinkan 78 unit hunian.
Pasangan itu tertarik pada cara hidup yang sederhana, di komunitas terpencil di hutan, sekitar 20 kilometer dari kota terdekat.
“Karena di luar jaringan kami tidak membayar air atau listrik jadi biaya sangat rendah dan kami menanam sebanyak mungkin makanan yang kami bisa supaya biaya hidup sangat kecil,” kata Galletly.
“Biaya hidup mendasar kami hanya untuk bensin, makanan, telepon dan internet,” kata Fox.
"Konsep untuk mengunci diri untuk mencicil selama 30 tahun — yang berarti karir selama 30 tahun, tidak cocok untuk gaya hidup kami.
“Kami berkelana selama 10 tahun sebelum memutuskan untuk membangun rumah, jadi kami tidak ingin melepaskan kebebasan itu.”
Komunitas itu mendapat persetujuan pengembangan untuk membangun lebih dari satu hunian untuk seluruh properti pada 2013— jadi telah terjadi lonjakan pembangunan beberapa tahun terakhir karena beberapa keluarga muda pindah.
Membangun ‘istana kecil’
Meskipun porsi James dan Alicia dalam pembagian lahan relatif cukup besar yaitu sekitar 1,25 acre atau sekitar 5.000 meter persegi, tetap membangun kecil membantu mereka membuat biaya tetap rendah.
“Kami menghabiskan beberapa tahun merancang sesuatu yang sangat kecil dan sangat sederhana,” kata Galletly.
“Kami ingin ini sekadar cukuo dan tidak berlebihan.
"Kami tidak ingin punya dampak lingkungan besar."
Dimensi luar rumah 8 kali 5,5 meter dan lebih kecil di dalam karena konstruksi jerami, yang menjadi setebal setengah meter jika dikombinasikan dengan plaster tanah.
“Semua tanah liat dan pasir yang kami pakai berasal dari tanah yang kami siapkan untuk membangun rumah, kami memakai semua bahan bangunan itu untuk dinding dan lantai,” kata Galletly.
Langit-langitnya terbuat dari papan palet yang membutuhkan proses padat karya, terutama karena cara mereka memperlakukannya, dengan tujuan mereka untuk membuat dampak lingkungan sekecil mungkin.
“Kami menggunakan semuanya papan bekas, jadi semuanya dari sampah, dan kami harus mengembalikan ke kejayaannya semula,” kata Fox.
“Perlu lebih lama daripada memakai dari toko bahan bangunan.”
James dan Alicia memelajari hampir seluruh yang mereka tahu tentang membangun dengan bahan alami dari berkeliling dunia.
“Untuk dinding jerami dan plaster tanah kami memakan tenaga banyak teman, lewat latihan kerja, jadi kami punya banyak orang datang dan membantu kami membangun,” Galletly.
“Ini seperti melakukan cara tradisional,” kata Fox.
“Saya pikir semua orang yang datang dan membangun bersama kami menikmati membuat tangan mereka kotor, menjadi bagian dari sesuatu yang akan tahan lama, dan kembali ke hal mendasar.
"Fakta bahwa kita dapat membangun rumah kita sendiri sangat memberdayakan.
“Kami telah bertenda selama beberapa tahun selama membangun rumah kami, yang membuat kami kena banyak hal, terutama cuaca, jadi kalau angin kencang atau hujan, bisa melelahkan.”
Pasangan itu kini telah membangun selama dua tahun.
“Kami berharap untuk selesai menjelang Natal — meskipun kami bilang begitu juga tahun lalu — dan tahun sebelumnya!” kata Fox.
Apakah berbagi lahan pilihan mudah punya rumah?
Pilihan berbagi lahan adalah pemecahan dari tingginya biaya hidup di Sydney, tapi ini bukan untuk semua orang.
Impian untuk hidup sederhana pada kenyataannya bisa menjadi banyak kerja keras.
Bagaiman koperasi bekerja?
- Standar Australia berlaku untuk semua jenis hunian dan harus mendapat persetujuan dewan kota seperti juga konstruksi di suburban
- Iuran tahunan diputuskan oleh co-op (koperasi) termasuk pungutan untuk jalan dan pungutan pekerjaan tahunan harus dibayar untuk mempertahankan keaktifan keanggotaan
- Biaya lain yang dikenakan ke anggota adalah listrik, air dan sistem manajemen air kotor yang sesuai standar yang disetujui
- Pengajuan keanggotaan membutuhkan persetujuan dari komunitas
- Anggota yang berminat pertama kali harus tinggal dalam kurun waktu tertentu, terpilih di komunitas dan mencari pembagian yang tersedia
- Biaya bergabung dihitung dari total semua pungutan tahunan per bagian sejak lahirnya koperasi di tahun 2000
Sumber: Goolawah Cooperative
Nitiyama Martin adalah penghuni berbagi lahan yang berpengalaman dari Northern Rivers yang baru pindah ke koperasi yang sama dengan pasangannya Sattwa.
“Ini model yang berbeda,” kata Martin.
"Anda tidak memiliki blok kecil seperti banyak orang, tapi Anda memiliki sebuah andil dalam lahan hutan yang luas ini jadi seperti Anda memiliki seluruh properti."
Martin mengatakan secara finansial, orang bisa mendapat pinjaman dari bank untuk membeli andil (saham).
“Ini tidak lagi menjadi pilihan murah seperti pada tahun 70an, tapi semacam biaya rendah tapi bukan tanpa biaya,” kata dia.
“Di northern Rivers, berbagi lahan dimulai sejak Aquarius festival — festival besar hippie,” kata Martin.
“Orang yang datang untuk festival suka daerah itu dan ingin tinggal.
“Itu adalah daerah pertanian penghasil susu — jadi murah, orang bisa membeli dan membaginya menjadi banyak hunian.
“Sekarang anak-anak yang tumbuh di sana bisa membeli satu saham dengan $200!”
Tinggal di komunitas koperasi
Martin tidak asing dengan kehidupan komunitas .
“Saya telah tinggal di komunitas hampir seluruh usia dewasa saya,” kata dia.
“Saya pikir komunitas sangat bermanfaat bagi anak-anak.
“Kami pindah ke koperasi Goolawah karena kami ingin mencoba petualangan baru dan Goolawah koperasi yang cukup baru.
“Ada acara-acara sosial dan pertemuan tetangga dan teman-teman, musik, makan pizza, ada tempat tongkrongan pria, pertemuan yoga, panahan, lapangan golf, dan paduan suara anak-anak.
"Ini sebuah desa kecil."
“Seiring desa bertumbuh, bisa jadi akan ada kelompok pembuat roti atau kios produksi kecil.”
Meskipun Fox dan Galletly pindah ke komunitas berbagi lahan untuk kebabasan mereka, bagian dari perjanjian untuk tinggal di koperasi tertentu berarti menerima seperangkat aturan untuk dijalankan.
“Tidak ada kucing dan anjing, tanpa senjata api, tanpa kekerasan, tidak ada pagar dan tidak boleh menebang pohon di lahan komunal,” kata Galletly.
“Anda bisa melakukan apa saja di lahan sendiri, tapi perlu minta persetujuan untuk mengembangkan lahan komunal.”
"Ini adalah demokrasi — tidak ada pemimpin.
“Semua aturan itu diputuskan secara voting dan harus ada dua per tiga mayoritas.”
“Seperti juga perkumpulan atau kelompok yang berkumpul bersama, selalu ada orang yang tidak setuju dengan banyak hal,” kata Fox.