ABC

Berbagi Karunia Hidup Melalui Donor Organ

Keluarga Udani sangat mengerti bagaimana donor organ bisa memberi dampak positif terhadap kehidupan orang lain.

Keluaga Udani tengah memperpanjang liburan mereka di India mengunjungi keluarga besarnya ketika, beberapa hari sebelum kembali ke Australia untuk mulai masuk sekolah, putra mereka yang berusia 7 tahun Deyaan mengeluh menderita sakit kepala yang hebat.

Seminggu sebelumnya pada 30 Januari pukul 16:00 sore, Mili dan Rupesh menerima kabar yang tidak diharapkan oleh keluarga manapun: Deyaan dinyatakan meninggal secara klinis.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Tidak ada yang bisa dipersalahkan.

Pasangan yang patah hati ini membawa Deyaan ke rumah sakit terbaik di Mumbai dimana ia dirawat oleh dokter terbaik dan dioperasi oleh para ahli bedah terbaik. Namun tetap saja hasilnya adalah yang terburuk yang bisa mereka bayangkan.

Setelah melewati lika liku nasib yang pahit, Deyaan mampu melakukan empat keajaiban setelah meninggal awal tahun ini.

Penemuan mengerikan
Ketika Deyaan pertama mulai merasakan sakit di kepalanya, tampaknya tidak ada yang bisa membantu meringankannya bahkan sakit kepalanya semakin memburuk. Pada hari keempat mereka menyadari masalahnya mungkin serius.

Deyaan Udani
Deyaan Udani

Supplied: Udani family

Deyaan dibawa ke rumah sakit dimana para dokter melakukan MRI, dan berhasil mendapati temuan yang mengerikan.

“Ketika itulah Kami menemukan dia menderita pembekuan dara dan juga pendarahan di otak,” kata Mili.

Mili dan Rupesh berdoa meminta keajaiban, tapi kondisinya dengan cepat memburuk,”

“Dia sangat kesakitan, dia terus menerus menjerit,” kata Rupesh.

“Dia kehilangan kemampuan berbicara dan penglihatannya saat itu juga,”

Deyaan menjalani operasi darurat untuk meringankan tekanan pada otaknya, tapi tidak ada hal lain yang bisa dilakukan dokter. Sepekan setelah jatuh sakit, dia kalah dalam pertarungan dengan sakitnya dan meninggal dunia.

Belajar menyelamatkan kehidupan

Keluarga Udani
Rupesh dan Mili Udani tengah berlibur bersama keluarga di India ketika ketika anak laki-laki mereka Deyaan meninggal karena pembekuan darah dan pendarahan otak.

ABC: Lisa Clarke

Siswa Quakers Hill Public School ini dikenal sebagai anak yang baik hati yang mempelajari pelajaran penting mengenai karunia hidup hanya beberapa saat sebelum meninggal dunia.

Selama pekan keselamatan Nasional tahun lalu, Deyaan dan saudara perempuannya Naisha mempelajari soal tata tertib berlalu lintas, kecelakaan dan seperti sudah ditakdirkan – donasi organ.

Sepulang sekolah saudara perempuannya bertanya kepada orang tua mereka tentang apakah salah satu dari mereka ada yang terdaftar sebagai pendonor organ.

Mili adalah donor yang terdaftar, namun Rupesh sangat menentang gagasan itu.

“Saya suka organ saya. Saya tidak ingin menjadi pendonor organ, “katanya kepada anak-anaknya.

Udani family
Rupesh, Mili, Naisha dan Deyaan saat melakukan liburan keluarga.

Supplied: Udani family

Deyaan suka menantang ayahnya di setiap kesempatan, dan menjawab “Bagaimana Anda bisa mencintai organ Anda ketika Anda sekarang mati?”

Rupesh mengakui ia tidak tahu apa-apa soal donor organ tubuh pada saat itu.

“Aku senang sekolah mengangkat topik ini. Tidak banyak sekolah yang bersedia membahas topik ini, “kata Rupesh.

“Mereka berdua begitu meyakinkan.”

Sama seperti di Australia, India sedang berjuang karena kekurangan akut donor organ. Diperkirakan lebih dari satu juta orang menderita dengan kegagalan organ tahap akhir, tetapi hanya sekitar 3.500 transplantasi dilakukan setiap tahun. Setidaknya 15 pasien meninggal setiap hari menunggu organ.

Beberapa alasan mengapa banyak orang India yang resisten terhadap donasi organ termasuk kurangnya pengetahuan atau kesalahpahaman tentang meliputi apa saja hal ini.

Mili mengatakan banyak dari anggota keluarga mereka merasa tidak nyaman dengan gagasan donor organ ini. Semua orang di sekitar mereka mengatakan untuk menunggu sebuah keajaiban dan tidak menyerah begitu saja pada kemungkinan Deeyan menjadi baik lagi.

Pasangan ini harus membuat keluarga mereka sendiri mengerti tentang donasi organ. Mereka berpikir bahwa jika ginjal atau jantung Deyaan ini diambil, maka ia akan lahir di kehidupan berikutnya tanpa ginjal atau hati.

“Yang saya pikirkan ketika itu hanyalah kalau ini adalah keinginan anak saya dan saya harus melakukannya,” kata Mili.

Deyan menjadi pendonor organ termuda di India, dan mampu menyelamatkan nyawa 4 orang termasuk, anak perempuan berusia 7 tahun yang menerima donor jantungnya.

Keluarga Rupesh Udani tengah berlibur di India ketika anaknya Deyaan meninggal karena pembekuan dara dan pendarahan di otak.
Keluarga Rupesh Udani tengah berlibur bersama keluarga di India ketika anaknya Deyaan meninggal karena pembekuan dara dan pendarahan di otak.

ABC: Lisa Clarke

Kisah mengenai harapan

Keluarga Udani akan berbagi pengalaman mereka mengenai donasi organ di sebuah acara cerita unik di multimedia berjudul Life Giving Stories. Program ini diinisiasi oleh Layanan Komunikasi Kesehatan Multicultural New South Wales yang diarahkan oleh fotografer ternama William Yang, bersama dengan produser Annette Shun Wah dari Performance4a. Mereka menghadirkan lima kelompok warga dari beragam latar belakang budaya untuk menceritakan kisah pribadi mereka tentang bagaimana donasi organ telah mempengaruhi kehidupan mereka.

Pada tahun 80-an William mulai berbagi kisahnya sambil memproyeksikan gambar, dan dalam sepuluh tahun terakhir dia mulai menyelenggarakan lokakarya dengan orang-orang untuk membantu berbagi cerita mereka sendiri. Ini adalah kedua kalinya ia menjadi bagian dari Life Giving Stories, dan dia berharap penonton akan dipaksa untuk menjadi donor sendiri setelah mendengar cerita ini.

“Sumbangan Organ dalam masyarakat multikultural umumnya rendah,” kata William.

Williams mengatakan kisah keluarga Udani merupakan salah satu kisah yang sangat kuat yang pernah dia dengar.

“Mereka menjalani kehilangan yang amat sangat, tapi mereka berhasil melaluinya dan membuat keajaiban,” kata William.

Fotografer internasional ternama William Yang (kiri) mewawancarai Keluarga Udani untuk program Life Giving Stories 2016.
Fotografer internasional ternama William Yang (kiri) mewawancarai Keluarga Udani untuk program Life Giving Stories 2016.

ABC: Lisa Clarke

Berbagi kisah Deyaan kepada publik merupakan keputusan yang mudah bagi Keluarga Udani.

“Deyaan ingin kembali ke Australia. Namun nasib berkata lain. tapi setidaknya kita bisa membagikan kisahnya,” kata Rupesh.

LIFE GIVING STORIES akan digelar pada Minggu, 28 Agustus 2016 di Riverside Theatre, Parramatta NSW, dari 14.00 – 16.00 waktu setempat.

Kisah-kisah menarik lainnya bisa anda ikuti di akun facebook Australia Plus community, atau follow kami di Twitter dan Instagram.

Diterjemahkan pada pukul 19.45 wib, 23/08/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.