ABC

Benturan Tiga Galaksi Lahirkan Black Hole Raksasa

Benturan tiga galaksi yang berada pada jarak 1,8 juta tahun cahaya dari Bumi, telah melahirkan sebuah black hole (lubang hitam) raksasa yang massanya 3 miliar kali lebih besar dibandingkan massa matahari.

Laporan mengenai temuan mengejutkan ini telah diterima oleh Jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

"Black hole di pusat galaksi kita ukuran massanya hanya 4 juta solar masses. Dibandingkan dengan itu, black hole ini ukurannya benar-benar mengerikan besarnya," jelas Dr Lisa Harvey-Smith dari lembaga penelitian Australia, CSIRO Astronomy and Space Science.

Di tahun 1989, Jurnal Nature melaporkan hasil pengamatan terhadap gas yang disebut astrophysical maser di galaksi bernama IRAS 20100-4156.

Galaksi ini ternyata merupakan kumpulan tiga galaksi yang sedang dalam proses berbenturan. Black hole di masing-masing galaksi itu kemudian bergabung menjadi lubang hitam raksasa.

Dr Harvey-Smith mencoba melakukan pengukuran spketrum gelombang radio yang dipancarkan oleh maser saat menguji coba sebuah teleskop baru milik CSIRO bernama Australian Square Kilometre Array Pathfinder (ASKAP) di Murchison.

Namun saat melakukan pengecekan lebih lanjut dengan teleskop Australia Telescope Compact Array di Narrabri, para peneliti menemukan sesuatu yang menarik.

Mereka menemukan bahwa bahwa maser tersebut bergerak dua kali lebih cepat dari yang diperkirakan – tidak kurang dari 600 km perdetik di sekitar pusat galaksi.

Gas yang membentuk maser diketahui bergerak terputar oleh gravitasi dari black hole raksasa di pusat galaksi.

"Pergerakan gas yang sangat cepat ini menunjukkan bagaimana besarnya lubang hitam itu," jelas Dr Harvey-Smith.

Terbentuknya lubang hitam raksasa melalui benturan galaksi menimbulkan debu-debu bintang yang memungkinkan terbentuknya bintang secara lebih cepat.

Hal itu menyebabkan para astronom dengan menggunakan teleskop mampu melihat galaksi yang jaraknya jauh.

Menurut Dr Harvey-Smith, pengkuran lubang hitam raksasa di berbagai galaksi yang berbeda usianya bisa membantu menjelaskan sejarah alam raya.

"Kami ingin mengetahui apakah benturan galaksi dan pembentukan lubang hitam raksasa telah mempercepat pembentukan bintang-bintang," katanya.