ABC

Belasan Burung Beo Langka Mati Dimakan Tikus di Fasilitas Penangkaran

Sebanyak 14 ekor burung beo perut oranye – orange-bellied parrots yang terancam punah mati dimakan tikus di sebuah fasilitas penangkaran di Tasmania. Diperkirakan saat ini di alam liar satwa burung langka ini jumlahnya hanya sekitar 70 ekor saja.

Belasan burung beo langka yang menjadi santapan tikus itu merupakan bagian dari program pemulihan populasi satwa langka nasional.

Diperkirakan saat ini hanya terdapat kurang dari 70 ekor burung beo perut oranye di alam liar, bahkan sejumlah data lain memperkirakan populasi satwa langka ini hanya tinggal 32 ekor.

Departemen Industri Primer, Taman, Air dan Lingkungan (DPIPWE), membiakan burung-burung ini di fasilitas penangkaran Taroona yang terletak di pinggiran Hobart untuk membantu meningkatkan jumlah populasi burung beo ini yang sangat sedikit di alam liar.

Rumah pembiakan satwa di Taroona menampung sekitar 160 ekor burung beo jenis ini, sekitar setengah dari populasi hewan yang ditangkarkan di fasilitas tersebut.

Howel Williams, dari DPIPWE, mengatakan baru-baru ini lembaganya berusaha membiakan lebih banyak burung beo, artinya fasilitas rumah pembiakan hewan di taroona masih mampu menampung burung-burung beo tersebut dan sementara sejumlah burung lainnya ditempatkan di fasilitas yang lama.

"Pada dasarnya itu memang fasilitas yang sudah sangat tua, dan lantai dan mungkin juga dindingnya tidak terlalu kokoh seperti sebelumnya," kata Williams.

Sepasang burng beo juga ditemukan mati dimakan tikus pada bulan Oktober dan November lalu.

"Lalu pada suatu pekan di awal Bulan Desember lalu, sejumlah burung diambil oleh tikus, meskipun kami selalu memiliki program pengendalian hama, tapi kami menyadari bahwa fasilitas itu memiliki masalah yang tidak kita tangani dan perlu mendatangkan pembasmi hama," katanya.

Burung-burung di unit ini ada yang memiliki penyakit, burung yang tidak dibiakkan ditempatkan di ruang karantina agar tidak berdekatan dengan dengan burung beo lain di fasilitas tersebut.

Status penyakit burung-burung ini masih dipantau sebagai langkah antisipasi jika saja burung-burung itu juga nantinya bisa dibiakan.

Williams mengatakan ini merupakan kehilangan yang signifikan.

"Insiden ini tidak akan memiliki dampak pada program pemuliaan tahun ini, dan tidak juga akan berdampak pada program pemuliaan jangka panjang," katanya.
 
Departemen ini berwenang pada pengaturan penempatan burung-burung ini dan mereka berjanji akan mencegah insiden ini terjadi lagi.
 
Sebelumnya, tepatnya satu tahun yang lalu, seekor kucing kedapatan menyelusup masuk ke fasilitas ini dan memangsa dua ekor burung.
 
Mark Holdsworth, pakar hewan dan ketua TIm Pemulihan Nasional Burung Beo Perut Orange mengatakan kematian burung-burung ini memicu kekhawatiran serius.
 
"Insiden belasan burung mati di mangsa tikus ini sangat mengganggu, apalagi terjadi di fasilitas yang ada penjaganya,"
 
"Selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada kasus satwa yang tengah ditangkarkan mati dimangsa tikus,"
 
"Jadi menurut saya ini insidne yang aneh, hal ini bisa terjadi dalam waktu yang singkat,"
 
Holdsworth mengatakan tikus-tikus ini mulai menimbulkan masalah ketika dia masuk dalam tim nasional.
 
"Tapi mereka masih bisa diatasi,  mereka ketika itu masih cukup ditangani dengan memberi racun atau menangkapnya saja,"
 
"Tapi dalam kasus ini, sepertinya kurang pengawan dan tidak cukup memiliki kemampuan untuk melakukan tugas pengawasan itu,"
 
Holdsworth mendesak agar dilakukan kajian independen mengenai kondisi di fasilitas pembiakan hewan Taroonga.
 
Dalam pernyataannya Menteri Lingkungan Tasmania, Matthew Groom mengatakan dia yakin otoritas DPIPWE sudah memiliki program komunikasi yang baik.