ABC

Belajar Liputan Media Dari Australia

Dalam beberapa pekan terakhir, terjadi dua peristiwa besar penyanderaan di Sydney (Australia) dan kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 di lepas pantai Kalimantan (Indonesia). Bila liputan media di Australia mendapat pujian, beberapa media di Indonesia mendapat kecaman keras. Apa yang bisa dipelajari dari liputan media di Australia?

Salah satu harian berpengaruh di Inggris, The Guardian secara khusus membuat satu artikel panjang memuji bagaimana media di Australia "menahan diri' dalam memberitakan apa yang terjadi dalam insiden penyanderaan di Martin Place tersebut.

Walau kejadian penyanderaan di Martin Place berbeda dengan kecelakaan pesawat AirAsia, namun banyak hal yang bisa dipelajari dari sana oleh media dimana saja termasuk di Indonesia.

Yang terjadi menurut The Guardian, adalah bahwa media sebenarnya memiliki banyak sekali data ataupun informasi yang mereka miliki selama masa-masa insiden tersebut namun mereka memutuskan untuk tidak menyiarkannya. Antara lain guna membantu polisi dalam menyelesaikan kasus penyanderaan tersebut, namun juga untuk tidak memberikan "bahan-bahan" yang berlebihan bagi masyarakat luas.

Salah satu jaringan televisi terbesar di Australia, Channel 7 sebenarnya memiliki kantor pusat yang terletak persis di depan Lindt Cafe di Martin Place tersebut. Ada dugaan kemudian bahwa sebenarnya si penyandera Man Haron Monis berencana melakukan penyanderaan di Channel 7 namun karena baru-baru ini tempat tersebut penjagaan keamanannya diperketat, Monis terpaksa mencari sasaran lain.

Antrian untuk meletakkan karangan bunga bagi korban penyanderaan di Martin Place Sydney. (AAP: Dan Himbrechts)

Ketika penyanderaan terjadi, Divisi Pemberitaan Channel 7 dikosongkan, namun seorang kameramen dan seorang reporter jaringan televisi ini dijinkan kembali ke kantor di sore hari. Awak Channel 7 ini bisa dengan jelas melihat ke dalam cafe namun mereka memutuskan untuk tidak memberikan laporan pandangan mata langsung.

Menurut The Guardian lagi, dalam drama itu, beberapa jam setelah kejadian, pers di Australia sudah mengetahui identitas jelas penyandera karena Monis meminta beberapa penyandera menelpon berbagai kantor media mengajukan tuntutan yang diinginkannya seperti berbicara langsung dengan Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Media mengikuti saran polisi untuk tidak menyebut nama penyandera dan latar belakangnya.

Walau beberapa sandera bisa dilihat langsung melalui kaca jendela cafe tersebut, hampir semua media ketika menyiarkan gambar-gambar tersebut mengaburkan muka mereka. (Bandingkan dengan tayangan beberapa televisi Indonesia mengenai korban AirAsia yang terapung di laut).

Beberapa media juga dilaporkan  memiliki rekaman mengenai insiden penembakan oleh Monis terhadap salah seorang sandera wanita yang kemudian dikenal bernama Katrina Dawson, namun lagi-lagi mereka memutuskan tidak menyiarkannya ke publik.

Direktur Pemberitaan salah satu jaringan televisi besar lainnya, Channel 9, Darren Wick menggambarkan dengan jelas bagaimana cara berpikir media di sini mengenai apa yang harus dilakukan dalam peliputan seperti penyanderaan Martin Place ini.

"Ini bukanlah waktunya dan memang tidak seharusnya, bertepuk dada dan saling mengejar untuk mengatakan siapa yang mendapat apa untuk pertama kali. Jadi ini bukan masalah cepat-cepatan." kata Wick.

"Semua jaringan di Australia menghadirkan liputan yang bagus selama krisis berlangsung. Semua jaringan televisi ini memiliki produser dan reporter yang profesional, terlatih baik, dan pintar. Semua pihak menyadari di sini bahwa ada banyak nyawa yang sedang dipertaruhkan. Dan itu yang paling penting." tambah Wick.

Direktur Pemberitaan ABC Gaven Morris menambahkan bahwa hal yang paling menyulitkan bagi media dalam meliput penyanderaan tersebut adalah misteri mengenai  bagaimana penyanderaan itu akan berakhir, dan kurangnya informasi resmi.

"Pada awalnya tidak banyak informasi resmi yang tersedia, sehingga kami harus banyak melakukan intepretasi dari gambar yang kami dapatkan. Kami mendapatkan informasi dari sumber kami sendiri mengenai siapa si penyandera, informasi mengenai tuntutannya, kami juga punya informasi mengenai beberapa orang yang disandera. Kami mengambil keputusan untuk tidak melaporkan hal-hal yang sudah kami ketahui." kata Morris kepada The Guardian Australia.

Kita semua, yang bekerja di media mungkin bisa belajar dari ini semua. Kadang bukan tidak adanya informasi yang kita miliki yang penting. Namun ketika kita memiliki informasi, mana yang perlu disampaikan kepada publik terutama dalam liputan bencana, kecelakaan, dan insiden yang melibatkan hayat hidup orang banyak, menjadi lebih penting.

*L. Sastra Wijaya, senior produser ABC Australia Plus Indonesia.