ABC

Belajar Dari Wulan Guritno Mengelola Proyek Sosialnya Gelang Harapan di Melbourne

Sebagian orang Indonesia mengenalnya karena membintangi film Naga Bonar, namun artis campuran Indonesia-Inggris Wulan Guritno dalam beberapa tahun terakhir juga terlibat dalam proyek sosial bernama Gelang Harapan.

Wulan berada di Melbourne akhir pekan kemarin untuk berbicara di depan ratusan mahasiswa asal Indonesia di Monash University kampus Caulfield memberikan pemaparan mengenai proyek sosial tersebut sebagai bagian dari acara mengenai peluang di industri kreatif di Indonesia di jaman global sekarang ini.

Dalam penjelasannya, Wulan Guritno (38 tahun) menjelaskan beberapa hal yang sudah dilakukannya sehingga membuat gerakan pembuatan Gelang harapan ini masih tetap bertahan sampai sekarang, sejak diluncurkan pertama kali di bulan Oktober 2014.

Tidak saja bertahan, artis yang lahir di Inggris tahun 1981 ini menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh proyek tersebut sekarang sudah semakin berkembang ke bidang-bidang lain.

Menurut Wulan, ketika pertama kali dibuat program Gelang Harapan atau dalam bahasa Inggrisnya “I am Hope” hanyalah berusaha menyebarkan harapan dalam masyarakat Indonesia.

“Dulunya kita hanya berusaha menyebarkan harapan, karena saya melihat waktu itu dalam kehidupan masyarakat Indonesia ada perasaan banyak orang seperti kehilangan harapan karena berbagai masalah yang dihadapi mereka.” kata Wulan dalam wawancara khusus dengan wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya setelah acara selesai.

Salah satu kegiatan Gelang Harapan menyambut hari Ibu di Indonesia
Salah satu kegiatan Gelang Harapan menyambut hari Ibu di Indonesia

Foto: Istimewa

Pada awalnya, Wulan bekerja sama dengan dua orang temannya, Janna Soekasah Joesoef dan Amanda Soekasah membuat gelang dari perca kain milik perancang busana terkenal Indonesia, Ghea Panggabean.

“Saya memang memanfaatkan diri saya sebagai tokoh publik untuk menyebarkan ide ini. Kita menjual gelang harapan itu, dan uangnya kita sumbangkan.” kata Wulan.

Sama seperti kegiatan lain, Wulan mengatakan pada awalnya, konsep yang mereka tawarkan tidaklah bisa disebut sebagai konsep yang matang.

“Itu semua berawal dari keprihatinan saya sendiri juga. Saya ingin melakukan sesuatu secara sosial.” katanya lagi.

Dan ide awal menjual Gelang Harapan itu yang dilakukan lewat media sosial ternyata mendapat sambutan bagus dari masyarakat.

“Dalam satu bulan saja, follower kita di Instagram kita naik 50 ribu.”

Wulan dan rekan-rekannya kemudian juga melakukan berbagai promosi dan kegiatan amal, dan menurutnya selama 5 tahun terakhir, Gelang Harapan ini sudah memberikan sumbangan sebanyak Rp 2 miliar untuk kegiatan sosial.

“Setelah kita mendapat perhatian, kita dihubungi oleh Komisi Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) untuk membantu mereka memberikan bantuan kepada penderita kanker.” kata artis kelahiran London tersebut.

Menurutnya, dengan platform Gelang Harapan itu mendapat perhatian masyarakat, mereka juga ingin menggunakannya untuk penyebaran informasi untuk masyarakat banyak.

Itulah sebabnya, Wulan kemudian terlibat dalam usaha membantu di bidang pengobatan kanker dan penyebaran informasi cara-cara untuk mencegah terjadinya kanker.

Mengapa kanker?

“Dalam apa yang saya ketahui penyakit seperti misalnya jantung, AIDS, malaria, saya melihat bahwa penyakit kanker ini disebabkan oleh gaya hidup kita masing-masing.’

“Hal yang masih bisa kita ubah dalam kehidupan kita.”

Proyek Gelang Harapan ini menurut Wulan Guritno saat ini tidaklah langsung terlibat dalam mengobati penderita kanker, namun memberikan bantuan bagi keluarga penderita, dengan sumbangan biaya hidup.

“Mereka yang menderita kanker, keluarganya masih perlu dibantu, karena perawatan kanker itu memerlukan waktu berbulan-bulan.” kata Wulan lagi yang sekarang sudah membuat Room for Hope.

Room for Hope ini berubah kamar singgah yang ada di dekat rumah sakit dimana pasien kanker dirawat sehingga bisa digunakan keluarga untuk beristirahat selama pasien mendapat perawatan.

Sekarang Gelang Harapan ini juga merambah ke bidang lain antara lain membantu pelestarian alam di Sumatera.

Inovasi, kerjasama dan kreativitas jadi modal

Wulan Guritno berada di Melbourne dalam acara Millenial: Millennials: Envisioning Creative Industry 4.0 yang diselenggarakan kerjasama PPIA (Persatuan Pelajar Indonesia Australia) dan mahasiswa LPDP (lembaga pengelola dana pendidikan) dari Monash University.

Dalam acara juga tampil pembicara Prof Ariel Heryanto dari Monash University dan Halim Alamsyah, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Indonesia.

Menurut Wulan, apa yang dilakukannya walau sebagai proyek sosial melibatkan hal-hal yang serius guna memastikan proyek tersebut tidak sia-sia.

“Kita misalnya harus melakukan sesuatu kegiatan yang kita minati, dan kemudian harus mencari partner yang sehati dengan kita.” kata artis yang pernah masuk nominasi sebagai pemeran pembantu wanita terpuji di Festival Film Bandung di tahun 2010 lewat film Bukan Cinta Biasa tersebut.

Hal lain yang menurut Wulan penting adalah juga melakuikan riset mendalam mengenai apa yang harus dilakukan dan juga kolaborasi.

“Inilah kunci membesarkan apa yang kita lakukan.’ katanya lagi.
Dalam kegiatan Gelang Harapan ini misalnya Wulan mengatakan mereka juga harus terus berpikir kreatif untuk menciptakan produk baru untuk membuat proyek sosial mereka tetap relevan.

“Sekarang dengan misalnya banyak orang sudah punya gelang, produk apa lagi yang bisa kita tawarkan. Ini yang terus menerus menjadi perhatian kita.”

Selama lima tahun terakhir Wulan Guritno mengatakan dia mendapat banyak kepuasan pribad atas keterlibatannya di Gelang Harapan.

“Setiap kali saya melihat video-video yang berisi kegiatan kami, mata saya kadang masih berkaca-kaca melihat apa yang sudah kami lakukan.”

Simak berita-berita ABC Indonesia lainnya di sini