ABC

Bekerja Berlebihan Ganggu Kinerja Pekerja dan Perusahaan

Paket gaji yang besar memang selalu menggiurkan, tapi tuntutan dibalik gaji tinggi itu juga bisa jadi lebih besar lagi.

Diantara tuntutan yang selalu menyertai paket gaji tinggi tersebut yang utama adalah jam kerja yang panjang, kelelahan dan hubungan yang dikorbankan.

Bila Anda dibayar jutaan dolar dalam setahun maka bekerja dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore (8 jam sehari), Senin sampai Jumat, bukanlah pilihan.

Penulis artikel ini mengenal salah satu chief executive perusahaan besar yang dikenal kerap mengirim email ke eksekutif seniornya jam berapa saja di akhir pekan, dan kemudian, menurut sumber tersebut, ia akan merasa terganggu jika tidak mendapatkan jawabannya segera.

Mantan bos ANZ, Mike Smith pernah ditanya tentang ‘keseimbangan dalam kehidupan bekerja’.

Dia tertawa.

Seorang mantan bos bank lainnya, Gail Kelly dari Bank Westpac, banyak berbicara di depan umum tentang perjuangannya menghadapi kelelahan dan memiliki cukup banyak waktu dan energi untuk keempat anaknya saat dia berusaha membangun karir dan mendapatkan jabatan di kantornya.

Produk sampingan dari email dan ponsel pintar adalah bahwa mereka telah meningkatkan tekanan kepada para eksekutif untuk selalu tersedia selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

Tapi pola ini mungkin sedang berubah.

‘Lebih sedikit berarti lebih banyak’

Menurut CEO perusahaan tambang besar dunia BHP,  Andrew Mackenzie, “semakin senior saya, semakin penting bagi saya untuk bekerja lebih sedikit.”

pekerja
Alan Kohler meneliti masa depan pekerjaan manusia, dan diperkirakan akan lebih banyak melibatkan mesin dan dan semakin sedikit keterlibatan manusia.

Andrew Mackenzie telah mengangkat masalah tuntutan yang berlebihan dalam pekerjaan ini dalam sebuah wawancara dengan majalah Qantas edisi terbaru.

“Andrew yang bisa beristirahat bisa melakukan lebih banyak hal dalam kurun waktu empat jam daripada yang bisa dilakukan Andrew yang kelelahan dalam kurun waktu delapan jam,” katanya.

“Bukan hanya dapat mengurangi hasil atau pencapaian kerja; [tidak mendapat waktu istirahat yang cukup] ibarat ekor kalajengking – ini bisa membalikan banyak hal.

“Ini adalah hal yang benar bagi produktivitas setiap orang dan terutama dalam peran intelektual seperti CEO.

“Banyak dewan organisasi yang tidak mengerti, orang perlu dalam keadaan segar.”

Dampak bekerja berlebihan

Pencerahan ini sekarang didukung oleh sebuah hasil penelitian terbaru dari Amerika Serikat.

“Bekerja secara berlebihan membuat kita menyedot kita ke sebuah spiral negatif, menyebabkan otak kita melambat dan mengorbankan kecerdasan emosional kita,” kata Annie McKee, penulis buku “How to Be Happy at Work”.

Dr Annie McKee juga merupakan dosen senior di Fakultas Pascasarjana Pendidikan di University of Pennsylvania di mana dia menjalankan program doktoral untuk para eksekutif.

Dalam ringkasan penelitiannya untuk Harvard Business Review yang dia mengatakan dengan terus terang: “Jam kerja yang panjang merugikan orang dan perusahaan.”

“Berlebihan dalam bekerja memang menggoda karena masih dipuji di banyak tempat kerja,” katanya.

Seperti mantan kepala eksekutif Woolworths memuji seorang rekan eksekutifnya dengan kata-kata “apa yang saya sukai dari orang ini adalah mobilnya selalu menjadi mobil pertama yang masuk ke area parkir setiap pagi, dan menjadi yang terakhir meninggalkan area parkir pada malam hari”.

Tidak mengherankan bila Dr Annie McKee mengatakan banyak orang, terutama pria, berbohong tentang berapa jam dalam seminggu mereka bekerja.

“Mereka mengklaim dimasukkan ke dalam 80-plus jam per minggu, mungkin karena mereka berpikir jam kerja yang berlebihan akan mengesankan atasan mereka,” katanya.

Seperti calon eksekutif atau pengacara atau bankir tahu, tekanan untuk berada di meja kerja Anda selama berjam-jam sangat besar.

Darimana tekanan untuk berlama-lama di tempat kerja berasal?

Andrew Mackenzie, CEO BHP, melihat dunia usaha secara berbeda.

Karena BHP adalah perusahaan global, Andrew Mackenzie dan eksekutif lainnya sering berbicara dengan rekan kerja di negara lain larut malam dan /atau pagi-pagi sekali.

Dia mengatakan tidak masuk akal jika kemudian mengharapkan orang-orang itu bekerja seharian di kantor.

“Jika orang memiliki banyak tugas yang harus dilakukan hingga larut malam atau dini hari, maka perlu ada kompensasi untuk itu atau mereka akan menderita dari [kondisi] kinerja ‘ekor kalajengking’,” katanya.

“Saya masuk ke kantor cukup lambat menurut standar modern dan saya pulang cukup cepat karena saya tahu saya akan bekerja di malam hari.”

Dan, Andrew Mackenzie menambahkan, jika dia lelah dan merasa butuh tambahan waktu tidur, dia akan mengambilnya.

“Anda tidak harus menjadi orang paling pandai di ruangan itu untuk menjadi CEO, tapi Anda memang perlu menjadi seseorang yang berpikiran tajam,” katanya, sambil menambahkan Anda tidak akan tajam jika Anda lelah.

Dr Annie McKee mengatakan bahwa salah satu kunci untuk mengembalikan semacam keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah dengan mengetahui di mana tekanan untuk bekerja selama berjam-jam ini berasal.

• Apakah itu benar-benar berasal dari atasan Anda atau apakah itu berasal dari Anda?

• Apakah itu menurut Anda adalah sesuatu yang diharapkan Anda lakukan ketimbang apa yang benar-benar diharapkan oleh atasan Anda?

Sampai Anda mampu memisahkan dua masalah utama ini, katanya, Anda tidak akan dapat mengatasi masalah tersebut.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.