Begini Cara Merehabilitasi Teroris Menurut Mantan Napi
Raymund Narag memiliki perspektif unik tentang rehabilitasi para tahanan – ia menghabiskan hampir tujuh tahun di penjara karena salah tuduhan di Filipina.
Ia dituduh melakukan pembunuhan setelah sesuatu yang terlihat seperti lelucon persaudaraan tak berjalan semestinya.
“Tapi dalam testimoni mereka kepada polisi, mereka mengatakan topengnya jatuh, dan ketika topeng itu jatuh dari salah satu wajah yang mereka anggap Raymund Narag, itu adalah saya.”
Hukumannya berlangsung enam tahun, sembilan bulan dan empat hari sebelum tuduhannya dibatalkan.
Selama waktu itu, ia menjadi sangat terlibat dalam keseharian penjara, membantu segalanya mulai dari pemeliharaan sel hingga menengahi perdamaian di antara geng-geng yang bertikai.
Setelah ia dibebaskan, ia pergi ke Amerika Serikat untuk mengejar gelar master dan kemudian gelar PhD dalam bidang peradilan pidana.
Ia telah menghabiskan 10 tahun terakhir meneliti sistem penjara dengan kriminolog dari Australian National University (ANU), Clarke Jones.
Dengan semakin banyak orang dituduh melakukan pelanggaran teroris, Dr Jones mengatakan temuan mereka bisa membantu Australia dalam mengubah kelompok radikal.
Secara khusus, pasangan itu melihat masalah nyata ketika narapidana yang dihukum karena terorisme terisolasi – pendekatan yang digunakan di banyak negara bagian Australia.
"Kami memiliki semacam pendekatan Pemerintah yang ‘keras terhadap kejahatan’, dan respon otomatis untuk mengisolasi dan memisahkan para pelaku teroris," kata Dr Jones.
“Saya rasa itu tidak membantu.”
Contoh radikalisasi napi rendah
Mereka juga menemukan bahwa dugaan risiko narapidana teroris mengonversi orang lain ke keyakinan mereka terlalu berlebihan.
“Ada sangat sedikit yang benar-benar mengubah keyakinan seseorang, atau mencoba untuk meradikalisasi orang lain,” katanya.
“Kenyataannya kami telah menemukan bahwa ada banyak pemberitaan media dan kekhawatiran pemerintah tentang radikalisasi penjara, tetapi contoh-contoh radikalisasi di penjara sangat rendah.”
Mereka menemukan, penangkal baik terhadap pandangan Islam radikal adalah ajaran Islam pada umumnya atau mainstream.
“Sungguh, ini kerja keras para imam yang membuat narapidana terhubung ke beberapa program rehabilitasi itu,” kata Dr Jones.
“Karena kita telah menganggap beberapa sikap relijius seseorang sebagai kebalikan dari langkahnya menuju jalan radikalisasi, karena mereka menjadi sangat taat.”
"Saya pikir konversi agama di penjara adalah hal yang sangat sehat, dan kita harus sangat berhati-hati untuk tidak mencampuradukkannya dengan radikalisasi dan terorisme."
Namun ia mengatakan, imam di penjara seringkali bekerja keras, dan bisa memiliki lebih banyak dukungan mengingat jumlah tuduhan teroris di Australia tumbuh.
Kondisi buruk penjara jadi pemicu
Para peneliti juga memperhatikan masalah yang mengkhawatirkan yang muncul dalam sistem penjara di Filipina di mana Presiden Rodrigo Dutherte mengobarkan perangnya terhadap narkoba.
Mereka mengatakan bahwa penjara telah berjuang untuk mengatasi masuknya tahanan baru dalam beberapa tahun terakhir.
Akibatnya, narapidana diberitahu bahwa mereka tak bisa bersekolah atau melakukan ibadah rutin.
Profesor Narag mengatakan bahwa hal itu membuat lebih banyak narapidana berada di jalan radikalisasi.
“Anda benar-benar bisa melihat ketegangan di wajah mereka, ketidakpastian mereka,” katanya.
“Hasil akhir dari ini adalah bahwa beberapa ideologi yang belum pernah kita dengar sebelumnya -ideologi yang anti-pemerintah, ideologi bahwa mereka sedang dianiaya – telah menjadi lebih menonjol.”
Dr Jones mengatakan itu harus menjadi peringatan bagi Australia.
“Semakin keras kondisinya, semakin kecil kemungkinan rehabilitasi dan semakin besar kemungkinan radikalisasi penjara,” katanya.
“Itu tidak berarti kita menempatkan pelaku teroris di sofa yang sangat nyaman dan membuat mereka benar-benar nyaman dan di rumah – tidak sama sekali.”
“Tetapi itu berarti kita harus mencari cara yang lebih baik untuk mengurangi kemungkinan terorisme yang sedang berlangsung, di mana seseorang dilepaskan dari penjara dan kembali melanggar.”
“Itu hal terakhir yang kami inginkan.”