ABC

Bayi Kembar Australia Hasil Persalinan Ibu Pengganti Tinggalkan Thailand

Pasangan Australia dengan bayi perempuan kembar yang terlahir melalui persalinan ibu pengganti telah meninggalkan Thailand, setelah pemimpin Junta Militer negara itu memberikan kelonggaran.

Adrian dan Kylie Raftery, pasangan Australia lain yang menggunakan persalinan metode ibu pengganti.
Pasangan ini telah menggalang dana melalui situs amal sejak tindakan keras Junta Militer terhadap persalinan ibu pengganti diterapkan dan akhirnya berhasil meninggalkan Bangkok dengan dua bayi kembarnya pada 25 Agustus malam.

Mereka adalah pasangan Australia ketiga yang berhasil meninggalkan Thailand dengan bayi hasil ibu pengganti, sejak Junta Militer di negara itu memberlakukan hukum ibu pengganti baru yang disusun secara mendadak.

Ada sekitar 150 warga Australia yang terdaftar dalam persalinan ibu pengganti di Thailand.

Prayuth Chan-ocha, Jenderal Angkatan Darat yang baru saja disahkan sebagai Perdana Menteri Thailand, mengatakan, hukum baru ini akan memaksa tiap permohonan ibu pengganti diputuskan berdasarkan pertimbangan kasus per kasus.

Industri persalinan ibu pengganti di Thailand masuk sorotan menyusul adanya tuduhan yang dialamatkan kepada pasangan asal Australia, yang meninggalkan seorang bayi dengan ‘down syndrome’ dan hanya membawa pulang kembarannya yang sehat.

Pasangan Australia itu membantah tuduhan meninggalkan sang bayi ‘down syndrome’ bernama ‘Gammy’ tersebut dengan ibu penggantinya yang dibayar sekitar 15.000 dolar untuk melahirkan sang bayi.

Sementara itu, dalam kasus lain, polisi meyakini seorang pria Jepang telah menjadi ayah dari setidaknya 15 bayi dengan sistem ibu pengganti dengan motif yang belum diketahui.

Awal bulan ini, pasangan sesame jenis asal Australia dilarang meninggalkan Thailand dengan seorang bayi karena mereka memiliki dokumen yang tak lengkap.

Pejabat imigrasi Thailand mengungkapkan, mereka tak dapat menyingkap berapa pasangan yang telah dicegah untuk meninggalkan Thailand dengan bayi hasil ibu pengganti, karena mereka tak memiliki data-datanya.

Kelompok advokasi ‘Surrogacy Australia’ mengatakan, pihaknya mengetahui 100 pasangan Australia yang tengah berproses di Thailand, negara yang telah berupaya menjadi pusat wisata medis.

Australia meminta Thailand untuk membuat kebijakan transisi untuk membantu warga negaranya yang telah terdaftar sebagai pemohon persalinan ibu pengganti.