ABC

Bayi Dengan Kanker Bisa Pertahankan Kesuburan

Prosedur eksperimental yang bisa menjaga kesuburan anak-anak penderita kanker kini sudah ditawarkan. Bagi seorang ibu asal Australia, Lara MacEwen, prosedur itu adalah bagian dari upayanya untuk mencoba segala sesuatu yang bisa membantu putri kecilnya.

Bayangkan jika anda tahu bahwa bayi perempuan Anda terkena kanker.

Dan meski pada awalnya dokter memperkirakan bayi kecil anda hanya akan menjalani satu putaran kemoterapi, ternyata ia harus menjalani tiga putaran. Dan juga transplantasi sel induk atau stem cell. Dan enam minggu kemudian menjalani radiasi harian intensif.

Tak lama setelah itu, Anda dihadapkan pada kekhawatiran lain yang tak terduga: jika ia bertahan, pengobatannya hampir pasti akan membuat ia mandul.

Inilah situasi yang dialami Lara MacEwen dan putrinya yang berusia 20 bulan, Stella, beberapa tahun lalu.

“Saya ingat, saat itu saya seperti menutup diri, itulah reaksi saya,” kata Lara mengenang pengalamannya saat ia pertama kali mengetahui kanker yang diderita Stella.

"Saya bersikap dingin, saya merasa lemah. Saya bisa mendengar tapi saya tak benar-benar mendengarkan apa yang orang katakan.”

Saat pengobatan berlanjut, Lara dan suaminya, Mark, diberi pilihan yang tidak terduga: Mencoba prosedur langka dan eksperimental yang bisa menjaga kesuburan Stella.

Ini melibatkan pengambilan sampel jaringan ovarium putri mereka dan membekukannya, dengan harapan bisa ditanam kembali di kemudian hari dan berarti ia secara potensial bisa menumbuhkan telur baru.

Rumah Sakit Anak Royal Melbourne adalah satu dari 26 rumah sakit di dunia yang menawarkan prosedur untuk anak perempuan, dan satu dari hanya 16 rumah sakit yang menawarkan prosedur serupa untuk anak laki-laki yang menggunakan jaringan testis mereka.

Mereka tak bisa menjamin itu akan berhasil, tapi dokter mengatakan ini prosedur yang mudah.

“Dalam soal keterkejutan ketika mendengar ‘ia mungkin tidak subur, kami ingin mencoba dan melakukan prosedur ini’, saya pikir sebenarnya kejutan datang setelah berbicara dengan dokter,” kata Lara.

“Anda tahu, Anda pulang ke rumah naik mobil dan Anda duduk di sana dan tiba-tiba Anda tersadar akan apa yang baru saja mereka katakan kepada Anda.”

Lara dan Mark membuat keputusan untuk meneruskan prosedur ini. Lagi pula, alasan mereka, Stella sudah menjalani operasi untuk hal lain dan ini bisa dilakukan saat ia sudah tertidur.

“Mengapa tidak dilakukan? Jika Anda memilikinya sebagai pilihan, mengapa Anda tidak mengambil opsi itu?,” kata Lara.

Stella selama dirawat di rumah sakit.
Stella selama dirawat di rumah sakit.

Supplied: Lara MacEwen

Mengatur panduan etika

Sampai saat ini, hanya ada satu bayi di dunia yang lahir dari seorang ibu yang menjalani prosedur ini sebelum masa pubertas.

Saat itu, perempuan -yang kala itu berusia sembilan tahun -tersebut menjalani pembekuan jaringan ovarium ketika menjalani perawatan di Inggris, dan Desember lalu, pada usia 23 tahun, ia melahirkan anak pertamanya.

Ahli bioetika dari Universitas Melbourne, Dr Rosalind McDougall, mengatakan, justru karena hasil dari prosedur tersebut tidak diketahui maka etika-nya juga masih teka-teki.

“Haruskah kami menawarkan sebuah prosedur yang manfaatnya sangat spekulatif di masa depan?,” tanya Dr. McDougall.

“Para dokter biasanya membuat keputusan setiap hari berdasarkan bukti ilmiah yang besar, dan saat ini belum ada bukti mengenai prosedur ini karena ini sangat baru.”

Di seluruh dunia, ada lebih dari 85 bayi yang lahir dari perempuan yang telah menjalani prosedur ini setelah mereka mengalami masa pubertas, namun sejauh ini tidak ada pria yang mampu mengembangkan sperma dewasa dari jaringan testis beku.

Dr McDougall telah bekerja dengan tim bioetika dan staf medis-nya di Rumah Sakit Anak Royal Melbourne untuk mengembangkan apa yang diyakini sebagai kerangka etika pertama yang mendukung dokter saat memutuskan apakah akan menawarkan prosedur ini kepada anak-anak atau tidak.

Mereka berharap daftar periksa berikut akan membantu staf medis dan keluarga membuat keputusan yang tepat.

·         Adakah potensi untuk mengambil jaringan yang layak dari anak ini?

·         Akankah prosedur ini berlangsung bersamaan dengan prosedur pengobatan?

·         Akankah perawatan kesuburan menunda dimulainya pengobatan?

·         Risiko atau komplikasi apa yang mungkin dikaitkan dengan prosedur untuk anak ini?

·         Apakah orang tua memahami bahwa prosedur ini tidak akan menjamin kesuburan?

·         Apakah orang tua memahami bahwa prosedur ini memiliki tingkat risiko tertentu?

·         Apakah anak cukup umur untuk memahami prosedurnya?

·         Jika ya, apakah anak tersebut memiliki keberatan atau kekhawatiran?

Berdasarkan pedoman tersebut, jika daftar periksa ini memicu kekhawatiran, kasus ini kemudian diajukan untuk konsultasi etika klinis formal lebih lanjut.

Dr McDougall mengatakan bahwa penting untuk memiliki kerangka kerja mengingat sensitivitas seputar topik tersebut.

“[Kesuburan] adalah sesuatu yang sangat bernilai, jadi ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi banyak orang,” sebutnya.

“Tapi itu juga keputusan yang dibuat pada saat yang benar-benar menantang bagi sebuah keluarga.”

“Jadi ada banyak emosi dan tantangan seputar keputusan itu.”

Keluarga bahagia (dari kiri) Lara, Tilda, Stella dan Mark.
Keluarga bahagia (dari kiri) Lara, Tilda, Stella dan Mark.

Supplied: Lara MacEwen

Gadis yang bahagia dan sehat

Stella sekarang berusia enam tahun dan telah diremisi selama tiga tahun.

Gadis kecil yang “enerjik dan sehat” ini telah memiliki seorang adik perempuan baru, Tilda, dan menikmati tahun pertamanya di sekolah.

Lara mengatakan bahwa ia tidak menyesal melakukan prosedur itu, tapi ia tahu masih belum ada kepastian apakah akan berhasil saat Stella tumbuh dewasa nanti.

“Bagi kami, pertimbangan lain-lah yang saat itu membuat kami perlu memutuskan dengan cukup cepat," ujar Lara.

“Sudah sejak awal kami diberitahu dengan jelas bahwa ini mungkin tidak menghasilkan apa-apa, tapi Anda harus mencoba semuanya, bukan?.”

Lara mengatakan, meski ia belum berbicara dengan Stella secara langsung tentang prosedur tersebut, mereka telah menyiapkan dasar untuk melakukan percakapan itu di masa depan.

“Ia mengerti bahwa ada banyak cara agar perempuan bisa melahirkan,” kata Lara.

“Jadi [kami] hanya mencoba semacam membiasakan itu dalam proses berpikirnya sehingga ketika ia sampai pada tahap pengambilan keputusan, tak mengherankan jika ia mungkin tak memilikinya secara biologis.”

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.