Batu Aborijin Berusia 40.000 Tahun Dipindahkan dari Pabrik Gula
Empat batuan pasir kuno direlokasi dari sebuah pabrik gula di Bundaberg, negara bagian Queensland, ke pusat budaya lokal di sekitar wilayah itu sebagai upaya rekonsiliasi.
Keempatnya dibawa oleh pekerja pabrik ke Pusat Kesejahteraan Penduduk Asli di Bundanerg, tempat di mana batu-batu pasir ini akan dipajang sebagai produk budaya.
Anggota pengurus gereja Aborijin di Bundaberg, Aunty Cheri, menangis bahagia saat batu-batu berharga tersebut diikat dan diangkut ke sebuah truk.
Ia menuturkan, batu-batu itu dulunya digunakan oleh 3 suku yang berbeda, dan menandakan adanya batasan-batasan serta praktek kuno.
Dua batuan milik para pria, tempat di mana alat-alat dibuat dan diasah, memiliki permukaan yang halus. Sedangkan satu batu milik perempuan memiliki lekukan tempat para perempuan melahirkan.
“Para perempuan duduk dan melahirkan, dan perempuan yang ada bersamanya akan menggosok ibu bersalin itu dengan tanah dan berkata pada bayi-nya, ‘negara ini memiliki-mu’,” jelasnya.
Aunty Chery mengutarakan, kegiatan pemindahan ini, yang terjadi bertepatan dengan pekan NAIDOC (perayaan sejarah; budaya; dan prestasi penduduk asli Aborijin serta kepulauan Selat Torres), berlangsung secara khidmat dan mempersatukan masyarakat Aborigin.
“Ini soal rekonsiliasi, mereka mengembalikan obyek penting ini ke masyarakat tradisional pemiliknya. Mereka berkata, ‘ayo pindahkan batu ini bersama-sama’,” ujarnya.
Para pekerja pabrik, termasuk pengangkut batu dan pengemudi derek, bekerja dengan sangat tekun untuk memindahkan batu ke bantalan besar di belakang truk.
Simon Doyle dari ‘Bundaberg Sugar’ menyebut, perusahaannya ingin membantu dengan menyediakan peralatan dan tenaga kerja gratis.
Ia mengatakan, batu-batu itu memiliki hubungan spesial dengan sekelompok pegawai pabrik.
“Mungkin hanya ada 2 atau 3 orang yang masih tersisa di sini, yang saat itu ada ketika batu-batu tersebut dibawa ke sini 40 tahun yang lalu. Saya pikir sekarang adalah saat yang tepat untuk memindahkan mereka ke kota, ke tempat di mana mereka akan dihargai oleh lebih banyak orang,” terang Simon.
Batu yang masing-masing memiliki berat lebih dari satu ton ini, direlokasi di bawah pengawasan anggota pengurus gereja Taribelang Bunda, Goreng, dan Gurang Gurang.