ABC

Batal Kerja di AusAID, Sarjana Australia Kecewa

Sejumlah sarjana Australia yang sebelumnya telah diterima bekerja di organisasi bantuan internasional AusAID, merasa kecewa setelah mendapat pemberitahuan adanya pembatalan dari pemerintah. Rencana-rencana yang telah disusun anak-anak muda Australia tersebut kini jadi berantakan gara-gara pembatalan itu.

Pemerintah Australia pada Jumat pekan lalu membatalkan kontrak sekitar 20 sarjana Australia yang sebelumnya telah dinyatakan diterima bekerja di AusAID. Mereka sedianya akan mulai bertugas di AusAID awal tahun depan.

Alasan pemerintah adalah terkait dengan adanya pengurangan jumlah bantuan luar negeri. Salah satu tindakan pertama yang diambil Pemerintahan Koalisi pimpinan PM Tony Abbott adalah melebur AusAID ke dalam Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT).

Pernyataan yang dikeluarkan DFAT menyebutkan, "Keadaan yang melatarbelakangi diadakannya perekrutan awal tahun ini, telah berubah. AusAID waktu itu melakukan perekrutan untuk mengelola dana bantuan sebesar $8 miliar. Namun dengan adanya pengurangan dana bantuan menjadi $5 miliar, menjadi tidak bertanggung jawab untuk tetap menambah pegawai."

Salah seorang yang terkena dampak adalah Georgia Burns Williamson. Ia dalam tahap menyelesaikan master di bidang perencanaan kota dari Universitas Melbourne. "Kerja di AusAID merupakan impian saya," kata perempuan berusia 24 tahun ini.

"Ketika dinyatakan lulus, itulah saat terindah dalam hidup saya," tambah Burns Williamson. Sejak dinyatakan lulus, ia mengaku berhenti sebagai tutor di kampusnya, dan menyusun rencana untuk pindah terkait pekerjaan barunya.

Namun rencana itu menjadi berantakan setelah ia menerima pemberitahuan Jumat pekan lalu. "Rasanya seperti anda telah menang undian tapi kemudian diberitahu bahwa anda tidak jadi menang," tutur Burns Wiiliamson.

Hal serupa dialami Michael Currie (25), seorang guru dari Kota Darwin. Ia tadinya akan memulai karir di bidang pendidikan di AusAID, dan telah menolak dua tawaran pekerjaan di instansi pemerintah lainnya.

"Saya menolak dua pekerjaan lain dan saya kira itu tepat untuk memberikan kesempatan kepada calon pegawai lainnya," katanya.

Seperti jatuh ditimpa tangga pula, Currie juga kehilangan kesempatan rekrutmen guru tahun ini, karena sudah dinyatakan lulus di AusAID.

Anak muda Australia lainnya, Anthony Samson dan Jacqui Lord, juga sedang bersiap untuk kembali dari Kamboja karena dinyatakan lulus di AusAID. Mereka sebenarnya sudah bekerja sebagai voluntir beberapa tahun terakhir bagi AusAID.

"Saat ini kami tidak tahu mau berbuat apa," kata Samson.

Anak-anak muda Australia ini menyatakan kekhawatiran mereka mengenai masa depan bantuan internasional Australia.

Jacqui Lord and Anthony Samson Photo: Jacqui Lord (kirit) dan Anthony Samson juga dibatalkan kontraknya. (Supplied)

Nasib serupa dialami Emily Hadgkiss (27), yang telah mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai peneliti kesehatan masyarakat di sebuah rumah sakit di Melbourne. "Saya sangat kaget dengan keputusan pembatalan ini," katanya kepada ABC.

Ia mengaku mendengar adanya perubahan dan pemotongan anggaran pemerintah, namun mengira hal itu tidak terjadi pada perekrutan baru bagi para sarjana Australia.

Kini para anak muda tersebut sedang mempertimbangkan untuk menyatakan keberatan resmi atas keputusan pemerintah ini.

Namun menurut Burns Williamson, sebenarnya mereka bukanlah pihak yang paling dirugikan.

"Yang paling rugi adalah masyarakat di negara berkembang yang sangat memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, yang kemungkinan tidak akan terbantu karena adanya pemotongan anggaran ini," katanya.

Impian anak-anak muda Australia untuk menjadi "masa depan" program internasional negaranya kini berantakan, dan mereka harus kembali mencari pekerjaan baru.