ABC

Banyak Warga Australia Akan Berduka Jika Chan-Sukumaran Dieksekusi

Seorang pakar thanatologi (studi kematian) mengatakan, banyak warga Australia akan merasa kehilangan atas eksekusi 2 terpidana mati kasus Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, meskipun tak pernah mengenal mereka secara pribadi.

Chan dan Sukumaran, pemimpin geng Bali Nine, divonis hukuman mati di pengadilan Indonesia, pada tahun 2006.

Pasangan ini, sedianya, akan dipindahkan ke Nusa Kambangan untuk persiapan eksekusi, pada pekan ini, namun ditunda untuk memberi tambahan waktu kunjungan bagi keluarga mereka.

Pakar thanatologi mengatakan, warga Australia akan merasa kehilangan atas eksekusi Andrew Chan dan Sukumaran. (Foto: Reuters)

Amanda Lambros, akademisi dari Universitas Curtin di Australia Barat yang juga seorang spesialis metode pemulihan kedukaan, mengatakan, masyarakat tak akan sepeduli ini jika pasangan itu segera dieksekusi setelah penangkapan mereka.

Tapi ‘penebusan’ yang mereka lakukan sejak penangkapan tahun 2005, berdampak pada banyak orang, kata Amanda.

Ia mengatakan, "reaksi tertunda" selama 10 tahun terakhir telah memunculkan pergeseran persepsi publik tentang Chan dan Sukumaran.

"Jika mereka hanya penyelundup narkoba yang pergi ke luar negeri 10 tahun yang lalu dan dieksekusi dengan sangat cepat setelah itu, masyarakat hanya akan memiliki pandangan yang buruk atas mereka," utaranya.

Ia lantas mengungkapkan, "Sekarang mereka adalah penyelundup narkoba yang telah memperbaiki hidup mereka dan membantu orang lain.

"Kami melihat perubahan. Dari perspektif kemanusiaan kita berpikir, 'mengapa anda (Presiden Indonesia) tidak melihat itu?'," tambahnya.

Amanda mengatakan, sejak pengumuman eksekusi dikeluarkan, masyarakat telah terpesona dengan dua terpidana mati tersebut dan bahkan telah memahami perjalanan hidup yang mereka alami.

Ratusan orang berkumpul di Sydney untuk menyalakan lilin serta menggelar doa bersama, dan lebih dari 150.000 orang telah menandatangani petisi online untuk meminta agar nyawa mereka diselamatkan.

Belas kasihan berujung duka

Amanda mengemukakan, simpati untuk kedua terpidana akan menimbulkan kesedihan bagi banyak orang.

"Orang-orang punya belas kasihan atas nasib keduanya dan membuat kematian keduanya menjadi duka bagi diri mereka sendiri, meskipun mereka tak mengenal keduanya," tuturnya.

Ia menyambung, "Kami menginternalisasi pertanyaan 'bagaimana jika', menempatkan diri kami dalam situasi itu – apa jadinya jika itu adalah saudara saya, anak saya?. Itulah yang memperkuat kesedihan."

Amanda mengatakan, masyarakat bisa saja menginternalisasi emosi mereka dari peristiwa ini, dan membandingkannya dengan kematian dalam keluarga mereka sendiri.

Ia menarik sebuah perbandingan dengan kematian aktor Robin Williams.

"Ini seperti, seseorang yang kita tahu telah dibunuh atau kehidupan mereka berakhir dengan cara yang tragis, jadi kita merasa sedih karenanya," sebut Amanda.

Ia menggambarkan rencana eksekusi itu sebagai ‘situasi yang dikotomis dan mempolarisasi’ dalam masyarakat, dengan banyak orang memiliki pandangan yang kuat.

"Ada orang-orang yang akan mengatakan 'mereka pantas mati, ini sudah berjalan 10 tahun’ dan orang-orang yang bertanya 'mengapa mereka harus mati?’," ujarnya.

Amanda mengutarakan, jika ada yang merasa marah, mereka harus berbicara dengan orang lain tentang hal itu.

"Ketika orang mencoba berbicara kepada anda tentang hal itu, cobalah hindari untuk mengatakan 'saya tahu bagaimana perasaan Anda’ dan biarkan mereka menceritakannya kepada Anda," terangnya.