ABC

Banyak Pengacara di Australia Alami Depresi

Survei terhadap 200 profesional hukum di Australia dan Selandia Baru mengungkapkan sebagian besar pekerja hukum ini mengalami depresi dan stres di tempat kerjanya. Mereka umumnya dari firma hukum kecil dan menengah.

Sebanyak 85 persen responden mengaku pernah mengalami kecemasan, atau setidaknya mengenal rekan lain yang mengalaminya.

Selain itu, lebih dari 60 persen responden mengaku pernah mengalami depresi.

Survei yang dilaksanakan lembaga Meritas Australia dan Selandia Baru ini merupakan yang pertama menggambarkan tantangan yang dialami praktisi hukum.

Meritas merupakan aliansi 186 firma hukum independen yang tersebar di 94 negara.

Laporan survei yang disampaikan Masyarakat Hukum New South Wales ini menunjukkan, pada Oktober 2016 tercatat lebih dari 70.000 pengacara yang berpraktek di Australia.

Seorang pengacara Sue-Ella Prodonovich menjelaskan perlu lebih banyak lagi penelitian untuk membantu mengatasi penyakit mental di kalangan praktisi hukum.

“Diperlukan keterbukaan dan transparansi yang lebih besar mengenai kondisi kesejahteraan profesi hukum,” katanya.

Ketua Law Institute of Victoria Stuart Webb mengatakan lingkungan kerja para profesional hukum yang memiliki tekanan tinggi membuat para pengacara rentan terhadap penyakit mental, termasuk kecemasan, depresi, stres dan kelelahan.

Seorang pengacara di Canberra, Caitlin Meers, mengaku tahun pertamanya sebagai pengacara menangani kasus besar membuatnya sempat ingin berhenti.

“Stres membuat kita berpikir, pasti ada pekerjaan lain yang lebih mudah daripada ini,” katanya.

“Tak ada gunanya masuk kantor untuk menyelesaikan kasus orang lain jika kita sendiri mengalami konflik internal,” ujar Caitlin.

Canberra lawyer Caitlin Meers.
Pengacara Caitlin Meers yang berpraktek di Canberra mengakui pekerjaannya penuh tekanan sehingga dia sempat berpikir untuk mencari pekerjan lain.

Supplied: Caitlin Meers

Ketua Meritas Australia Mary Digiglio menjelaskan masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai permasalahan ini.

“Stigma dan ketakutan masih jadi penghalang bagi banyak orang untuk mencari bantuan,” katanya.

Hal itu dibenarkan Meers. Banyak pengacara, katanya, yang enggan mengakui permasalahannya karena takut akan mengganggu karier mereka.

Para praktisi hukum ini, menurut survei, juga mengaku masalah kesehatan mental mereka sangat penting bagi perusahaan mereka.

“Kita perlu saling memperhatikan dan saling mendukung, perlu budaya keterbukaan untuk mengurangi prevalensi penyakit mental dalam profesi hukum,” kata Digiglio.

Law Institute of Victoria menyediakan konseling rahasia untuk membantu para pengacara yang membutuhkan.

Bantuan konseling seperti itu, disarankan untuk dibuka bagi para pengacara di seluruh Australia.

Simak berita selengkapnya di sini.