ABC

Bank Dunia danai modernisasi keselamatan udara Pasifik

Otorita Keselamatan Penerbangan Sipil Pasifik mengatakan, dana baru dari Bank Dunia akan membantu mendongkrak reputasi internasional penerbangan di kawasan itu.

Sebagian besar dari grant bernilai 2,15-juta dollar Amerika akan digunakan untuk memodernisasi sistem informasi dan menegakkan peraturan keselamatan.

Direktur Otorita Keselamatan Penerbangan Sipil Pasifik, Wilson Sagati, mengatakan kepada Radio Australia, dana Bank Dunia bakan membantu menghilangkan kekuatiran orang terbang di kawasan setelah sejumlah kecelakaan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kalau kita tidak memberlakukan mekanisme yang memungkinkan kita membangun kemampuan untuk memenuhi standar penerbangan internasional, maka jelas risikonya akan meningkat dalam hal itu," katanya.

Upgrade ini dilakukan menyusul dikeluarkannya travel advisory oleh Selandia Baru sehubungan dengan keamanan pesawat di Tonga, yang mengakibatkan para wisatawan kesulitan mendapatkan asuransi untuk bepergian di negara itu.

Peringatan itu juga menyebabkan dibekukannya bantuan untuk turisme bernilai jutaan dollar.

Reputasi tercemar

Kalangan operator wisata Tonga mengatakan kekuatiran mengenai keamanan pesawat udara telah melumpuhkan bisnis mereka.

Dalam bulan Agustus, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully mengeluarkan travel warning, menarik perhatian publik pada pesawat  MA60 yang dihadiahkan Cina dan dioperasikan oleh maskapai penerbangan Real Tonga.

Pesawat itu sudah terlibat dalam sejumlah kecelakaan di seluruh dunia dan tidak mendapat sertifikasi untuk terbang di Selandia Baru, Australia, Eropa dan Amerika Serikat.

"Tanpa adanya proses sertifikasi yang diakui internasional bagi kondisi di Tonga, pemerintah Selandia Baru berkewajiban menarik perhatian publik pada masalah ini," katanya. 

Komentator penerbangan Selandia Baru, Peter Clark, yang pertama kali mengemukakan kekuatiran mengenai digunakannya pesawat MA60, tetap berpegang pada peringatannya.

Dalam bulan September ia mempersamakan pesawat itu dengan ferry nahas, MV Princess Ashika, yang tenggelam di tahun 2009 dengan merenggut 74 korban jiwa.

"Tonga sudah pernah mengalami musibah Ashika, kapal yang dihadiahkan, yang tenggelam, yang merenggut korban jiwa," katanya.