ABC

Bahasa Indonesia, Bahasa Asing Terbanyak Diajarkan di SD Negeri Australia Barat

Sekitar 34 ribu siswa SD di Australia Barat belajar bahasa Indonesia. Ini adalah bahasa asing terbesar yang diajarkan di SD Negeri di sana. Penguasaan bahasa Indonesia dinilai penting bagi Australia agar bisa diterima di Asia Tenggara.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing terbesar yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar (SD) negeri Australia Barat. Menurut data Departemen Pendidikan Australia Barat, pada tahun 2013, ada 24.869 siswa SD negeri di sana yang belajar bahasa Indonesia di kelas.

Meski demikian, jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan SD, bahasa Indonesia masih menjadi bahasa asing terbesar kedua yang diajarkan, di bawah bahasa Italia.

Jika melihat data dari Departemen Pendidikan setempat, bahasa Italia menjadi bahasa asing terluas yang diajarkan di keseluruhan SD negara bagian tersebut, karena bahasa ini diajarkan sama banyaknya di sekolah Katolik. Sementara pada tahun yang sama, hanya 3079 siswa SD Katolik yang belajar bahasa Indonesia.

Alannah MacTiernan, anggota Parlemen asal Australia Barat, mengikuti sesi diskusi yang membahas tantangan hubungan Australia-Indonesia, dalam peringatan 20 tahun ACICIS di UGM Yogyakarta. (Foto: Nurina Savitri)
Alannah MacTiernan, anggota Parlemen asal Australia Barat, mengikuti sesi diskusi yang membahas tantangan hubungan Australia-Indonesia, dalam peringatan 20 tahun ACICIS di UGM Yogyakarta. (Foto: Nurina Savitri)

Anggota Parlemen asal Australia Barat, Alannah MacTiernan, mengatakan, “Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari secara luas oleh siswa SD, tapi sayangnya, kami tak mengurusnya dengan cukup baik dan banyak orang tak menganggapnya serius.”

“Semestinya kita bisa memberi pelatihan lebih banyak bagi guru-guru bahasa Indonesia, mengirim mereka ke Indonesia, dan mereka bisa kembali mengajar dengan ilmu yang lebih mendalam,” ujarnya kepada ABC ketika ditemui di Yogyakarta.

Kepada ABC Alannah menerangkan, apa yang terjadi di Australia, Pemerintah Italia dan China menggelontorkan dana cukup besar kepada sekolah-sekolah, dan ditanggapi positif oleh sejumlah sekolah di Australia, karena program bahasa itu gratis.

“Tapi menurut saya, kurang pantas jika kami meminta Indonesia melakukan hal yang sama di Australia. Saya pikir tak beralasan jika Pemerintah Indonesia menyediakan bantuan dana seperti yang dilakukan Pemerintah China. Ada cara lain yang bisa dilakukan,” sambungnya.

Ia menyebut, Pemerintah Indonesia harus menyikapi tantangan ini dengan lebih kreatif. Misalnya, dengan mendukung bertumbuhnya usaha/bisnis baru yang berkaitan dengan pengajaran bahasa.

Alannah memberi masukan, “Tak ada tempat yang paling sering dikunjungi warga Australia selain Indonesia, kenapa pihak Indonesia tak coba menggabungkan pengajaran bahasa dengan budaya modern yang dibalut dalam program wisata?.”

Sumber data: Departemen Pendidikan Australia Barat. Data diambil dari survei dan tidak mencerminkan semua perwakilan sekolah. (Foto: Alannah MacTiernan)
Sumber data: Departemen Pendidikan Australia Barat. Data diambil dari survei dan tidak mencerminkan semua perwakilan sekolah. (Foto: Alannah MacTiernan)

Anggota Parlemen ini lantas merinci, bahasa Indonesia bisa diajarkan kepada anak-anak Australia yang sedang berlibur di Bali.

“Di suatu kolam renang di Bali, sekolah-sekolah di Bali bisa turut serta memberi pengajaran bahasa Indonesia intensif kepada anak-anak Australia yang sedang bermain di sana, sementara orang tua mereka bisa menikmati bir di pinggir kolam. Ya, intinya memikirkan cara yang lebih kreatif,” utaranya.

Politisi perempuan ini menambahkan, “Bahasa Indonesia cukup mudah dipelajari dan di sini banyak warga Australia yang datang. Kenapa situasi ini tak coba dimanfaatkan?. Menurut saya ini bisa jadi peluang bisnis yang bagus bagi anak-anak muda sementara warga Australia bisa belajar bahasanya.”

Pada prinsipnya, pariwisata dijadikan sebagai komponen pendidikan, sambung Alannah..

Warga Australia diharapkan ubah cara pandang terhadap Indonesia

Kedatangan Alannah ke Indonesia adalah untuk menghadiri perayaan 20 tahun berdirinya ACICIS, konsorsium perguruan tinggi Australia untuk studi Indonesia.

Dalam sambutannya ia mengatakan, banyak warga Australia yang masih salah mempersepsikan Indonesia, atau bahkan meremehkan peranan Indonesia. Padahal, kesuksesan Australia di kawasan Asia Tenggara tak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dengan negara tetangganya ini.

“Saya rasa, terkadang warga Australia meremehkan betapa kami sangat bergantung pada niat baik Indonesia untuk mengelola sejumlah tantangan yang kita hadapi. Dalam mengurus perbatasan misalnya, kita pastinya butuh kerjasama Indonesia,” kemuka nenek 2 cucu ini.

Alannah MacTiernan sampaikan pidato tentang pentingnya bahasa Indonesia bagi warga Australia di ulang tahun ACICIS ke-20, Yogyakarta. (Foto: Nurina Savitri)
Alannah MacTiernan sampaikan pidato tentang pentingnya bahasa Indonesia bagi warga Australia di ulang tahun ACICIS ke-20, Yogyakarta. (Foto: Nurina Savitri)

Menurut Alannah, hal tersebut bisa dimaklumi mengingat satu dekade terakhir ini, banyak orang yang lebih melihat dan fokus pada perkembangan di China dan India.

“Kita harus benar-benar menunjukkan kepada warga Australia apa yang benar-benar terjadi di Indonesia, yang menurut saya luar biasa. Masalah yang dihadapi bukan politik sebenarnya, tapi kita masih menunjukkan bahwa Indonesia itu sebatas wayang,” utara anggota Parlemen dari Partai Buruh ini.

Ia menyambung, “Kenyataannya di Indonesia, ada begitu banyak komunitas modern yang melakukan sesuatu yang cerdas. Kita (Australia) perlu menunjukkan bahwa Indonesia adalah tempat di mana generasi muda-nya punya pengetahuan teknologi yang bagus atau bermusik dengan kreatif. Persepsi tentang desa dan hal-hal semacam itu untuk menunjukkan seperti apa Indonesia, harus dihentikan.”

Lebih lanjut Alannah menjelaskan, sejak akhir Perang Dunia II, Australia mulai menyadari bahwa fokus dunia telah bergeser dari Eropa ke Asia. Masalahnya, kesadaran itu belum diterapkan dengan sungguh-sungguh.

“Kami terus bicara tentang budaya Indonesia sebagai sesuatu yang sangat tradisional, kami hanya bicara soal kerajinan, kita tak lagi menuju ke sana. Ini sudah abad ke-21, kita harus cari tahu,” tuturnya kepada Nurina Savitri dari ABC.

Ia kemudian meneruskan, “Kami belum membicarakan apa yang sebenanya terjadi di sana. Apa yang terjadi, ada begitu banyak inovasi bisnis dan sebenarnya itu yang harus ditampilkan, dan ini pula yang harus dilakukan pemerintah Indonesia ke luar.”