ABC

Bahasa Indonesia akan Diajarkan di Tingkat TK di Australia

Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang akan diajarkan di playgrup atau taman kanak-kanak (TK) di Australia, selain bahasa Mandarin, Jepang, Perancis, dan bahasa Arab, dalam proyek ujicoba yang dimulai tahun 2015.

Pemerintah Federal Australia saat ini sedang mencari sekitar 40 playgrup untuk berpartisipasi dalam proyek selama satu tahun tersebut.

Di Australia, playgrup atau masa pra sekolah adalah tempat dimana anak-anak yang berusia antara tiga sampai lima tahun mendapatkan asuhan dan biasanya diisi dengan kegiatan bermain dan kontak sosial dengan teman-teman sebaya, sebelum mereka masuk ke sekolah dasar.

Rencana ini dikemukakan oleh Menteri Muda Bidang Pendidikan Australia Sussan Ley hari Selasa (16/9/2014)

"Sebagai sebuah negara pulau yang ikut berpartisipasi dalam perekonomian global, kemampuan berkomunikasi dalam berbagai bahasa semakin penting bagi warga Australia, dan ini sangat diperlukan bagi keberhasilan ekonomi kita di masa depan," kata Sussan Ley.

Nantinya dalam uji coba tersebut, anak-anak pra sekolah ini akan belajar bahasa lewat app di komputer.

"Anak-anak sekarang sudah mengenal komputer sejak kecil, sehingga belajar bahasa lewat peralatan elektronik ini merupakan pendekatan yang tepat." tambah Ley lagi.

Seperti di banyak negara lain, pro kontra mengenai pentingnya belajar bahasa kedua dan kapan seorang anak mulai belajar bahasa baru sering kali menghiasi media.

Banyak orang tua yang khawatir bahwa belajar bahasa kedua terlalu dini akan menciptakan kebingungan.

Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelajar yang belajar bahasa asing mencapai hasil tes lebih baik dibandingkan mereka yang hanya bisa berbicara satu bahasa saja.

Penelitian juga menunjukkan bahwa mulai dari usia tiga tahun, seorang anak siap untuk belajar sebuah bahasa baru.

Menurut laporan  SBS, salah seorang guru bahasa Spanyol Olga Lucia Ramirez yang berasal dari Kolombia sudah mengajarkan bahasa Spanyol bagi anak-anak di playgrupnya selama dua tahun terakhir.

"Salah satu manfaatnya adalah bahwa mereka bisa belajar budaya lain, dan mereka belajar konsep bahwa tidak semua orang itu sama, bahwa kita semua tidak berbicara dalam satu bahasa saja, meskipun tinggal dalam satu negara," kata Ramirez.

"Kami mendapatkan reaksi positif dari anak-anak maupun dari orang tua mereka," tambahnya.