Bagaimana Reaksi Warga Inggris Soal Dimulainya Vaksinasi COVID-19?
Program vaksinasi massal COVID-19 pertama kali di dunia sudah dimulai, Selasa kemarin (8/12) di Inggris dengan penyuntikan dilakukan terhadap seorang nenek berusia 90 tahun bernama Margaret Keenan.
Inggris sudah memesan 40 juta dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech dan Margaret Keenan mendapatkan penyuntikan di sebuah rumah sakit Coventry di Inggris bagian tengah.
“Saya merasa bangga menjadi orang pertama yang divaksinasi untuk mencegah COVID-19,” kata Margaret.
Sekitar 800 ribu dosis vaksin akan didistribusikan di sekitar 70 rumah sakit di Inggris, hanya seminggu sejak Inggris menjadi negara barat pertama yang menyetujui penggunaan vaksin untuk mencegah COVID-19.
Warga lain yang sudah menyatakan bersedia menerima vaksin adalah perawat asal Australia, Melissa Purcell yang sebelumnya sudah pernah positif mengidap COVID-19.
“Saya sudah memiliki antibodi, namun kita tidak tahu berapa lama antibodi itu akan ada dan apakah antibodi itu akan melindungi diri kita,” katanya kepada ABC.
Sebagai perawat yang bekerja di bagian unit gawat darurat, Melissa berharap dirinya termasuk yang menjadi prioritas untuk mendapat vaksin di Inggris.
Melissa mengatakan da belum diberitahu kapan akan mendapat vaksinasi, namun mengatakan dengan senang hati akan melakukannya bila dipanggil.
“Saya pasti akan mau mendapatkannya,” katanya.
Pada awalnya ketika mendengar vaksin Pfizer sudah disetujui, Melissa sempat khawatir jika proses pembuatan vaksin itu dilakukan tergesa-gesa.
Namun setelah mencari tahu dan menemukan sudah ada 40 ribu orang yang terlibat dalam proses uji coba, Melissa sudah merasa yakin.
“Dunia bekerja bersama-sama untuk mencapai sesuatu, sehingga saya kira itulah mengapa hasilnya begitu cepat,” katanya.
“Saya yakin pemerintah pasti sudah melakukan pengecekan yang ketat.
‘Mudah-mudahan semua berjalan baik’
Di usia 92 tahun, warga London lainnya, Kathleen Briley berada kelompok usia yang berhak mendapatkan vaksin pertama.
“Ya saya mestinya giliran berikutnya dan mungkin sudah masuk sebagai hadiah Natal,” katanya sambil tertawa.
Setelah hampir sembilan bulan mengalami ‘lockdown’ berkepanjangan, Kathleen mengatakan merasa “muak” harus berada di dalam rumah terus dan mengharapkan adanya vaksin bisa mengakhiri dirinya diam di rumah.
Meski sudah mendapat persetujuan dari pihak berwenang di bidang kesehatan di Inggris, beberapa orang masih tidak yakin akan keamanan vaksin tersebut.
Stephen Lindsay, misalnya, mengatakan kepada ABC jika ia senang bepergian dan khawatir tidak bisa mengunjungi negara lain kalau dia belum mendapatkan vaksin.
Namun dia enggan untuk divaksin.
“Rasanya masih terlalu baru dan saya sama sekali tidak mempercayainya,” katanya.
“Bila saya memang akan meninggal, ya sudah takdirnya. Saya lebih senang karena sebab alami. Bila disebabkan karena COVID, ya itulah yang akan terjadi.”
Pemerintah Australia mengatakan penyuntikkan vaksin COVID-19 di Inggris merupakan “hal penting bagi dunia”, namun program vaksinasi di Australia baru akan dimulai paling cepat bulan Maret 2021.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini