ABC

Bagaimana Australia Mengubah Saya: Cerita Raymund de la Cruz

Pindah dari negara dunia ketiga seperti Filipina ke negara maju seperti Australia tidaklah selalu berarti  mencari peruntungan lebih baik. Raymund de la Cruz dari Filipina sudah terbiasa hidup mewah di negerinya dan pindah ke Australia untuk mencari kemandirian.

ABC pertama kali Raymund pada tahun 2009 setelah dia pindah dari Manila ke Australia untuk melanjutkan karirnya di bidang kedokteran.

Saat ini, dia merupakan salah seorang dokter di bidang gawat darurat,  Australian College of Emergency Medicine, sebuah lembaga yang bergengsi, dan  merupakan salah satu calon pimpinan di bidang gawat darurat di Rumah Sakit Royal Adelaide yang sedang dibangun kembali.

Jadi bagaimana tinggal di Australia bisa memperkaya kehidupan seorang pria yang sebelumnya sudah memliki segalanya itu?.

"Saya datang ke Australia pad atahun 2006. Saat itu Australia sedang sangat kekurangan dokter dan untung buat saya, karena saya baru saja lulus magang dan siap untuk bertualang dalam hidup."

"Karir di bidang kedokteran di Filipina tidaklah seperti yang saya harapkan. Saya bekerja 90 jam seminggu denga gaji $3.000 per tahun (Rp 30 juta )  tanpa cuti tahunan. Lebih buruk lagi, tidak ada kepastian bahwa hidupa akan pasti berubah nantinya. Kebanyakan dokter yang sukses adalah mereka yang sudah memiliki rumahsakitnya sendiri."

"Saya tidak punya teman atau saudara di Australia. (Datang ke sini) merupakan langkah pertama saya untuk mandiri, jauh dari kenyamanan hidup di rumah orang tua saya. Ibu saya menelpon secara rutin untuk menanyakan bagaimana saya mencuci baju dan dari mana saya beli makanan saya."

"Saya sangat pemalu dan kesulitan berbicara dalam bahasa Inggris dalam pergaulan sosial. Saat itu benar-benar sulit dan saya kesepian, tetapi saya dengan cepat belajar gaya hidup Australia dan juga masyarakatnya. Nyaris tidak bisa bicara bahasa Inggris percakapan, saya masih berhasil membuat orang tertawa ketika saya mencoba membuat lelucon."

Raymund menjamu teman-teman di apartemen miliknya  (Credit: ABC Licensed)

Raymund  sekarang sudah bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di Australia namun semua itu memerlukan waktu untuk mencapainya.

"Salah satu tantangan terbesar adalah melupakan keistimewaan dalam hidup. Saya hidup dengan banyak hal istimewa di Filipina, pergi ke sekolah Katolik swasta khusus anak laki-laki. Kami boleh disebut kelompok elit di Filipina, penampilan, tingkah laku dan cara bicara kami berbeda dari orang kebanyakan. Kami adalah minoritas yang istimewa dan diistimewakan dalam semua lamaran kerja. Orang-orang selalu memberikan perhatian pada kami.

"Ada semacam sistem kasta yang tidak terucap di Filipina yang tidak kita dapatkan di Australia dan dulu sangat sukar bagi saya untuk memahami. Misalnya kalau ada tukang bersih-bersih bicara langsung dengan saya, saya curiga mereka mungkin menginginkan sesuatu dari saya. Di Australia itu tidak ada dan inilah yang saya sukai dari Australia. Semua orang penting dan sederajat."

Ada banyak dukungan untuk Raymund dalam pekerjaannya.
 

"Lingkungan kerja di Australia itu toleran akan kesalahan dan menjelekkan orang lain dianggap tabu. Karena hal ini, saya jadi lebih berkembang dan bisa mencapai potensi terbaik saya. Saya tidak takut untuk maju, membuat kesalahan dan tahu bahwa akan selalu ada orang yang akan membantu saya untuk berdiri kembali."

"Saya tidak takut untuk menjadi diri sendiri. Saya lebih mawas diri dan tidak merasa perlu untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan saya. Hasilnya, saya punya banyak teman."

"Saya juga bertemu Alex, pasangan sesama jenis saya. Untuk terbuka (soal gay) bukanlah hal yang besar, itu biasa saja. Hal itu tidak mempengaruhi hubungan saya dengan teman dan kolega saya. Saya cukup senang akan hal ini."

Raymund dan Alex di Sydney  (Credit: ABC Licensed)

Bekerja lebih sedikit dan mendapatkan gaji lebih besar memberikan Raymun kesempatan untuk menekuni jiwa seninya.

"Saya membeli kamera digital SLR untuk kembali pada hobi masa kecil, fotografi. Jalan-jalan dan fotografi merupaka dua kebahagiaan terbesar dalam hidup saya yang tidak akan mungkin saya kerjakan jika saya bekerja di negara asal saya."

"Saya berhasil membeli sebuah apartemen bergaya gudang industri atau loft yang bagi kebanyakan orang di negara saya hanya merupakan sebuah impian. Saya bisa mengekspresikan jiwa seni saya melalu design interior, menggunakan furnitur unik – beberapa bahkan saya buat sendiri dari awal. Loft ini telah menjadi rumah yang nyaman buat saya bersantai setelah kerja dan kadang menjadi tempat berpesta juga."

Hidup jauh dari rumah membuat Raymund memiliki perspektif yang berbeda tentang tempat dia tumbuh.

"Saya sekarang memiliki rasa hormat yang lebih kepada sesama orang Filipina, kemampuan mereka bertahan di tengah minimnya kesempatan dan sumberdaya."

"Saya belajar untuk bangga atas budaya saya. Australia merangkul semua budaya karena bisa memperkaya budaya mereka. Saya memasak masakan Filipina dan orang sini menyukainya. Saya memakai baju tradisional Filipina ketika upacara pemberian status kewarganeraan saya dan hal itu menjadi bahan untuk mulai pembicaraan."

"Saya juga belajar untuk menerima budaya lain. Lagipula, orang Australia itu berasal dari segala penjuru dunia."