Badai Tropis Pam Terburuk dalam Sejarah di Kawasan Pasifik
Badai tropis Lam yang menerjang Vanuatu dan wilayah Pasifik lainnya akhir pekan lalu dikategorikan sebagai yang terburuk dalam sejarah. Sejauh ini 8 korban telah dipastikan meninggal dan sekitar 42 ribu rumah porak-poranda.
Regu penolong dan bahan bantuan telah tiba di Vanuatu, termasuk dari Australia yang dibawa oleh sejumlah pesawat pengangkut militer.
Menurut Direktur Save the Children Tim Nelson badai ini merusak 42 ribu rumah dan bangunan. Paling tidak 150 ribu orang memerlukan bantuan segera.
"Tidak seorang pun di sini yang ingat pernah mengalami badai sehebat ini," jelasnya.
Nelson menambahkan, sedikitnya 15 ribu rumah sudah tidak bisa ditinggali lagi.
"Kami memperkirakan jumlah korban akan bertambah," ujarnya. "Ribuan di antaranya kini berada tempat-tempat evakuasi."
"Sumber air minum tercemar dan kami tidak yakin pesan ini bisa sampai kepada warga," kata Nelson.
Nelson menjelaskan, badai topan terakhir yang menerjang Vanuatu di 1987 tidaklah sebanding dengan badai Lam saat ini.
Sementara itu Palang Merah menyatakan hampir semua bangunan rumah di ibukota negara yaitu Port Vila telah rusak, dan warga kini tinggal di tempat-tempat evakuasi.
"Kami hitung sekitar 2 ribu orang menginap di tempat evakuasi, namun pagi ini (Senin, 16/3/2015) kebanyaka dari mereka pergi mengecek rumahnya masing-masing," jelas Ketua Palang Merah Jacqueline de Gaillarde.
"Saat ini tidak ada lagi persediaan beras di kota ini. Dalam beberapa hari mendatang isunya adalah kekurangan bahan makanan," jelasnya.
Sementara itu Perdana Menteri Tony Abbott mengindikasikan pesawat-pesawat Angkatan Udara Australia akan menambah personil dan bantuan ke Vanuatu hari ini.
Menlu Julie Bishop menjelaskan warga Australia yang ingin meninggalkan Vanuatu bisa menumpang pesawat-pesawat militer tersebut.
PM Abbott kepada parlemen mengatakan sekitar 1.500 warga Australia diketahui berada di Vanuatu saat badai topan terjadi.
Presiden Vanuatu Baldwin Lonsdale yang sedang berada di Jepang menghadiri konferensi mengenai bencana alam mengatakan, ia pun hingga kini belum bisa menghubungi anggota keluarganya.
Seorang menteri Vanuatu Ralph Regenvanu menggambarkan kekuatan badai angin ini dengan mengatakan bahwa rumahnya yang berbahan semen terasa bergoyang saat badai terjadi.