ABC

Azri Zakkiyah, Master Fisika Medis Penulis 15 Buku Tampil di Melbourne

Satu lagi penulis muda asal Indonesia tampil di Festival Penulis Internasional. Azzi Zakkiyah (25 tahun) muncul dalam tiga sesi di Emerging Writers Festival di Melbourne yang berlangsung 14-23 Juni. Pengalamannya di sini memberi motivasinya untuk menulis lebih banyak lagi.

Lulusan Universitas Brawijaya Malang tersebut tampil di Melbourne, setelah sebelumnya dia terpilih dalam seleksi yang dilakukan Ubid Writers dan Readers Festival di tahun 2016, yang memilih 16 penulis asal Indonesia untuk dikirim ke berbagai festival penulis di seluruh dunia.

Dalam perbincangan dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Sastra Wijaya, Azri Zakkiyah menjelaskan bagaimana perjalanannya dari Ubud ke Melbourne.

“Tahun lalu kawan saya ‘memerintah’ saya untuk ikut seleksi Emerging Writers di Ubud Writers and Readers Festival 2016 yang memang diperuntukkan bagi para penulis baru.” katanya.

“Saya ikut karena pertimbangan kalau terpilih, paling tidak bisa dapat tur gratis ke Bali.”

“Tahun lalu menjadi seleksi terbesar sepanjang sejarah UWRF yang diikuti oleh 894 penulis dari seluruh Indonesia. Yang dlterima hanya 16. Mengejutkannya lagi saya ternyata yang termuda.” tambah Azri.

“Penulis lain yang terpilih ada yang seumuran kakek saya, ada yang lulusan Oxford, ada yang sutradara nasional, pokoknya keren semua.”

“Sebelumnya saya tidak tahu kalau salah satu dari kami berenam belas akan ada yang dikirim ke Melbourne sebagal Exchange Writer di Melbourne Emerging Writers Festival 2017,” ujarnya.

“Siang itu saya melompat-lompat kegirangan ketika ditelepon bahwa saya dipilih sebagai peserta program pertukaran penulis ini.”

Menurut Azri, dalam pertukaran sebelumnya, panitia di Melbourne mengatakan seleksi dengan tes wawancara dan seleksi karya namun dia ditunjuk begitu saja untuk ikut.

Azri dengan panitia penyelenggara Emerging Writers Festval 2017
Azri dengan Izzy Roberts Orr (kiri), Direktur Festival di Melbourne dan Will Dawson (manajer umum)

Foto: Istimewa

Lalu apa saja yang dilakukannya selama seminggu di Melbourne?

“Saya mendapat kesempatan berbicara pada tiga sesi di EWF 17. Dalam acara pembukaan bersama Yacinta Kurniasih (dosen program studi Indonesia di Monash University – redaksi).”

“Juga dalam sesi bernama Lunctime Lit: Stories From The Archipelago, juga bersama Yacinta, dan sesi bernama Amazing Babes.” kata Azri.

Dalam sesi kedua bersama Yacinta, Azri banyak menceritakan pengalaman menulisnya sebagai penulis yang hidup dalam persilangan dari banyak dunia.

Azri boleh disebut memiliki latar belakang unik.

Dia baru saja lulus S2 di bidang Fisika Medis dari Universitas Brawijaya, namun sebagai penulis, dia juga menulis tema spiritualitas, dan tentang dunia pesantren selain juga menulis tentang fiksi ilmiah.

Novel pertamanya Mawar Surga diterbitkan di tahun 2008 ketika dia berusia 15 tahun, dan sejauh ini sudah 15 buku yang diterbitkan untuk umum.

Selain penulis, setelah lulus, Azri juga menjadi guru di Ma’ad Al Qalam di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang, Jawa Timur.

“Jadi ada berbagai dunia sebagai penulis, sebagai ilmuwan, dan sebagai seorang muslim, sebagai seorang jawa, sebagai guru, dan juga sebagai santri.” kata Azri lagi.

Azri Zakkiyah dan penulis terkenal Australia Arnold Zable
Azri Zakkiyah dan penulis terkenal Australia Arnold Zable

Foto: Istimewa

Apa yang paling berkesan dalam kehadirannya di Emerging Writers Festival di Melbourne ini bagi Azri?

Menurut Azri, dia mendapatkan banyak pengalaman mengesankan. Salah satunya adalah perjumpaan kembali dengan penulis terkenal Australia Arnold Zable. Nama mereka sama-sama berinisial AZ (Arnold Zable, Azri Zakkiyah).

Arnold Zable adalah penulis terkenal Australia yang juga adalah pegiat hak manusia khususnya di bidang pendidikan bagi migran. Banyak tulisannya adalah mengenai pengalaman para migran.

“Kami satu panel di Ubud tahun lalu. Beliau luar biasa baik dan terus menerus memanjakan saya. Membantu saya ini itu, padahal dia sibuk luar biasa ketika itu.” kata Azri kepada wartawan ABC Sastra Wijaya.

“Beliau sangat antusias dengan kedatangan saya di Melbourne. Pada malam pembukaan beliau bilang tidak bisa datang untuk lihat penampilan saya karena ada acara, tapi ternyata begitu di Geen room, beliau tiba-tiba muncul dan saya pun berteriak histeris saking senangnya.”

“Beliau bilang cuma ingin memberi semangat dan tetap minta maaf karena mungkin tidak bisa nonton saya.” tambah Azri.

“Pada diskusi-diskusi dengan beliau, beliau mengatakan kalau kami ada pertalian khusus, sejenis dalam pemikiran.”

" Beliau lebih tua 20 tahun dari ibu saya, dan beliau orang Yahudi pertama yang saya temui langsung dalam hdup."

Dalam kunjungan kali ini ke Melbourne, Azri juga berkesempatan menikmati kota ini sebagai turis dengan antara lain mengunjungi kamus Universitas Melbiourne dan juga Victoria Library (Perpustakaan Pusat Negara Bagian Victoria) di Swanston Street.

“Saya sangat terkesan dengan perpustakaan tersebut. Saya bertekad suatu saat buku saya harus dipajang atau dijual di perpustakaan ini.” tambah Azri lagi.

Azri Zakkiyah sendiri kembali akan berkunjung ke Melbourne beberapa bulan mendatang, karena dia sudah mendapat hadiah dari Kemendikbud Indonesia untuk Program Residensi Penulis selama dua bulan di Melbourne Juli-September mendatang.

Azri Zakkiyah di depan Victoria Library di Swanton St Melbourne
Azri Zakkiyah di depan Victoria Library di Swanton St Melbourne

Foto: Istimewa