ABC

Australia Terus Kembangkan Kualitas Permainan Sepak Takraw

Olahraga asal Asia Tenggara sepak takraw tidak terlalu dikenal di Australia. Ajakan sekolahnya untuk menonton pertandingan sepak takraw membuat Garry Condoseres ikut bertanding dalam kejuaraan Piala Raja di Thailand. Berikut tulisannya sendiri soal pengalaman bermain sepak takraw di Australia.

Keterlibatan saya dengan olahraga sepak takraw dimulai pada pertengahan 1990-an ketika kota saya, Darwin menjadi tuan rumah festival olahraga dua tahunan, yang disebut Arafura Games. Dalam festival ini, tim olahraga dari seluruh Australia dan Asia Tenggara datang untuk bertanding di sejumlah cabang olahraga, termasuk sepak takraw.

Bersama dengan sekolah, kami datang untuk menonton Arafura Games. Kita diberitahu akan menonton olahraga yang unik, sejenis voli tapi bisa melibatkan kaki. Awalnya saya merasa bahwa olahraga ini tidak masuk akal, sampai melihatnya sendiri.

Suatu hari sekolah kami mendapatkan bola takraw dan kita pun mencoba untuk memainkannya, sampai akhirnya saya direkrut dan terlibat penuh dalam cabang olahraga ini.  Saya pernah bermain selama beberapa tahun dan mewakili Kawasan Australia Utara di ajang Arafura Games, sampai saya lulus SMA. Kemudian saya pindah ke negara bagian lain untuk melanjutkan pendidikan.  Di Brisbane, Queensland, saya tidak bisa menemukan sebuah klub takraw, sehingga keterlibatan saya dengan olahraga ini pun berkurang, Tapi bagaimana pun, di lubuk hati saya selalu ada tempat untuk sepak takraw.

Tahun 2009 saya kembali ke Darwin dan tidak lama sebelumnya, saya sempat mengontak Asosiasi Sepak Takraw Kawasan Australia Utara, di mana saya bertemu Dan Ellen-Barwell dan Alex Newman. Akhirnya saya kembali bermain dan berlatih secara teratur, sebelum akhirnya membantu tim yang hendak bertanding di Arafura Games 2011.

Sayangnya, permainan tersebut menjadi yang terakhir, karena pemerintah di negara bagian Australia Utara menyatakan bahwa pertandingan olahraga tersebut tidaklah terlalu menguntungkan dari sisi ekonomi.  Pertandingan ini diganti dengan model baru yang menurut pemerintah efisien, tetapi belum kita lihat, dan inilah yang menjadi akhir dari kompetisi sepak takraw di Northern Territory.

With that in mind, we set our eyes on international competition. Upgrading from the NT Sepak Takraw Association to the Australian Sepak Takraw Association, we soon had feelers out both interstate and internationally. Before long we came across a community of Hmong people in Logan, Queensland who were keen to play and regularly took a ball down to the local park.

Between our Darwin-based club and the community in Brisbane, we soon had enough players to compete in international tournaments in Thailand, such as the King’s Cup, and the occasional World Cup tournament. I was fortunate enough to join the Australian squad for the King’s Cup in 2013, and again in 2015.

Dengan pemikiran yang ada, kita memusatkan perhatian pada kompetisi internasional. Setelah berubah dari Asosiasi Sepak Takraw ke Asosiasi Takraw Australia, kami langsung memiliki hubungan baik antara negara bagian, maupun secara internasional. Sebelumnya juga kami pernah memiliki hubungan dengan komunitas warga Hmong di Logan, Queensland yang kadang menggelar latihan secara teratur di taman.

Antara klub yang berada di Darwin dengan komunitas di Brisbane, kami segera punya cukup pemain untuk bersaing di turnamen internasional di Thailand, seperti Piala Raja, dan kadang-kadang turnamen Piala Dunia. Saya cukup beruntung bisa bergabung tim Australia untuk Piala Raja tahun 2013, dan sekali lagi pada tahun 2015.

Tim Australia bertanding pertama kalinya dalam nomor lingkaran.Kiri ke kanan: Pheng Thao, Ku Lor, Nee Lor, Garry Condoseres, Alex Newman.

Tahun ini menandai tonggak penting bagi Asosiasi Sepak Takraw Australia, karena untuk pertama kalinya kami telah memiliki cukup pemain yang tersedia untuk bersaing di sejumlah pertandingan, dengan tiga regu yang bisa berhadapan dengan tiga regu dari negara bagian lain. 

Tahun 2015 juga menjadi tahun pertama bagi Australia untuk berlaga di nomor hoop, pertandingan yang dimainkan oleh satu tim yang berpacu dengan waktu, menendang bola satu sama lain, berusaha untuk mendapatkan bola melalui lingkaran yang mengelilingi para pemain Saya sangat senang menjadi bagian dari tim Australia yang pertama kali melakukan ini. Kami mencetak 110 poin, mengalahkan tiga tim lainnya dan mendapatkan peringkat kedelapan secara keseluruhan, yang merupakan hasil yang baik untuk penampilan pertama.

Team Australia saat menerima medali emas. Kiri ke kanan: Jesse Xiong, Nhia Xiong, Veng Thao, Pheng Thao, Alex Newman, Tou Moua Yang, Ku Lor, Nee Lor, Daniel Ellen Barwell.

Australia juga berkompetisi di acara nomor ganda putra, putra beregu, dan merebut perak di kedua nomor tersebut, hasil terbaik yang kami cetak dalam pertandingan tersebut.

Tapi yang sulit dilupakan dari turnamen tersebut adalah kompetisi antara tim. Kami mengalami kesulitan sebelum kompetisi tim dimulai, kehilangan posisi server utama kami karena ia mengalami cedera selama pertandingan, sehingga sisa pemain hanya tinggal sembilan saja.

Pertandingan pertama kami melawan Cina Taipei menjadi yang paling menantang. Taipei telah menjadi lawan yang menantang bagi kita di turnamen sebelumnya, baik di nomer di regu maupun ganda. Kami tidak pernah mengalahkan mereka, tetapi kami merasa memiliki kesempatan yang baik mengingat kemampuan anggota tim kami yang cukup kuar. Ini memang terbukti menjadi faktor penentu. Taipei mengambil regu pertama, tapi kemudian tersendat untuk mengalahkan regu kami.

Akhirnya Australia menang dengan dua regu.

Pertandingan kami berikutnya saat melawan Pakistan. Australia pergi ke pertandingan ini dengan cukup percaya diri, dan tidak mengecewakan, dengan hasil pertandingan tiga regu.

Pertandingan final kami adalah melawan Oman. Oman sebelumnya telah kalah dalam pertandingan melawan Taipei, artinya jika kita bisa mengalahkan Oman dan tetap tak terkalahkan, kami akan mengamankan medali emas untuk Australia.

Tim Australia saat merayakan kemenangan melawan Oman. Kiri ke kanan (atas): Pheng Thao, Alex Newman, Tou Moua Yang, Veng Thao, Daniel Ellen-Barwell.  Kiri ke kanan (bawah): Garry Condoseres, Nee Lor, Jesse Xiong, Nhia Xiong

Secara keseluruhan, turnamen ini menjadi kesempatan besar bagi para pemain dan untuk asosiasi secara keseluruhan, turnamen yang belum pernah kita ikuti sebelumnya dan belum pernah pula kita dapatkan hasil terbaiknya. Kini kita butuh meningkatkan kesadaran lebih soal sepak takraw, lebih banyak dukungan dan mengikuti turnamen lebih semangat lagi di tahun depan, karena tantangan dan peluang baru sudah menanti.

Overall, the tournament was a great opportunity for the players and for the association as a whole, trying events we have never competed in before and achieving our best ever results. There’s nothing for it now but to raise more awareness, more support and hit the tournament even harder next year, as new challenges and opportunities await.

*)Garry Condoseres adalah anggota komite Asosiasi Sepak Takraw Australia. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.