ABC

Australia Pantau Kehadiran Tokoh Pendukung “Pemerkosaan Terhadap Wanita”

Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton mengatakan seorang pria yang dikenal dengan nama 'Roosh V'  dan berpandangan bahwa pemerkosaan harus dianggap sebagai tindakan sah, belum mengajukan permintaan visa untuk masuk ke Australia meskipun mengatakan akan mengunjungi Canberra di akhir pekan.

Namun Dutton mengatakan dia tidak menutup kemungkinan akan melarang masuknya pria tersebut dan mengatakan akan terus memonitor perkembangan.

Daryush Valizadeh, yang juga dikenal dengan nama Roosh V, adalah pendiri sebuah kelompok bernama Return of Kings (ROK), sebuah grup yang akan mengadakan pertemuan hari Sabtu ini di Brisbane, Melbourne, Sydney dan Perth.

Menurut situs ROK, kelompok yang berbasis di Amerika Serikat tersebut mengatakan bahwa 'nilai seorang wanita tergantung pada tingkat kesuburan dan kecantikannya' dan tindak pemerkosaan bisa dibenarkan secara hukum bila terjadi di kediaman pribadi.

Juru bicara Departemen Imigrasi mengatakan tidak ada orang bernama Daryush Valizadeh yang mengajukan visa untuk berkunjung ke Australia.

Sebelumnya Dutton meminta kepada stafnya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut dan mengatakan pembatalan visa mungkin dilakukan.

"Australia tidak menyambut orang yang datang ke sini yang tidak menghormati wanita." katanya.

"Departemen di masa lalu sudah membuat keputusan membatalkan visa terhadap mereka yang mendukung tindak kekerasan terutama terhadap wanita."

Valizadeh (36) sebelumnya mengukuhkan kepada ABC bahwa dia berencana mengunjungi Canberra.

"Saya tidak punya waktu untuk berbicara. Saya sibuk mempersiapkan perjalanan ke Australia. Saya ingin secara pribadi hadir dalam pertemuan di Canberra."

Dalam pernyataannya di Twitter, dia mengatakan bila menghadapi masalah maka dia 'akan naik kapal ke Darwin dari Indonesia atau Timor Leste. Saya akan mencari cara untuk masuk. Saya tidak akan bisa dihentikan."

Sebuah petisi di change.org meminta pemerintah Australia menghentikan pertemuan ROK di Australia telah mendapatkan 40 ribu tandatangan dalam waktu 24 jam saja.

Seorang mahasiswa PhD Blair Williams, yang belajar politik dan gender memulai petisi tersebut kemarin.

"Menjijikkan sekali apa yang dilakukan oleh Roosh V dan situsnya Return to Kings." kata Wiliams kepada ABC.

"Dia berpandangan pemerkosaan harus dilegalkan.. orang-orang ada yang mendukung pesan ini dan kemudian menyebarluaskan, hal yang sebenarnya ilegal. Saya kira pertemuan seperti ini tidak harus terjadi, melihat bahwa adanya masalah dengan tindak kekerasan terhadap wanita di negeri ini." lanjut Williams.

Petisinya yang berjudul Stop Supporters of 'Legal Rape' Roosh V Advocates Meeting in Sydney, termasuk sebuah surat kepada Polisi New South Wales.

"Apa yang dilakukan orang-orang ini adalah tindak kejahatan kebencian," katanya.

"Tidak saja polisi harus menghentikan pertemuan berlangsung, mereka juga harus mengecek siapa saja yang menghadiri pertemuan," lanjut Williams.

Polisi New South Wales mengatakan mereka memantau keadaan.