ABC

Australia negara termahal bagi pelajar internasional

Australia kini merupakan negara paling mahal bagi para pelajar internasional dengan rata-rata pengeluaran 38 ribu dollar setahun setara sekitar 380 juta rupiah.

Menurut data Bank BHSC, pengeluaran tahunan pelajar internasional di Australia ini lebih tinggi dibanding di Amerika Seriktar yang hanya 35 ribu dollar, dan  Inggris sekitar 30 ribu dollar. Pengeluaran ini mencakup biaya hidup dan sekolah.

Namun, beban keuangan yang lebih tinggi itu agaknya tidak meredam minat siswa untuk belajar di Australia. Negara ini tetap merupakan salah satu negara paling populer bagi para siswa internasional, dengan sekitar 400 ribu pelajar internasional.

Banyak pelajar internasional mendapat tekanan orangtua yang luar biasa, karena orangtua menanggung beban keuangan.

Seorang siswa tata boga komersial, Neal Wang, yang belajar di William Angliss College di Melbourne mengatakan, ia beruntung orangtuanya di China menaggung biaya sekolah dan pemondokannya, tapi dengan pengorbanan. "Orangtua saya menjual sebuah rumah agar dapat mengirim saya ke Australia," katanya kepada ABC.

Pakar ekonomi memperkirakan merosotnya nilai dollar Australia akan membantu mengurangi biaya pendidikan bagi warga asing, sementara HSBC mengatakan adanya kemungkinan nilai dollar turun sebanyak 0,86 dollar dalam caturwulan keempat di tahun 2013.

Para pelajar internasional diizinkan bekerja sebanyak 20 jam seminggu untuk membantu menunjang biaya hidup dan sekolah mereka. Namun beberapa pelajar mengatakan mereka terpaksa bekerja cash-in-hand – atau dibayar kontan, untuk memperbesar pendapatan mereka.

Lain halnya dengan pelajar asal Indonesia, Vebrina Hadi (25), dimana orangtuanya membiayai sekolah, pemondokan dan uang sakunya. Tapi Vebrina mengatakan, bahwa ia merasa malu masih menerima bantuan keuangan dari keluarga.

Orangtua Vebrina di Indonesia membayar uang sekolah putrinya 9.700 dollar per semester dan patungan membayar biaya sewa apartemen sebulannya sebesar 1.500 dollar dengan pelajar lainnya.

Sebelumnya di Indonesia Vebrina telah menyandang gelar sarjana Ilmu Komunikasi, tapi di Australia ia mengejar mimpinya untuk dapat bekerja di sebuah restoran.