ABC

Australia Minta Satu Juta Vaksin COVID-19 Buatan AstraZeneca Dialihkan ke Papua Nugini

Australia akan mengirimkan delapan ribu dosis vaksin COVID-19 ke Papua Nugini minggu depan dan meminta perusahaan AstraZeneca dan pihak berwenang Eropa untuk mengalihkan satu juta dosis vaksin ke sana.

Situasi pandemi di PNG memburuk setelah terkonfirmasi adanya lebih dari 1.400 kasus COVID.

Selain itu Australia juga memperketat pembatasan perjalanan antarkedua negara dimana penerbangan dari ibukota Port Moresby ke kota Cairns di Australia dihentikan.

Para pakar kesehatan mengatakan jumlah kasus di masyarakat kemungkinan jauh lebih tinggi dari apa yang sudah diketahui sejauh ini.

“Meningkatnya masalah penyebaran virus di PNG menghadirkan resiko yang sangat nyata bagi Australia,” katanya seraya menambahkan resiko tinggi khususnya di Queensland dan Selat Torres.

“Dengan dukungan dari pemerintah PNG kami meminta secara resmi kepada AstraZeneca dan pihak berwenang Eropa agar akses 1 juta dosis dari yang kami setujui bagi Australia dialihkan ke PNG, negara berkembang yang sangat memerlukan vaksin tersebut,” katanya.

“Kami sudah membayar vaksin ini dan sekarang bisa dikirim ke sana sehingga kami bisa membantu tetangga terdekat.”

Scott Morrison speaking.
PM Scott Morrison mengumumkan bantuan untuk PNG hari Rabu pagi.

ABC News: Mark Moore

PM Morrison mengatakan sebagian vaksin juga akan dikirim dari Australia, dan mengatakan warga Australia memang punya semangat membantu.

Tindakan kepemimpinan

Berbagai kelompok bantuan internasional memuji tindakan pemerintah Australia.

Marc Purcell, dari Dewan Bantun Internasional Australia mengatakan Australia sangat perlu membantu upaya mengatasi penyebaran pandemi.

“Pengiriman 8000 ribu dosis vaksin bagi pekerja kesehatan amatlah penting, dan usulan alokasi 1 juta vaksin bagi PNG merupakan tindakan kepemimpinan yang diperlihatkan oleh PM dan Menteri Luar Negeri,” kata Purcell.

Dirut World Vision Australia Daniel Wordsworth juga menyambut baik pengumuman Australia namun mengatakan organisasinya khawatir dengan rendahnya angka pengetesan di PNG.

“Bila COVID tidak hilang dari kawasan kita, atau bahkan di seluruh dunia, maka tidak akan hilang di Australia juga,” katanya.

“Semakin lama pandemi ini terjadi, semakin besar kemungkinan adanya varian dan mutasi dari virus yang akan muncul seperti yang kita lihat di Afrika Selatan, Brasil dan Inggris dengan dampak yang mengerikan.”

A man wearing a green island print mask stands in front of a podium with a microphone
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan pandemi telah "melumpuhkan' sistem kesehatan negeri itu.

Supplied: Ekarvilla Keapu/ PNG Prime Minister Photographer

Partai oposisi di tingkat federal, Partai Buruh menuduh pemerintah bertindak terlalu lambat dalam membantu PNG menangani pandemi COVID-19.

Berbicara sebelum pengumuman PM Scott Morrison, Menteri Luar Negeri bayangan Penny Wong mengatakan pemerintah seharusnya sudah bertindak lebih dulu.

“Kita tahu ini adalah perbatasan yang banyak lobangnya. Kita semua tahu betapa dekatnya kita ke PNG, dan kita sudah melihat perkembangan situasi ini dalam beberapa saat terakhir,” kata Penny Wong.

Penerbangan dihentikan, pembatasan diperketat

Sementara itu, pembatasan perjalanan antara Australia dan Papua Nugini diperketat, dengan penghentian penerbangan dari Port Moresby dan Cairns dan larangan pekerja untuk keluar masuk dari Australia.

“Mulai malam ini, kami akan mengurangi kemungkinan penularan COVID-19 dari PNG ke Australia dengan menghentikan penerbangan pesawat dari PNG ke Cairns,” kata PM Morrison dalam jumpa pers.

Penerbangan akan dihentikan selama dua minggu sebelum kajian dilakukan lagi namun penerbangan barang tetap dilanjutkan.

Australia juga akan membantu berbagai peralatan seperti masker, APG, sarung tangan, ventilator dan juga handsanitiser.

Hospital beds a few metres apart in an indoor sports arena.
Rumah sakit darurat di PNG dimana dilaporkan adanya 1300 kasus aktif COVID-19.

ABC News

Kepala Bidang Medis Australia Paul Kelly mengatakan membantu PNG “bukan saja hal yang seharusnya dilakukan namun juga akan melindungi Australia”.

“Dari kasus yang ditemukan di PNG, separuh diantaranya didiagnosa selama beberapa pekan terakhir, dari awal masa pandemi,” katanya.

“Mereka tidak memiliki sumber daya untuk melakukan tes massal seperti yang kita lakukan di Australia, jadi angka yang ada dari PNG berkenaan dengan jumlah kasus dan bahkan kematian mungkin sangat rendah dari yang sebenarnya.”

Dia mengatakan dari tes yang dilakukan “hampir separuh dari sampel menunjukkan hasil positif”.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari laporan dalam bahasa Inggris di sini