ABC

Australia Kemungkinan Dikecualikan dari Tarif Impor Baja dan Aluminium AS

Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif 25 persen untuk impor baja dan 10 persen untuk aluminium akan mulai berlaku 15 hari mendatang. Namun kebijakan ini rencananya tidak akan mencakup Kanada dan Meksiko.

Poin Utama:

  • Presiden AS menyatakan Australia “negara besar, mitra lama”
  • Teman dekat Trump, Greg Norman termasuk penandatangan surat kepada Trump untuk mempertimbangkan dampak tarif bagi hubungan Australia-AS
  • Meksiko, Kanada juga dipertimbangkan mendapat pengecualian tarif

Dengan didampingi para pekerja baja dan aluminium serta anggota kabinetnya, Presiden Trump mengatakan pihaknya masih akan memutuskan negara mana yang dapat dikecualikan. Namun dia menambahkan adanya “fleksibilitas dan kerjasama bagi mereka yang benar-benar teman kami”.

Sebelumnya, setelah seminggu mengalami ketidakpastian dan lobi oleh Canberra, Presiden Trump mengindikasikan bahwa Australia juga dapat dikecualikan.

Menyebut pasokan murah baja dan aluminium di AS sebagai “serangan terhadap negara kami”, Trump dalam sebuah konferensi pers menyatakan, tujuan terbaik kebijakannya yaitu agar perusahaan-perusahaan pindah ke AS. Dia menegaskan produksi dalam negeri dibutuhkan demi alasan keamanan nasional.

“Jika Anda tidak ingin membayar pajak, bawa pabrik Anda ke AS,” katanya.

Rincian rencana kebijakan ini disampaikan melalui briefing oleh pejabat pemerintah menjelang pidato Trump.

Disebutkan, negara lain dapat mengajukan pengecualian, walaupun rincian kapan pengecualian itu akan diberikan sangat minim.

Berbicara pada pertemuan kabinet di Gedung Putih, Trump menyebut Australia saat menyatakan bahwa dia dapat mengecualikan negara-negara dimana AS memiliki hubungan perdagangan dan militer yang baik.

"Kami akan membuat keputusan mengenai negara yang mana – kami memiliki hubungan sangat dekat dengan Australia," katanya.

Dia menggambarkan Australia sebagai “negara besar, mitra lama” dan “kita akan melakukan sesuatu dengan mereka”.

Komentar tersebut disampaikan setelah lobi intensif dari para pejabat dan pemuka bisnis Australia, yang berusaha meyakinkan Pemerintahan Trump untuk membalikkan keadaan.

Teman dekat Presiden Trump – Greg Norman termasuk tokoh bisnis yang ikut menandatangani surat yang mendesak sang presiden untuk mengubah pikirannya.

“Dengan hormat kami meminta tim ekonomi Anda mempertimbangkan surplus perdagangan bersejarah, perdagangan dua arah senilai $ 1,29 triliun antara AS dan Australia serta hubungan pertahanan kita, sebelum mengambil tindakan yang mungkin berdampak negatif terhadap hubungan bilateral AS-Australia yang saling menguntungkan,” demikian surat tertanggal 7 Maret 2018.

Surat yang dikirim oleh American Australian Business Council, juga ditandatangani CEO News Corporation Robert Thomson, CEO Dow Chemical Andrew N Liveris, dan mantan Dubes AS untuk Australia John Berry.

“Kita berharap endingnya akan baik,” kata Berry setelah pernyataan Trump.

Menlu Australia Julie Bishop mengatakan para diplomat Australia di Washington telah melobi agar Australia mendapat pengecualian tarif impor ini.

“Kami semua mengupayakannya,” kata Menlu Bishop kepada ABC Australia.

“Kami sangat fokus mendapatkan pengecualian dan itulah tujuan segala upaya kami mulai dari Perdana Menteri hingga Menteri Perdagangan, semua pejabat kita, semua diplomat kita dan itulah yang saya lakukan di New York,” paparnya.

Para politisi Parati Republik dan mitra dagang AS juga mendesak Trump mempertimbangkan kembali rencananya mengenakan tarif 25 persen untuk impor baja dan 10 persen impor aluminium.

Dalam rapat kabinet, Trump berjanji untuk “sangat fleksibel” terkait tarif tersebut.

Dia menyatakan akan mempertimbangkan untuk membebaskan Meksiko dan Kanada, asalkan AS mendapat balasan dalam negosiasi ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Kesepakatan perdagangan tanpa AS

Langkah penerapan tarif oleh pemerintahan Trump memicu perdebatan tentang perang dagang global jika negara-negara lain mengambil kebijakan proteksionis serupa sebagai tindakan balasan.

Dalam perkembangan terpisah dan pukulan terhadap sikap proteksionisme, 11 negara termasuk Australia, Jepang dan Kanada telah menandatangani perjanjian perdagangan Asia-Pasifik tanpa Amerika Serikat.

Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) itu akan menurunkan tarif impor di negara-negara yang mencakup 13 persen perekonomian global – dengan PDB $13 triliun.

Jika AS masuk, perjanjian ini akan mencakup 40 persen ekonomi dunia.

Menlu Chile Heraldo Munoz mengatakan kesepakatan ini sinyal kuat “melawan proteksionis, mendukung dunia yang terbuka bagi perdagangan, tanpa sanksi sepihak dan tanpa ancaman perang dagang”.

"Kami memberikan sinyal sangat kuat," katanya dalam konferensi pers setelah pernyataan bersama Menteri Perdagangan negara penandatangan lainnya.

Sementara itu perjanjian 12 negara yang dikenal dengan Trans-Pacific Partnership (TPP) kini menjadi tidak pasti ketika awal tahun lalu Trump menarik negaranya keluar dari kesepakatan tersebut, hanya tiga hari dia dilantik.

Dia berdalih langkah tersebut untuk melindungi lapangan kerja di dalam negeri AS.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.