ABC

Australia Kedua Tertinggi Gunakan Obat Anti Depresi

Di antara negara-negara Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), Australia menempati urutan kedua yang paling sering mengeluarkan resep obat anti depresi bagi warganya. Hal ini terungkap dalam gambaran sekilas atau 'snapshot'  terbaru tentang negara-negara OECD.

Penggunaan obat-obatan anti-depresi di Australia meningkat dua kali lipat selama 10 tahun terakhir. Saat ini, negara dengan tingkat penggunaan obat-obatan paling tinggi adalah Islandia.

Beberapa dokter berpendapat bahwa para dokter saat ini berada di bawah tekanan, hingga terlalu banyak mengeluarkan resep.  

Profesor Philip Mitchell, kepala jurusan Psikiatri University of New South Wales, mengatakan bahwa berlebihannya penulisan resep untuk obat anti depresi saat ini menjadi masalah di Australia. 

"Saya khawatir karena ini terlalu banyak. Kita tahu bahwa untuk depresi yang lebih ringan, terapi psikologis dan pengobatan psikologis sangat efektif, dan di Australia kita memiliki sistem untuk ini, melalui skema akses yang lebih baik. Jadi saya terkejut melihat ini terus meingkat," jelasnya. 

Menurut laporan OECD, tingkat penulisan resep obat anti-depresi di Australia terlihat meningkat dua kali lipat antara 2000 hingga 2011.

Sebanyak 89 di antara 1.000 warga Australia saat ini diberikan resep obat anti depresi harian. Sedangkan 10 tahun lalu, jumlahnya hanyalah 45 diantara 1.000 warga. 

"Beberapa tahun lalu, kita menerbitkan angka-angka yang menunjukkan bahwa terdapat tingkat penulisan resep yang terbilang sehat, karena kita melihat bahwa obat-obat anti depresi menurunkan tingkat bunuh diri, namun menurut saya, penulisan resep yang terus menerus ini kemungkinan menandakan adanya pemberian obat yang berlebihan," jelas Mitchell. 

Aktivis bidang kesehatan jiwa Profesor Patrick McGorry mengatakan bahwa Ia terkejut melihat tingkat penulisan resep tersebut. "Sekitar 10 tahun lalu di Australia, diperkenalkan skema akses yang lebih baik (better access), hingga akses ke psikolog saat ini bisa melalui (asuransi kesehatan pemerintah) Medicare, sementara hal ini tak lazim dilakukan di negara negara (OECD) lain, jadi agak membingungkan kenapa peningkatannya sebesar ini," komentarnya. 

Menurutnya, salah satu faktor yang mungkin menjelaskan penyebab peningkatan tersebut adalah pengurangan cakupan skema better accesss beberapa tahun lalu, hingga sejumlah sesi yang didanai melalui skema tersebut diturunkan dari 18 untuk angka maksimum menjadi 10.

Menurut McGorry dan Mitchell, ada juga kemungkinan bahwa para dokter umum mengalami tekanan seiring meningkatnya kesadaran tentang kesehatan jiwa.

"Mungkin mereka merasa harus melakukan sesuatu, namun ada tekanan. Kita tahu bahwa banyak dokter umum yang hanya bisa menghabiskan waktu delapan hingga 12 menit dengan pasien, dan lebih gampang menulis resep dalam jangka waktu tersebut," jelas McGorry. 

Kedua ahli tersebut mengatakan bahwa peninjauan kembali sistem kesehatan jiwa Australia sudah tertunda cukup lama.