Australia Ingin Pekerja Punya Keseimbangan Hidup
Lembaga penelitian Australia Institute telah merilis hasil temuan dari penelitian baru, sekaligus mempromosikan ‘Go Home On Time Day’, yang diperingati setiap 23 November. Mereka mendesak agar karyawan kantoran mencapai keseimbangan antara kerja dan kehidupan yang lebih sehat.
Studi ini menemukan rata-rata pekerja Australia, khususnya yang full time, telah memiliki 5,1 jam lembur yang tidak dibayar setiap minggunya. Artinya, ada 264 jam setiap tahunnya.
Mungkin ini termasuk bagi mereka yang masih mengecek email di luar jam kantor atau menerima telepon dari atasan di malam hari. Hal ini menyebabkan jumlah lembur tak dibayar terus menumpuk, menurut penelitian tersebut.
Jim Standford, direktur dari Centre of Future Work mengatakan ini disamakan dengan porsi yang cukup besar dari waktu yang diberikan.
“Jumlah ini menambah 14 persen dari waktu yang telah dibayar dalam setahun,” katanya.
“Jadi Anda berpikir warga Australia pergi bekerja, dibayar dan kemudian bekerja lagi 14 persen lainnya tanpa dibayar… ini jumlah yang banyak.”
Jim mengatakan ada masalah budaya di Australia, banyak pekerja diharapkan untuk dapat mengakses dan dapat menyelesaikan pekerjaan mereka, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Selain lembur mingguan, Australia Institute juga melakukan survei pada 891 pekerja dan menemukan banyak diantara mereka yang tidak mengambil cuti yang cukup.
Para responden merujuk pada sejumlah tekanan pekerjaan yang menghambat cuti mereka, termasuk terlalu sibuk, enggan meminta, atau khawatir akan mempengaruhi keamanan pekerjaan atau promosi jabatan.
“Kami ingin melihat pekerja yang selalu segar setelah menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga mereka.”
Jim mengatakan pekerja lepas (casual) atau paruh waktu (part-time) yang tidak berhak mendapat cuti tahunan dalam tanggungan sangat rentan terhadap bekerja lembur.
“Di situlah rasa takut, Anda akan dikeluarkan jika tidak memberikan kesan bagi atasan,” katanya.
“Kita punya pengangguran dan tingkat pengangguran tinggi terutama setengah pengangguran, pekerja paruh waktu dan pekerja lepasan sangat banyak memberikan kontribusi untuk keadaan ini … sehingga Australia bekerja dengan jam tambahan tanpa dibayar untuk itu.”
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi dari artikel aslinya yang bisa dibaca disini, pada 23/11/2016 pukul 17:00 AEST.