ABC

Australia-Indonesia Seperti Orang Pacaran

Hubungan Australia dan Indonesia dalam beberapa pekan di bulan November 2013 diwarnai dengan ketegangan soal tindakan penyadapan yang dituduh dilakukan oleh Kedubes Australia di Jakarta dan soal pemulangan kapal pencari suaka. Namun di kalangan warga biasa di Indonesia, masalah apa yang sebenarnya lebih ingin diketahui mengenai Australia?

ABC baru saja berbicara dengan 3 warga Jakarta, Omegani Weku, seorang sales executive dan yang juga masih melanjutkan pendidikan S2 jurusan Digital Marketing di Universitas Pelita Harapan, Fauzan Zasli seorang karyawan swasta dan Wilia Paramitasari yang bekerja  untuk Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Ketiganya masih berada di bawah 25 tahun. Omega pernah berkunjung ke Perth saat dia SMP, sedangkan Wilia pernah ikut program pertukaran pemuda pelajar  tinggal di Brisbane, ibukota negara bagian Queensland dan menetap bersama keluarga setempat di Roma, wilayah pedalaman berjarak tujuh jam perjalanan darat dari Brisbane selama dua bulan.

Sedangkan Fauzan sama sekali belum punya kesempatan berkunjung ke Australia.

Apakah keinginan tahu paling besar mereka mengenai Australia?

Bagi Omega, lapangan kerja bagi warga Indonesia di Australia jadi perhatian utamanya. "Bagaimana jenjang karir di sana. Kalau kita lihat kan hubungan antara  Indonesia dan Australia kan tidak terlalu baik ya dulu. Yang ingin saya ketahui apakah kesempatan orang Indonesia itu sama dengan orang lokal di sana?” kata Omega.

Sementara Fauzan, yang belum pernah ke Australia ingin mengetahui mengenai binatang khas Australia.

“Hewan Australia itu khas, saya sangat suka dengan Kangguru dan Koala, Tasamania. Hewan itu  tidak ada di belahan dunia lain. Saya kagum dan ingin sekali bertemu hewan hewan itu.”

Wilia ingin tahun lebih banyak banyak mengenai budaya dan masyarakat lokal plus hubungan kedua pemerintahan.

“Dari masyarakatnya, kemarin saya belum sempat menggali soal masyarakat Aborigin. Kalau ada kesempatan mempelajari sisi lain Australia, saya ingin tahu soal Aborigin. Di bidang Internasional, saya ingin memperlajari lebih lanjut hubungan bilateral Indonesia Australia." kata Wilia.

Seniman Australia datang ke Indonesia

Bicara soal kebudayaan dan kebiasaan yang berkembang di Australia serta masyarakatnya, ketiga orang Omega, Fauzan dan Wilia  punya pandangan yang juga berbeda.

Fauzan ingin lebih dalam menikmati nuansa seni dan berharap lebih banyak seniman Australia datang ke Indonesia.

“Australia dan Indonesia itu punya kedekatan budaya. Di Australia punya Aborigin, di Indonesia yang dekat dengan Aborigin ya Papua. Keduanya bisa kolaborasi. Soal budaya, orang Australia kurang mengekspose budayanya sehingga orang Indonesia banyak yang tidak tahu. Saya pikir orang Australia harus banyak pentas di Indonesia. Yang saya tahu hanya Perdana Menteri Tony Abbott yang lagi banyak diangkat media.." kata Fauzan sambil tertawa.

Buat Omegani Weku,  dia lebih tertarik soal bagaimana kebiasaan dan dunia kerja di Australia bisa menekan stress alias depresi.

“Penilaian saya, untuk orang yang tinggal di sana untuk tingkat stress itu lebih rendah ketimbang di Jakarta itu lebih rendah. Karena karyawan after office ada waktu untuk spent their time rekreasi di kafe kafe di sepanjang King Street di Perth." kata Omega.

Dan untuk Wilia yang selama wawancara dengan saya juga mengaku suka mendengarkan group band indie Australia dan hapal nama nama artis asal Australia, dia lebih tertarik dan kagum dengan cara orang Australia menghargai dan terbuka untuk berpendapat.

"Jjadi tidak ada perbedaan laki laki perempuan, umur muda dan tua mereka bisa menyatakan pendapatnya dengan bebas dan dihargai di sana. Saya mempelajari tingginya toleransi di sana. Saya Muslim dan pakai jilbab. Dan tidak banyak di sana yang pakai jilbab tapi di sana ingin tau dan ingin belajar dan toleransinya sangat tinggi di sana.” ujar Wilia.

Hubungan Buruk Saat Ini

Selain soal hubungan yang positif, mereka juga tak luput mengomentari isu yang akhir akhir ini membuat tensi antara Pemerintah Australia dan Indonesia menegang. Yakni soal operasi intelijen, mata mata dan penyadapan. Ketiganya menyayangkan hubungan buruk saat ini.

“Ya tidak harus terjadilah, seharusnya sih saling percaya dan bahu membahu.” kata Fauzan Zasli.

Atau Omegani Weku yang bisa memahami hubungan kedua pemerintahan antara Indonesia dan Australia yang sedang panas dingin gara gara isu penyadapan.

“Piring pecah tidak mungkin nyambung lagi, ini sama seperti yang dirasakan Australia saat bom Bali. Banyak warga Australia yang meninggal di sana jadi otomatis membuat mereka aware sama kita. Untuk penyadapan itu tidak seusuai etika. Tapi menurut saya, satu pihak mereka butuh melakukan itu untuk waspada walau tidak sesuai.” kata Omega.

Sedangkan Wilia punya harapan isu ini tidak memperburuk hubungan kedua negara.

“Sebagai warga biasa, saya tidak ingin isu ini mempengaruhi hubungan baik antara Indonesia dan Australia. Mungkin hal ini bukan pertama.” kata Wilia.

Bisa jadi hubungan buruk ini seperti kata Wilia memang bukan yang pertama sepanjang kedua negara bertetangga.

Tapi Omega menutupnya dengan menggambarkan hubungan kedua negara sangat sederhana sekaligus harapannya ke depan.
“Sebenarnya hubungan antara Indonesia dan Australia itu kaya orang pacaran. Kadang mesra, kadang marahan. Tapi coba ditingkatkan kemesraannya lah supaya kita bisa meredam hal lain yang merugikan" demikian Omegani Weku.