ABC

Australia Dipandang Mampu Beri Pekerjaan Untuk Setiap Warganya

Pemerintah Australia dipandang mampu untuk memberikan pekerjaan kepada setiap warganya melalui program skala besar yang dibiayai pemerintah.

Hal itu dikemukakan ekonom asal Amerika Serikat Profesor Stephanie Kelton dalam turnya di Australia pekan ini.

Prof Kelton merupakan penasihat ekonomi Bernie Sanders dalam Pilpres AS 2016. Dia merumuskan idenya dari Teori Moneter Modern (MMT) yang berkembang pada awal 1990-an.

“Tak ada yang dapat menghalangi pemerintah Australia jika mau melakukannya,” katanya.

Australia, katanya, mampu membiayai program lapangan kerja sektor pemerintah skala besar yang menawarkan pekerjaan kepada siapa saja yang mau dan tak dapat menemukannya di tempat lain.

“Biarkan sektor swasta menciptakan banyak lapangan pekerjaan seperti sediakala. Masalahnya, selalu ada segmen populasi yang tak terserap di sana,” jelas Prof. Kelton.

“Jadi program ini sebagai penopang bagi siapa saja yang tertinggal (dalam lapangan kerja di sektor swasta),” katanya.

Program yang biasa juga disebut sebagai “Program Jaminan Pekerjaan” akan dijalankan sebagai berikut:

Setiap orang dari sekitar 700.000 pengangguran di Australia saat ini akan ditawari pekerjaan yang akan dibiayai pemerintah tetapi dikelola oleh masyarakat setempat.

“Kita menginginkan masyarakat lokal yang mengusulkan jenis pekerjaan yang bernilai paling besar,” jelas Prof Kelton.

“Jadi bukan model top-down birokratik pemerintahan. Mereka hanya menyiapkan dana dan masyarakatlah yang memutuskan apa yang akan dikerjakan,” katanya.

Economist Stephanie Kelton gives a lecture.
Profesor Stephanie Kelton, pakar ekonomi kebijakan publik dari Stony Brook University.

Twitter: @StephanieKelton

Ide teori MMT ini kabarnya semakin menarik perhatian kalangan politisi Australia dari Partai Buruh dan Partai Hijau, yang kini berada di luar pemerintahan.

Dosen ekonomi Universitas Adelaide Steven Hail yang pakar MMT menyebutkan, minat terhadap teori ini menyebar luas di Australia dan banyak didiskusikan di kalangan parpol tersebut.

“Saya sendiri pernah mempresentasikan teori ini ke komite kebijakan ekonomi Partai Buruh di Canberra bulan Juni lalu,” kata Hail.

Prof Kelton berada di Australia atas undangan sebuah LSM bernama GetUp dalam kegiatan bertajuk Rethinking Our Economy.

Kritik terhadap teori MMT

Argumentasi pokok teori MMT yaitu mengandaikan bahwa negara yang mengendalikan anggaran keuangan sendiri (seperti Australia) tak memiliki kendala dari segi keuangan karena mereka selalu dapat mencetak uang.

Jika menginginkan anggaran yang lebih besar untuk sekolah dan rumahsakit misalnya, negara seperti ini cukup mencetak uang lebih banyak.

Namun teori ini mendapat banyak kritikan, termasuk dari pakar ekonomi Universitas New South Wales Profesor Richard Holden.

Dalam artikel yang ditulis untuk The Conversation, Prof Holden menjelaskan sebagai berikut:

Katakanlah pemerintah ingin membayar suatu program atau proyek. Jika hanya mencetak uang tanpa didukung dengan penerbitan obligasi, maka akan terjadi inflasi.

Inflasi yang terjadi selanjutnya akan membuat pemerintah perlu mencetak uang lebih banyak lagi. Ini lagi-lagi akan menyebabkan inflasi yang lebih besar.

Dalam tempo singkat, akan terjadi hiperinflasi, ambruknya semua tabungan dalam perekonomian, dan bisa memicu perang dunia.

Prof Kelton sendiri tak mengabaikan isu inflasi dalam teori MMT.

Namun menurut dia, hal itu hanyalah faktor yang akan tertangani jika konsep jaminan pekerjaan diterapkan.

“Tantangannya yaitu, dapatkah kita mencapai keseimbangan yang tepat dimana pemerintah mempekerjakan dan memberi kesempatan kepada setiap orang tanpa menciptakan masalah inflasi,” katanya.

“Jadi di situ tantangannya. Bukan tentang pemerintah yang kehabisan uang. Bukan tentang mampu tidaknya membiayai suatu program,” ujar Prof Kelton.

“Ini lebih pada kendala sumber daya dan apakah kita mampu menciptakan lapangan kerja bagi semua orang tanpa menyebabkan masalah lain dalam perekonomian,” paparnya.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.