ABC

Australia Didesak Tingkatkan Bantuan untuk Tangani Wabah Ebola

Warga Australia yang bergabung dalam upaya kemanusiaan menangani wabah Ebola di Afrika Barat mendorong lebih besarnya dukungan dan partisipasi Internasional dalam menanggulangi penyakit yang telah menewaskan lebih dari 2,800 orang tersebut.

 

Ditengah peringatan WHO yang menyebutkan jumlah penderita yang terinfeksi wabah Ebola pada Januari mendatang akan mencapai 1,4 juta orang, lembaga bantuan menyatakan keterlibatan lebih banyak petugas di lapangan merupakan satu-satunya harapan untuk mengontrol epidemi tersebut.

Seorang perawat berkebangsaan Australia, Libby Bowell saat ini ikut bertugas bersama Federasi Palang Merah Internasional di Liberia.

"Kami merasa sangat putus asa, terkadang kami merasa apa ada orang yang peduli dan mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di kawasan ini? kata Bowell kepada program 7.30  ABC.

"Saya tidak tahu bagaimana menggambarkan situasi disana, tapi yang pasti kita butuh lebih banyak orang yang bertugas di kawasan ini," tambahnya.

Tim dimana Bowell ikut bertugas bertanggung jawab membantu mengkoordinasikan dua peran penting, yaitu mengumpulkan mayat pasien Ebola dan memberikan perawatan bagi masyarakat," tuturnya.

Dengan banyaknya korban Ebola yang ditolak di pusat perawatan, warga perlu diberikan pelajaran tentang bagaimana merawat pasien Ebola tanpa ikut terinfeksi.

"Banyak cerita tragis ketika terlalu banyak orang yang berusaha merawat mereka yang terinfeksi di dalam masyarakat dan kemudian kami juga mendengar ada 5 hingga 10 orang diantaranya juga ikut terinfeksi dan kisah-kisah seperti itu harus kita hentikan," kata Bowell.

Namun menurutnya prosedur keamanan yang diterapkan secara sangat ketat juga semakin menyulitkan pekerjaan mereka.

"Saya sering berada di tengah-tengah masyarakt dan sangat sulit untuk mendekati mereka dalam jarak 1 meter saja dari mereka yang terinfeksi dan sedang bersedih,  mereka menangis dan tertekan dan saya tidak bisa menenangkan mereka kecuali dengan kata-kata saja, itu sangat sulit," cerita Bowell.

Seorang psikolog asal Adelaide yang sudah dua bulan bertugas bersama organisasi dokter antar perbatasan di Sierra Leone,  Malcolm Hugo berbagi kisah dengan 7.30 ABC.

Pekerjaan Hugo di Sierra Leone antara lain menyediakan pelayanan untuk pasien dan keluarganya sekaligus mengatur pelayanan untuk para yatim piatu yang orang tuanya tewas karena terjangkit virus Ebola.

"Tampaknya tidak ada keluarga di Sierra Leone yang tidak terdampak dari wabah ini, semua sekolah tutup, begitu juga industri, wabah ini membawa dampak yang sangat besar bagimasyarakat setempat." Kata Dr. Hugo.

Menurutnya mayoritas staf yang bertugas di pusat pelayanan pasien Ebola merupakan warga lokal dan menjaga higienitas tampaknya menjagi tugas yang sangat sulit dilakukan.

"Mereka adalah orang yang harus mempersiapkan jenazah-jenazah korban Ebola, menaruh mereka di dalam kantung mayaut dan ini merupakan pekerjaan yang sangat berat bagi mereka dan secara kebudayaan merupakan cara yang sangat tidak biasa dalam memperlakukan jenasah seketat itu sehingga sulit bagi mereka,"

Desakan agar Australia tambah paket bantuan.

Lembaga bantuan yang terlibat dalam penanganan wabah Ebola di Afrika Barat mengatakan mereka saat ini membutuhkan 20 kali lebih banyak tenaga untuk dikerahkan di lapangan.

Amerika Serikat telah menyatakan komitmennya menggelontorkan bantuan senilai  $70 juta dan sekitar 3,000 pasukan. Sementara negara lain telah menawarkan sejumlah tim bantuan medis.

Pemerintah Australia juga telah menawarkan bantuan uang, namun Kepala Dokter Antar Perbatasan (Medicine Sans Frontieres) Australia,  Paul McPhun, menilai bantuan itu perlu ditingkatkan.

"Tidak ada alasan bagi Australia untuk tidak mengikuti kepemimpinan yang sudah ditunjukan oleh AS, Inggris, China dan Kuba dan secara aktual menjadi bagian dari tim internasional yang terlibat langsung di lapangan," katanya.

"Kita butuh pengerahan lebih banyak tenaga spesialis dan dukungan dokter umum serta pakar di bidang kapasitas logistik," tambahnya.

Sementara itu Ilmuwan Australia di CSIRO juga ikut terlibat dalam upaya global menciptakan vaksin Ebola.