ABC

Australia Bersedia Bantu Pulangkan Anak-Anak Teroris ISIS dari Suriah

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pihaknya terbuka dengan permintaan untuk memulangkan anak-anak teroris ISIS asal Australia yang kini terlantar di daerah konflik di Suriah.

  • Pemerintah dan badan bantuan berusaha mencari solusi bagi anak-anak teroris yang terlantar
  • PM Scott Morrison mengatakan tidak akan mengambil resiko dengan melakukan penyelamatan sendiri
  • Ini muncul setelah adanya berita putri tertua Khaled Sharrouf sedang hamil besar di kamp pengungsi Suriah

Menyusul hancurnya “kekhalifahan” dari kelompok teroris ISIS di Suriah dan Irak, ribuan perempuan dan anak-anak sekarang berada di kamp pengungsian.

Anak-anak dari teroris asal Australia yang sudah tewas Khaled Sharrouf termasuk di antara mereka.

Nenek mereka Karen Nettleton sudah datang ke Suriah untuk mengusahakan pemulangan cucu-cucunya itu.

PM Morrison mengatakan Australia bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan untuk membantu mereka.

“Dimana ditemukan anak-anak tersebut, dan itulah fokus utama saat ini,” kata PM Morrison.

“Kami akan bekerja sama dengan Palang Merah apabila mereka bisa membawa anak-anak tersebut ke titik dimana mereka bisa pulang ke Australia. Kami akan bekerjasama dalam proses itu,” ujarnya.

Karen Nettleton yang tinggal di Sydney menjelaskan anak perempuan tertua Sharrouf, Zaynab, sekarang sedang hamil delapan bulan untuk anak ketiga di usia masih sangat belia, 17 tahun.

Dia dibawa ke Suriah oleh ayahnya, dan dinikahkan di sana ketika baru berusia 13 tahun.

Kesehatan Zaynab kini dikhawatirkan memburuk di tengah keadaan kamp pengungsian yang sangat memprihatinkan.

Sebelumnya PM Morrison menolak untuk memulangkan warganya yang telah bergabung dengan kelompok teroris.

"Saya tidak akan membahayakan warga Australia demi membantu mereka yang berada di zona konflik," kata Morrison.

Kini dia mengatakan bila anak-anak tersebut lolos dari penilaian, pemerintah terbuka dalam membantu pemepulangan mereka ke Australia.

Kasus di negara lain

Saat ini terdapat puluhan ribu anak-anak di berbagai kamp pengungsian dimana makanan, tempat tinggal dan obat-obatan tidak banyak tersedia.

Mereka ini anak-anak dari orangtua yang sebelumnya hidup di wilayah “kekhalifahan” ISIS. Kini mereka mendekam di kamp pengungsi al-Hawl.

Ratusan di antaranya telah dipulangkan ke negara seperti Rusia dan Turki.

Pemerintah Prancis sebelumnya mengatakan lima anak yatim piatu sudah dipulangkan dan akan menerima 130 anak berkebangsaan Prancis lainnya.

Presiden AS Donald Trump mendesak negara-negara lain untuk menerima kembali warga mereka daripada dibiarkan hidup di Suriah karena dikhawatirkan menimbulkan masalah di masa depan.

AS sudah memulangkan beberapa warga mereka, namun masih ada anak-anak dan perempuan asal AS yang berada di kamp pengungsi.

Sementara itu, Denmark diperkirakan akan meloloskan UU yang akan mencabut hak kewarganegaraan bagi anak warga Denmark yang lahir di luar negeri dan orangtuanya mendukung ISIS.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini