ABC

Australia Bentuk Tim Dokter Khusus untuk Antisipasi Wabah Ebola di Asia Pasifik

Dokter dan perawat dari seluruh Australia berkumpul di Darwin untuk memastikan mereka siap jika wabah Ebola masuk ke kawasan Asia Pasifik.

 

Tim Asistensi Kedokteran Australia (AUSMAT) merupakan lembaga di Australia yang akan bertanggung jawab melakukan respon jika terjadi wabah Ebola di negara-negara tetangga.
 
AUSMAT diselenggarakan oleh Pusat Penanganan Krisis dan Respon Trauma Nasional berbasis di Darwin.
 
Direktur Eksekutf AUSMAT, Dr Nicholas Coatsworth, mengatakan pelatihan ini melibatkan 27 orang dokter AUSMAT yang terlatih dan perawat yang mempelajari bagaimana membangun fasilitas lapangan untuk menangani epidemi Ebola.
 
"Ini merupakan inisiatif Australia berdasarkan pengalaman dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam penanganan wabah ini seperti dokter lintas batas atau Médecins Sans Frontières," katanya.
 
Namun Dr Coatsworth menekankan kalau anggota AUSMAT kemungkinan tidak akan diperlukan di kawasan.
 
"Tampaknya  peluang wabah Ebola terjadi di Asia Pasifik rencah, dan bahkan lebih kecil lagi peluangnya terjadi di Australia,"
 
"Namun pentingnya kesiapsiagaan di kawasan itu tetap sangat mendesak,"
 
Bagian paling penting dari pelatihan ini adalah mempelajari bagaimana untuk terjun dan keluar dari upaya penanganan pasien Ebola dengan menggunakan pakaian dan perlengkapan yang layak.
 
"Melakukan penanganan secara benar dan disertai pengamat yang terlatih merupakan bagian paling penting dalam menghindari terpapar virus Ebola ketika menangani pasien Ebola,"
 
"Prosedur yang kita lakukan dalam pelatihan ini tidak dilakukan di rumah sakit-rumah sakit di Australia, tapi ini merupakan fakta yang terjadi di situasi yang sesungguhnya ketika terjadi epidemi Ebola,"
AUSMAT disiapkan untuk dikerahkan ke Asia Pasifik namun belum diminta oleh pemerintah Federal Australia untuk dikerahkan ke Afrika Barat.
 
Sebaliknya pemerintahan Abbott telah memberikan hibah sebilai $20 juta kepada perusahaan medis swasta untuk membangun klinik di Sierra Leone.
 
Dr Coatsworth  mengatakan pelatihan ini akan berguna bagi anggota AUSMAT yang ingin memberikan bantuan untuk merespon wabah Ebola.
 
"Pelatihan ini akan mempersiapkan mereka dan memperkenalkan mereka mengenai prosedur yang harus dilakukan ketika menangani Ebola sebelum bergabung dengan organisasi-organisasi seperti  Médecins Sans Frontières atau Palang Merah Internasional," katanya.
 
Pusat ini masih akan menyelenggarakan pelatihan serupa sedikitnya 3 kali sampai sekitar 100 orang bisa dilatih untuk menangani Ebola.
 
"Kami akan terus melakukan pelatihan sampai wabah Ebola bisa di kontrol," Dr Coatsworth.

 

Perawat kesehatan menangani 'pasien' yang memiliki gejala Ebola dalam pelatihan penanganan Ebola di Darwin.

 
Salah satu perawat kasus trauma yang ikut terlibat dalam pelatihan ini,  Rebekah Ogilvie, mengatakan pelatihan penanganan Ebola ini akan membantu dirinya dan juga peserta lain untuk melakukan keputusan yang benar dalam membantu pasien epidemi Ebola.
 
"Ini bukan masalah kita siap atau tidak untuk dikirim ke luar negeri, namun pelatihan ini memungkinkan para perawat dan dokter yang bersedia dikirimkan ke luar negeri untuk ikut terlibat dalam merespon epidemi Ebola untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi. pelatihan ini juga membantu mempersiapkan fisik dan kejiwaan yang dibutuhkan dalam melakukan penanganan Ebola," katanya.
 
Ogilvie mengatakan 'rasa kemanusiaan' merupakan aspek terpenting dalam pelatihan ini.
 
"Dalam tugas saya sehari-hari saya selalu menyentuh pasien setiap hari, saya memberikan dukungan untuk mereka. peran-peran semacam itulah yang harus saya lakukan'
 
"Tapi kenyataan kalau ketika menolong kita juga harus menggunakan alat pelindung personal namun berusaha untuk bekerja sebagai mana biasa ketika menangani pasien atau orang laon dan menunjukan kepada mereka kalau kita benar-benar peduli pada mereka tanpa menyentuh mereka, itu yang sangat berat dilakukan,"
 
Ogilvie mengatakan dia ingin sekali bergabung dalam misi kemanusiaan  ke Afrika Barat untuk menangani Ebola jika dibolehkan.
 
"Itu merupakan pekerjaan sauam saya harus membantu sesama manusia lainnya,"
 
Pelatihan ini dilakukan di Darwin ditengah suhu panas 33 derajat Celcius.