ABC

Australia Bantu Indonesia Dapat Emas di Olimpiade

Dilihat dari sejarahnya, atlet Indonesia untuk cabang badminton dan angkat besi telah konsisten meraih medali di ajang Olimpiade. Tapi di Olimpiade 2012 di kota London, penampilan Indonesia justru mengendur dengan hanya dua medali, dari cabang angkat besi, dan bukan medali emas.

Untuk Olimpiade tahun 2016, Indonesia telah ditangani dan dilatih oleh Profesor Stephen Bird, dari James Cook University, yang pernah melatih atlet Indonesia sebelumnya dan mendapatkan kesuksesan.

“Kita bekerjasama dengan Komite Olimpiade Indonesia di tahun 2008 dan sangat beruntung karena program kita sukses,” ujar Profesor Stephen.

“Indonesia pernah mendapat satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. Itu adalah lima medali dari satu kontingen yang berisi hanya 26 atlet.”

Indonesia kemudian pernah membatalkan persetujuan dengan pakar sains olahraga dari Australia di tahun 2011, dan penurunan prestasi di cabang angkat besi dan bulu tangkis langsung terlihat, yang berpuncak pada kekalahan total pada olimpiade di tahun 2012.

Khawatir mengulangi performa yang samaa di Rio, Komite Olimpiade Indonesia kembali meminta Profesor Stephen untuk membantu Indonesia, dengan harapan atlet Indonesia, khususnya pemain bulu tangkis, akan kembali ke podium.

Profesor Stephen mengatakan Indonesia memiliki budaya yang tidak dapat menerima kehilangan muka. Jadi, jika tim Olimpiade gagal, maka tugasnya untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Cabang sains di bidang olahraga bagi atlet Olimpiade masih baru bagi Indonesia

Menurut Profesor Stephen, atlet Indonesia sangat berbakat tetapi tidak memiliki akses mendapatkan ilmu sains di cabang olahraga atau latihan terencana untuk menyiapkan mereka di panggung dunia.

“Ini adalah tentang memantau kelelahan dan manajemen pemulihan, jadi kami ingin memastikan bisa menjaga atlet tetap sehat, sebelum mereka ke Rio, menempatkan mereka di posisi terbaik sehingga mampu menjadi kompetitif,” katanya.

Profesor Stephen juga mengatakan kemungkinan Indonesia untuk merebut podium di cabang bulu tangkis dan angkat besi sangat tinggi.

“Jika dua atlet angkat besi, Triyatno dan Eko Yuli Irawan memberikan penampilan terbaiknya, mereka akan dapat medali,” katanya.

“Dalam bulutangkis, semua anggota punya potensi mendapatkan medali. Kesepuluh pemain, ada potensi mendapatkan medali emas, jika mereka bisa melewati babak awal.”

Atlet China mendominasi cabang bulutangkis di Olimpiade London tahun 2012, namun Profesor Stephen mengatakan metode sains miliknya bisa memberikan peluang lebih di Rio.

“Menggunakan analogi dari tim balap Formula Satu, Anda memiliki atlet sebagai pembalapnya, dan pelatih sebagai urusan mesinnya, dan ilmuwan olahraga sebagai montirnya,” kata Profesor Stephen.

“Peran saya dan staf saya adalah memastikan mesin bekerja sebaik mungkin untuk atlet itu.”

Profesor Stephen bergabung dengan tim Indonesia pada akhir Juli lalu dan akan bersama mereka selama Olimpiade di Rio, dimana ia pun berharap atlet-atlet Australia bisa naik podium juga.

“Tentu saja aku ingin Australia untuk melakukan yang terbaik dan memenangkan setiap medali emas di cabang-cabang yang tidak bersaing dengan Indonesia,” katanya.

Profesor Stephen memimpin kemitraan antara Indonesia dengan James Cook University High Performance Sport Initiative, untuk memastikan keberhasilan atlet Indonesia di Olimpiade Rio dan Asian Games 2018. Di Asian Games tersebut Indonesia akan menjadi tuan rumah.

Catatan editor (26/07/2016) – Versi awal dari artikel ini menampilkan kutipan dari Profesor Stephen yang merinci rencana perolehan medali oleh Komite Olimpiade Indonesia, yang sudah diminta untuk dihapuskan dari artikel.

Diterbitkan oleh Erwin Renaldi, padda Senin, 8 Agustus 2016 pukul 15:00 AEST. Baca artikelnya dalam bahasa Inggris, di sini.