Australia Bangun Monumen Pasukan Penjaga Perdamaian
Sebuah monumen peringatan baru yang bertujuan untuk menghormati operasi penjaga perdamaian internasional oleh Australia telah diresmikan di Canberra Kamis (14/9/2017).
Relawan, veteran, dan warga pendukung lainnya mulai bekerja mewujudkan Monumen Peringatan Penjaga Perdamaian Australia di Anzac Parade ini 12 tahun yang lalu.
Monumen tersebut menampilkan dua monolit beton berukuran besar yang dipoles warna hitam dan dipisahkan oleh lorong serta halaman perenungan.
“Begitu Anda menyusuri monolit peringatan ini melalui lorong cahaya, tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimana pasukan penjaga perdamaian memisahkan pasukan yang berperang dan memberikan harapan,” kata ketua komite perencanaan, Mayjen Tim Ford.
Halaman ini berisi pernyataan yang terpatri di lempengan perunggu, mencantumkan misi pemeliharaan perdamaian oleh Australia, serta penggambaran mengenai karakteristik dari pasukan penjaga perdamaian.
Baca juga:
Afghan Files: Menguak Rahasia Militer Austalia di Afghanistan
Monumen peringatan tersebut menghormati pengabdian dan pengorbanan lebih dari 80.000 personil militer, polisi, dan penjaga perdamaian sipil yang bertugas di 62 misi selama 70 tahun terakhir.
“Banyak yang terluka dan trauma dengan apa yang harus mereka hadapi dalam situasi yang sangat sulit dan berbahaya,” kata Mayor Jenderal Ford.
“Kami sangat ingin mengenal, bukan hanya penjaga perdamaian, tapi keluarga dan pendukung mereka.”
Mayor Jenderal Ford mengatakan, mengumpulkan dana sebesar $4 juta atau sekitar Rp42 miliar untuk melengkapi patung besar tersebut terbukti sebagai tantangan terbesarnya.
“Masyarakat Australia sangat tidak menyadari dan memahami karya besar yang sedang dilakukan penjaga perdamaian di seluruh dunia,” katanya.
“Sebagai personil penjaga perdamaian kami benar-benar berada dalam lebih banyak konflik dibandingkan sebagai pasukan perang,” katanya.
“Ini pesan penting bagi masyarakat Australia, memahami bahwa perdamaian dan keamanan internasional bukan hanya tentang pertempuran di saat terakhir dan kemudian memutuskan apakah Anda akan mengerahkan angkatan bersenjata.”
Pengabdian untuk perdamaian
Dalam sambutannya ketika meresmikan monumen, Gubernur Jenderal Australia Peter Cosgrove memuji pengorbanan, rasa kemanusiaan, dan belas-kasih para penjaga perdamaian dalam melindungi mereka yang rentan.
“Tampaknya bagian dari kondisi manusia menginginkannya dengan setiap urat nadi kita, namun tidak pernah mencapai kedamaian yang sempurna,” katanya.
“Dalam baret biru mereka, penjaga perdamaian adalah simbol harapan. Mereka menyelamatkan nyawa dan mengubah kehidupan, mereka memulihkan ketertiban dan membawa keamanan dan stabilitas.”
“Penjaga perdamaian melakukan semua ini bukan atas nama penaklukan atau demi kehebatan diri. Atau atas nama kepentingan nasional sensiri. Mereka melakukannya atas nama belas-kasih dan kemanusiaan. Atas nama apa yang benar.”
Di antara dua pihak
Letnan Kolonel Deborah Warren-Smith menyatakan meskipun pengakuan ini sudah lama ditunggu, penghargaan dan kepuasan terbesar datang dari melakukan kontribusi dalam operasi perdamaian.
“Sebagai penjaga perdamaian Anda berada di sana kadang untuk menjadi garis biru yang tipis antara kedua pihak yang berperang,” katanya.
“Anda mungkin ada di sana untuk menerapkan aturan, mengamati dan melaporkan,” tambahnya.
“Mungkin kesepakatan gencatan senjata atau kesepakatan gencatan senjata, yang saya lakukan saat ditempatkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa.”
Sementara itu Letnan Kolonel Warren-Smith bertugas tanpa senjata sebagai pengamat militer di Israel, Lebanon dan Suriah.
“Monuman ini menjadi pengakuan Australia selama 70 tahun operasi pemeliharaan perdamaian, yang merupakan kontribusi besar bagi kemanusiaan dari apa yang ingin kita capai sebagai penjaga perdamaian,” katanya.
Diterjemahkan pada 14/9/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.