ABC

Aturan Label Makanan Berperan Penting Atasi Kasus Obesitas

Seorang pakar ekonomi dari Amerika Serikat menyatakan pencantuman kata "imitasi/tiruan" para label produk makanan yang diproses bisa menjadi jawaban dalam memecahkan epidemi obesitas.

Tingkat kasus obesitas di Australia saat ini sangat tinggi, diperkirakan 63% orang dewasa dan seperempat anak-anak Australia mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, meskipun konsumen bisa mendapat akses informasi yang detail pada produk makanan didalam kemasan.

Pakar ekonomi,  Dr Trent Smith, dari Universitas Otago, saat ini berada di Canberra untuk menghadiri konferensi tahunan Masyarakat Pertanian dan Sumber Daya Ekonomi Australia.

Dr Smith telah mempelajari sejarah dari pelabelan makanan dan psikologi perilaku dalam pilihan makanan.

Dia mengatakan pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan perusahaan memberi label makanan mereka dengan jelas, sehingga konsumen dapat membuat pilihan sederhana.
 
"Lemak trans adalah contoh yang sangat baik dari kisah sukses pelabelan," kata Dr Smith.
 
Lemak trans diperkenalkan ke pasokan pangan pada tahun 1913, oleh perusahaan Amerika Crisco.
 
Mereka memasarkan produk minyak sayur mereka lebih mudah dicerna dan menjadi pilihan higienis dari lemak hewan.
 
"Tapi pada awal 1990-an, ilmu pengetahuan mengenai lemak trans cukup jelas, bahwa lemak trans dapat menyebabkan penyakit jantung dan membunuh puluhan ribu orang," kata Dr Smith.
 
"isu ini kemudian memicu perdebatan politik. Industri makanan tidak ingin mengubah, mereka mengatakan  'tidak, (mengganti lemak trans) itu akan menjadi terlalu mahal, kita tidak bisa meracik ulang  [produk kami]'."
Baru pada tahun 2006, Pemerintah AS mewajibkan pelabelan lemak trans pada produk yang menggunakannya.

 

"Yang terjadi kemudian sangat mengagumkan," kata Dr Smith.
 
"Lemak trans memang tidak dilarang, tapi fakta bahwa ketika aturan mengenai pelabelan makanan diberlakukan dan artinya produsen makanan olahan wajib mencantumkan jika menggunakan lemak trans, ini membawa perubahan besar,'
 
"Ketentuan ini memberikan pedoman yang sangat mudah bagi konsumen, jauhi segala macam produk kecuali yang kandungan lemak transnya '0'.
 
Food Standards Australia dan Selandia Baru mengatakan di negara mereka masih belum mewajibkan produsen untuk menyatakan penggunaan lemak trans pada label makanan di Australia.
 
 
Meskipun label makanan di Australia sudah menampilkan informasi termasuk energi, gula dan kandungan garam dalam kemasan makanan, epidemi obesitas membuktikan bahwa hal ini ternyata tidak menghalangi konsumen untuk membuat pilihan yang tidak sehat.
 
Tapi Dr Smith mengatakan sejarah menunjukkan bahwa bahka upaya mencantumkan kata – "imitasi" – pada makanan olahan dapat secara drastis mengubah perilaku konsumen.
 
Pada tahun 1938, kongres AS mengesahkan undang-undang yang mewajinkan produsen mencantumkan kata "imitasi" pada makanan yang diproses.
 
"Label yang mencantumkan kata imitasi ini mewajibkan  jika Anda ingin menjual saus spaghetti yang diproduksi dengan cara yang secara substansial berbeda dari bagaimana orang-orang memproduksinya di dapur mereka sendiri, Anda harus mencantumkan kata 'imitasi' pada label.
 
"Anda harus menyebutnya 'imitasi saus spaghetti'," kata Dr Smith.
 
"Ini memiliki efek yang kuat di pasar, pada konsumen.
 

"Tidak ada yang mau membeli produk 'tiruan' apapun,"

Produsen kemudian menyadai konsumen tidak akan mau membeli produk mereka jika mereka terlalu diproses, jadi memastikan mereka memproses makanan dibawah level 'tiruan'.

Meskipun kebijakan ini telah diberlakukan hampir  40 tahun, otoritas makanan dan obat-obatan AS menghapus ketentuan ini pada tahn 1973.

"Langkah ini dilakukan atas desakan industri makanan, "kata Dr Smith.
 
"Menariknya, ketika inilah kemudian epidemi obesitas dimulai."
 
Beberapa mungkin berpendapat bahwa konsumen sebagai individu yang harus bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, bukan pemerintah. dan biaya perubahan label pada kemasan produk akan menjadi sangat signifikan juga bagi perusahaan.
 
Setelah kasus berry beku di Australia tahun lalu, Pemerintah Federal memperkenalkan aturan label makanan baru di Australia.
 
Perubahan ini diperkirakan menelan biaya bisnis sekitar $37 juta Australia pada tahun pertama.
 
Namun Dr Smith berpendapat bahwa biaya makanan olahan bagi  kesehatan masyarakat Australia itu jauh lebih besar ketimbang biaya yang dikeluarkan untuk mengubah label makanan.
 
"Memang benar mengganti label itu membutuhkan biaya banyak, tapi bagi produsen yang memproduksi dalam jumlah besar dengan produk tersebat di seluruh Australia bahkan dunia, tentu ini tidak akan terlalu mahal,"