ABC

Atasi Macet di Australia, Pelajar Internasional Tak Dipertimbangkan

Menteri Kependudukan Australia telah mengabaikan pelajar internasional dalam rencananya untuk mengatasi kemacetan, meskipun kelompok ini memiliki dampak yang meningkat terhadap kota-kota terbesar di negara itu.

Poin Utama Pelajar Intl

Poin kunci:

• Pemerintah Australia mengungkapkan rencana mereka untuk mengalihkan para imigran permanen ke daerah pedalaman
• Pembatasan geografis untuk pelajar internasional tidak diangkat meski ada dampak yang meningkat dari kelompok ini
• PM Scott Morrison sebelumnya telah mengungkap langkah untuk memperlambat pertumbuhan pelajar internasional di Melbourne dan Sydney

Alan Tudge menggunakan pidato pada hari Selasa (9/10/2018) untuk menyoroti tekanan populasi di Melbourne, Sydney dan Queensland tenggara.

Daerah-daerah ini telah menyumbang tiga perempat dari total pertumbuhan penduduk Australia selama lima tahun terakhir.

Tudge mengatakan 87 persen dari semua imigran terampil – dan hampir semua imigran kemanusiaan – akan menetap di Sydney dan Melbourne.

“Jika kami memiliki distribusi pertumbuhan yang lebih baik di seluruh Australia, hal itu akan mengurangi tekanan dari kota-kota besar dan membantu pengembangan wilayah regional dan negara bagian yang lebih kecil,” kata Tudge.

Meski demikian, ia tidak membahas dampak dari pelajar internasional, meskipun kelompok ini tumbuh sekitar 40.000 pada tahun sebelumnya dan Perdana Menteri sendiri menyampaikan kemungkinan pembatasan dalam beberapa minggu terakhir.

Dalam sebuah wawancara di program Miranda Devine Live bulan lalu, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa Pemerintah Australia memiliki beberapa “strategi” untuk mengarahkan lebih banyak mahasiswa ke universitas regional.

Ini mengikuti wawancara sebelumnya pada bulan September di media Sydney Morning Herald di mana ia mengungkapkan pembatasan potensial pada jumlah pelajar internasional di universitas kota besar.

“Mungkin ada kasus di Melbourne atau Universitas New South Wales atau UTS (Universitas Teknologi, Sydney)”, katanya.

Namun, PM Morrison enggan untuk membahas potensi perubahan pada konferensi pers setelah pidato Tudge.

“Kami harus sangat berhati-hati dalam hal industri pendidikan,” kata PM Morrison.

“Kami tidak terlibat dalam kebijakan yang akan menahan laju perekonomian kami.”

Migrasi sementara diamati

Seorang ahli demografi dari Universitas Nasional Australia (ANU), Liz Allen, mengatakan bahwa Pemerintah Australia mengabaikan dampak migrasi sementara, yang termasuk pelajar internasional.

Pada bulan April, pendahulu PM Morrison, yakni Malcolm Turnbull, menggambarkan pertumbuhan mahasiswa asing sebagai “penggerak tunggal” dari pertumbuhan imigrasi.

“Ada sekitar 200.000 lebih mahasiswa asing di Australia sekarang ini daripada beberapa tahun yang lalu,” katanya.

“Itu adalah faktor pendorong terbesar (pertumbuhan imigrasi).”

“Jadi, jika Anda merasa ada lebih banyak orang asing di trem dan Anda tak bisa mendapat tempat di trem, itu karena hal tersebut, jika itu persepsi Anda.”

Dr Allen menggambarkan situasi ini sebagai “bermasalah” karena perubahan pada penerimaan siswa memiliki efek buruk terhadap salah satu ekspor terbesar negara tersebut.

Pendidikan internasional bernilai sekitar $ 30 miliar (atau setara Rp 300 triliun) dalam perekonomian Australia.

Pidato Tudge malah fokus pada opsi untuk program migrasi permanen, khususnya mencocokkan keterampilan imigran dengan kebutuhan pedalaman, serta investasi infrastruktur dan perencanaan populasi.

Ia mengatakan, insentif regional (pedalaman) bisa berlaku hingga 45 persen dari imigran permanen – sekitar 70.000 visa setiap tahunnya.

Mantan PM Turnbull mengaitkan kemacetan transportasi publik dengan pertumbuhan pelajar asing.
Mantan PM Turnbull mengaitkan kemacetan transportasi publik dengan pertumbuhan pelajar asing.

Twitter: Malcolm Turnbull

Tanggapan Oposisi

Pada tahun 2010, PM Morrison, yang pada saat itu merupakan juru bicara pihak Oposisi bidang migrasi, mengatakan, kurang dari 10 persen dari imigran menetap di wilayah regional, dan berpendapat bahwa perdebatan tentang populasi tidak dapat terjadi tanpa perdebatan tentang jumlah migrasi.

“Pemerintah mengatakan ini bukan tentang migrasi dan mereka ingin memadamkan harapan palsu ini bahwa mereka bisa memindahkan semua orang di seluruh Australia secara berbeda,” kata Morrison pada saat itu.

“Jadi untuk mencegah harapan palsu bahwa masalah ini akan terselesaikan karena Menteri Kependudukan akan memindahkan warga secara besar-besaran seperti yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah kami, saya pikir tidak adil bagi warga Australia untuk menyarankan bahwa hal tersebut pilihan yang realistis, tentu dalam jangka pendek atau menengah.”

“Jangka panjangnya saya pikir masih ada keraguan nyata.”

Politisi Oposisi, Brendan O’Connor, telah mengecam rencana migrasi itu sebagai sebuah “angan-angan”.

O’Connor mengatakan ia ingin para ahli melihat hal itu, tetapi pemerintah harus mulai dengan melihat tingkat visa sementara dan implikasinya bagi para pekerja Australia

Nick Parr, seorang pakar demografi dari Macquarie University, membandingkan hasil pasar tenaga kerja dari kelompok imigran dengan penduduk kelahiran Australia di wilayah pedalaman pada tahun 2012.

Ia menyarankan mungkin ada peningkatan peluang kerja bagi para imigran di daerah-daerah sebagai di saat generasi baby boomer, yang bekerja di industri seperti keperawatan, pensiun dalam beberapa dekade mendatang.

Sementara beberapa wilayah dengan populasi besar berjuang untuk mengatasi kemacetan, area lain yang lebih kecil mendorong migrasi yang lebih banyak.

Pemerintah Tasmania, misalnya, ingin meningkatkan populasi negara bagian itu dari sekitar 515.000 ke 650.000 jiwa pada tahun 2050, dan Menteri Utama Australia Selatan, Steven Marshall, ingin menumbuhkan populasi negaranya sebanyak 15.000 orang per tahun.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.