ASIO: Ratusan Warga Australia Alami Radikalisasi di Suriah
Badan intelijen Australia ASIO (Australian Security Intelligence Organisation) menyatakan ratusan warga Australia yang mengalami radikalisasi setelah terlibat dalam konflik di Suriah mungkin akan pulang dengan niat melancarkan aksi kekerasan.
Dalam laporan tahunan yang disampaikan ke parlemen, ASIO mengatakan, terjadi peningkatan dalam jumlah warga Australia yang pergi keluar negeri untuk ikut pelatihan atau terlibat dalam konflik seperti Suriah.
Belakangan ini badan-badan keamanan memantau sebanyak 200 warga Australia yang masuk dalam kategori ini.
ASIO mengatakan, empat warga Australia tewas di Suriah tahun ini. ASIO khawatir tentang warga Australia di Suriah yang mungkin telah terekspos pada ideologi yang ekstrim.
Mantan Menteri Luar Negeri Bob Carr mengatakan, ia mendukung pendapat bahwa orang-orang yang bergabung dalam konflik di luar negeri sebaiknya dicabut kewarganegaraannya, tapi pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa.
Di bagian lain, laporan ASIO itu memperingatkan, pembebasan sejumlah teroris dalam waktu dekat dari penjara di Indonesia mungkin dapat menghidupkan kembali jaringan-jaringan ekstrimis di kawasan.
ASIO mengatakan, sejumlah tahanan teroris dijadwalkan akan dibebaskan tahun depan, sebagian di antaranya terlibat dalam serangan bom terhadap sasaran-sasaran Barat.
Diperingatkan, pembebasan mereka mungkin akan memberi kemampuan yang signifikan kepada jaringan ekstrimis, dan meningkatkan ancaman terhadap kepentingan-kepentingan Australia di Indonesia.
ASIO memperingatkan, kelompok-kelompok ekstrimis mungkin akan berlindung di balik para pemrotes pada pertemuan G-20 tahun depan di Brisbane.
Badan intelijen Australia menduga, pertemuan para pemimpin internasional itu akan diwarnai dengan aksi protes yang kebanyakan tertib, namun para anarkis dapat menggunakan event tersebut untuk menghasut kekerasan.
Sementara itu, ASIO mengungkapkan, muncul sejumlah kasus belakangan ini dimana informasi rahasia menjadi sasaran kegiatan mata-mata internal.
Dikatakan, ancaman dari apa yang disebut "trusted insider" sungguh nyata, dengan sejumlah kasus dimana informasi rahasia diambil atau disebarluaskan. Namun ditambahkan, skala dan lingkupnya tidak sama dengan kasus-kasus internasional.